Teknik Biopsi Kulit
Teknik biopsi kulit menggunakan beberapa metode, seperti biopsi punch, biopsi shave, biopsi wedge, biopsi saucerization, dan biopsi eksisi. Metode biopsi kulit dipilih tergantung pada jenis, lokasi, dan luas lesi kulit serta keahlian operator.
Persiapan Pasien
Persiapan pasien sebelum biopsi kulit meliputi penandaan area biopsi serta tindakan aseptik dan anestesi pada area yang akan dibiopsi. Dokter disarankan untuk menandai area biopsi dengan tanda silang dan bukan lingkaran. Produk topikal yang digunakan untuk membersihkan kulit adalah alkohol, chlorhexidine, atau povidone iodine.[3,9]
Anestesi yang dilakukan umumnya berupa anestesi lokal yang diinjeksikan di lapisan dermis dan subkutis. Agen anestesi yang biasa digunakan adalah golongan amida seperti lidocaine. Lidokain bisa dikombinasi dengan epinefrin pada pengenceran 1:100.000, 1:200.000, atau 1:500.000. Anestesi lokal dapat menimbulkan blanching pada kulit dan mempersulit identifikasi area biopsi, sehingga sebaiknya area tersebut ditandai dahulu sebelum anestesi.[3]
Alternatif agen anestesi lokal lain adalah krim anestesi, agen dingin topikal (es, etil klorida, sedikit nitrogen cair), atau injeksi larutan garam benzyl alkohol. Akan tetapi, agen topikal tidak memiliki penetrasi yang cukup untuk biopsi eksisi, insisi, atau punch yang lebih dalam, sehingga harus dikombinasi dengan metode anestesi lain. Agen anestesi topikal dapat digunakan untuk mengurangi rasa nyeri atau ketidaknyamanan pada saat injeksi anestesi lokal, terutama pada anak-anak.[3]
Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk melakukan biopsi kulit adalah:
- Kapas atau swab alkohol untuk membersihkan area biopsi
- Spuit dengan jarum berukuran 30 Gauge dan agen anestesi
- Sarung tangan
- Surgical forceps
- Wadah patologi berisi larutan formalin 10% atau garam fisiologis dengan label
- Kassa steril
- Peralatan untuk dressing, seperti petrolatum, perban, plester
- Perlengkapan hemostasis, seperti larutan aluminium 20–50% atau ferric subsulfate untuk kauterisasi kimia, peralatan kauterisasi elektrik[3,4]
Berikut peralatan tambahan sesuai jenis biopsi yang dilakukan:
- Biopsi plong (punch biopsy) menggunakan instrumen punch/plong sekali pakai berukuran 2–8 mm, gunting, peralatan jahit (needle holder, jarum, dan benang)
- Biopsi cukur (shave biopsy), menggunakan pisau bedah (no. 15) atau pisau cukur sekali pakai[3,4]
Posisi Pasien
Tidak ada posisi tertentu yang wajib diinstruksikan pada pasien selama prosedur biopsi kulit. Hal yang penting diperhatikan dalam mengatur posisi adalah kenyamanan pasien dan posisi tidak menghalangi area kulit yang akan dibiopsi.
Prosedural
Terdapat beberapa teknik biopsi kulit, seperti biopsi punch, biopsi shave, biopsi wedge, biopsi saucerization, dan biopsi eksisi. Salah satu pertimbangan ketika memilih teknik biopsi kulit adalah pengambilan jaringan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan menyisakan defek kosmetik seminimal mungkin.[3]
Biopsi Plong atau Punch Biopsy
Biopsi plong merupakan teknik biopsi kulit yang tersering dilakukan. Biopsi plong dapat dilakukan pada lesi solid dengan ukuran berapa pun dan pada vesikel kecil yang dapat masuk ke dalam alat punch. Ukuran plong yang disarankan adalah minimal 3 mm agar tidak ada fitur penting lesi yang terlewat.[6]
Setelah persiapan selesai, kulit diregangkan tegak lurus terhadap garis Langer. Selanjutnya, instrumen plong dimasukkan vertikal dengan gerakan memutar hingga terasa sensasi “give away,” yaitu masuknya plong ke dalam jaringan subkutan yang bersifat semisolid.
Setelah instrumen mencapai kedalaman maksimal, plong dapat dilepaskan. Pindahkan sampel jaringan dengan berhati-hati menggunakan forceps atau jarum yang berukuran 30 Gauge. Tutup luka dengan jahitan.[3,6]
Biopsi Cukur atau Shave Biopsy
Biopsi cukur dapat dipertimbangkan ketika sampel jaringan yang dibutuhkan terbatas pada epidermis dan dermis superfisial. Injeksikan anestesi lokal secara intradermal ke area sekeliling lesi untuk menghasilkan wheal.
Lakukan transeksi secara horizontal di bagian dasar lesi menggunakan bisturi ukuran 15 atau pisau cukur sekali pakai. Tandai jaringan yang diambil dengan tinta atau langsung letakkan jaringan dalam wadah berisi larutan formalin. Setelah itu, hentikan perdarahan dan tutup luka.[3]
Biopsi Wedge
Pada biopsi wedge, jaringan umumnya diambil dalam bentuk cone (kerucut) dari lesi neoplasma yang berukuran lebih besar. Aksis memanjang sampel biasanya memiliki potongan melintang di bagian tengah lesi. Setelah anestesi, lakukan insisi stab bentuk V atau segitiga dengan scalpel ukuran 11 atau 21–25 untuk mengambil jaringan.[4,6]
Jika dilakukan dengan kedalaman yang cukup, metode biopsi wedge dapat bermanfaat untuk mendiagnosis keratoacanthoma yang memiliki ciri khas pada arsitektur potongan melintang. Biopsi wedge umumnya digunakan pada mikosis subkutan, margin karsinoma sel basal, dan tuberkulosis verukosa. Metode ini juga dapat digunakan pada suspek melanoma yang tidak memungkinkan untuk dibiopsi eksisi.[4,6]
Biopsi Saucerization
Biopsi saucerization ideal untuk kelainan vesikobulosa dan neoplasma epidermal seperti keratosis seboroik. Pada metode ini, bilah pisau dipegang dengan jempol dan jari telunjuk kemudian diiriskan melewati lapisan retikuler dermis atau kadang hingga mencapai jaringan subkutan.[6,10]
Biopsi Eksisi
Biopsi eksisi lebih disukai untuk lesi kecil atau lesi suspek melanoma maligna yang memungkinkan. Jika ada kecurigaan melanoma, biopsi dilakukan dengan kedalaman yang cukup karena penentuan stadium dan tata laksana tergantung pada kedalaman tumor. Penentuan stadium akan sangat sulit jika basis tumor terpotong.[4]
Biopsi eksisi paling sering dilakukan menggunakan scalpel. Sampel yang diambil adalah seluruh lapisan kulit dari lesi yang terlihat hingga jaringan subkutan. Biopsi eksisi dapat juga dilakukan menggunakan pisau cukur atau pisau fleksibel yang khusus untuk bedah kulit. Setelah tindakan, luka ditutup dengan jahitan.[4,6]
Follow Up
Pasien dapat langsung pulang setelah tindakan. Pasien dianjurkan untuk merawat luka biopsi dengan membersihkannya secara lembut dan mengoleskan salep petrolatum atau antibiotik topikal sebagai profilaksis infeksi sekunder. Hasil patologi atau kultur perlu segera diberitahukan pada pasien untuk menentukan tindak lanjut.[3]