Teknik Pemeriksaan Buta Warna
Teknik pemeriksaan buta warna saat ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi buta warna, dan menentukan tingkat keparahan. Teknik pemeriksaan buta warna secara garis besar terbagi menjadi plates pseudoisokromatik, membedakan dan menyusun warna dengan pemeriksaan panel, menyebutkan warna dengan pemeriksaan lentera, anomaloskopi, dan pemeriksaan menggunakan komputer.[13]
Studi oleh Zarazaga et al melaporkan bahwa pemeriksaan buta warna yang paling banyak digunakan sebagai instrumen pemeriksaan dalam studi-studi yang telah dipublikasi di PubMed adalah pemeriksaan Ishihara (10,88%), Farnsworth-Munsell (7,04%), Farnsworth-Munsell 100 Hue Test (6,4%), Cambridge Colour Test (3,84%), Hardy-Rand-Rittler (3,2%), jenis pemeriksaan yang dikembangkan oleh peneliti studi (2,56%), anomaloskopi (1,28%), pemeriksaan online (1.28%), Colour Assessment and Diagnosis (0.64%), Pflüger Trident Colour Plates (0.64%), Toothguide Training Box (0.64%), Lanthony Desaturated D-15 (0.64%), City University Test (0.64%), Universal Colour Discrimination Test (0.64%), dan Rabin Cone Contrast Test (0.64%).[11]
Persiapan
Persiapan sebelum pemeriksaan buta warna adalah:
- Menjelaskan prosedur pemeriksaan pada pasien sesuai dengan jenis pemeriksaan buta warna yang akan dikerjakan. Pastikan pasien sudah mengerti dan sudah memberikan informed consent sebelum pemeriksaan dimulai
- Mempersilahkan pasien menggunakan kacamata koreksi atau lensa kontak yang biasa dipergunakan. Kacamata dengan lensa berwarna (tinted) tidak diperbolehkan karena bisa mengganggu pemeriksaan
- Pada pemeriksaan yang mana pasien sebaiknya tidak menyentuh langsung alat pemeriksaan karena sidik jari dapat menimbulkan perubahan warna, maka pasien dapat diberikan sarung tangan atau pasien dapat menunjuk tanpa menyentuh alat pemeriksa
- Ruangan untuk pemeriksaan plates pseudoisokromatik, City University Test, dan pemeriksaan panel harus menggunakan pencahayaan yang sesuai. Bila tidak sesuai beberapa pasien dengan buta warna dapat lulus pemeriksaan. Pencahayaan dapat menggunakan sinar matahari alami (daylight) atau lampu fluoresen yang menyerupai sinar matahari alami (standard source C lighting). Intensitas pencahayaan minimum 200 lux pada permukaan alat pemeriksaan buta warna untuk pasien anak-anak, ≥600 lux untuk pasien dewasa dan orang tua lebih dari 50 tahun. Sumber cahaya harus berada pada sudut 45 derajat terhadap plate pemeriksaan buta warna. Hindari penggunaan lampu tungsten untuk pemeriksaan buta warna
- Pemeriksaan lentera biasanya dilakukan di ruang gelap atau temaram (80-200 lux). Pasien boleh diberikan beberapa waktu untuk beradaptasi dengan kondisi gelap
- Pemeriksaan menggunakan anomaloskopi mendapatkan pencahayaan dari alat dan dilakukan secara monokular
- Pemeriksaan menggunakan komputer perlu melakukan kalibrasi layar sebelum pemeriksaan dimulai
- Pemeriksa harus diskrining terlebih dahulu dan dipastikan tidak buta warna. Pemeriksaan anomaloskopi hanya dikerjakan oleh pemeriksa yang sudah terlatih[7,15]
Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan untuk pemeriksaan buta warna antara lain:
- Meja pemeriksaan
- Buku pemeriksaan misalnya untuk pemeriksaan buta warna dengan plate Ishihara, plates Hardy-Rand-Rittler, Pease and Allen, atau City University
- Kotak panel dan tablet pemeriksaan untuk pemeriksaan buta warna Farnsworth Panel D-15 atau Farnsworth-Munsell 100 hue test
- Lentera dan kaca pemeriksaan
- Anomaloskopi
- Kertas khusus untuk mendokumentasikan hasil pemeriksaan. Misalnya pada pemeriksaan panel, kertas sudah terdapat diagram yang dapat digunakan untuk menentukan jenis buta warna yang dialami pasien.
- Komputer dengan aplikasi khusus, yang biasanya digunakan untuk interpretasi hasil anomaloskopi dan pemeriksaan buta warna dengan komputer
- Sarung tangan bila perlu untuk menghindari sidik jari menimbulkan noda pada plates pemeriksaan atau pada tablet warna
Posisi Pasien
Posisi pasien saat pemeriksaan sebaiknya adalah duduk tegak pada kursi. Alat pemeriksaan dapat diletakkan di meja dengan jarak minimal sepanjang lengan atau seperti jarak baca.
Prosedural
Prosedural pemeriksaan buta warna berbeda-beda tergantung jenis pemeriksaan yang dilakukan. Pemeriksaan buta warna normalnya dilakukan binokular, namun untuk pasien yang dicurigai buta warna didapat atau pasien menderita kelainan di satu mata, pemeriksaan dapat dilakukan monokular.
Plates Pseudoisokromatik
Dewasa ini tersedia berbagai plate pseudoisokromatik untuk pemeriksaan buta warna. Plates pseudoisokromatik secara umum digunakan untuk skrining buta warna merah-hijau yang sifatnya herediter. Plates pseudoisokromatik mungkin dapat melewatkan pasien dengan buta warna ringan yang didapat karena penyakit lain.[6]
Ishihara:
Pemeriksaan Ishihara ditemukan oleh dokter spesialis mata dari Jepang yang bernama Ishihara Shinobu di tahun 1918. Ishihara adalah plates pseudoisokromatik yang paling banyak digunakan pada praktik sehari-hari dan tidak memerlukan pelatihan khusus untuk pemeriksa.
Buku pemeriksaan Ishihara normalnya berisikan 38 plates, namun sekarang ini ada buku yang hanya memuat 24 plates, 14 plates, dan 10 plates. Dari 38 plates yang tersedia, 25 plates berisikan angka dan 13 plates berisikan bentuk atau garis yang dapat digunakan untuk pasien yang tidak bisa membaca angka.[1,7]
Plates Ishihara terdiri atas angka, bentuk, atau garis yang tersusun atas titik-titik berwarna yang berbeda dengan titik warna dasarnya. Warna angka dan bentuk menggunakan warna dengan hue yang sulit dibedakan oleh pasien buta warna dengan titik-titik warna dasar.
Pasien buta warna akan kesulitan melihat angka atau bentuk pada plates atau melihat angka atau bentuk yang berbeda dari orang normal. Pemeriksaan menggunakan plates pseudoisokromatik dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, namun tidak begitu efektif untuk klasifikasi jenis buta warna.[16]
Tabel 1. Tipe Plates Pseudoisokromatik pada Pemeriksaan Ishihara
Plate | Tipe Desain | Fungsi |
1 | Introduksi | Plate contoh yang dapat dibaca oleh pasien buta warna dan pasien penglihatan warna normal |
2-9 | Transformasi | Pasien buta warna merah-hijau melihat angka yang berbeda dengan yang dilihat pasien penglihatan warna normal. |
10-17 | Vanishing | Angka hanya dapat dilihat oleh orang berpenglihatan warna normal, sedangkan pasien buta warna merah-hijau tidak dapat melihat angka apapun |
18-21 | Angka tersembunyi | Hanya pasien buta warna merah-hijau yang dapat melihat angka, sedangkan pasien normal tidak melihat angka apapun |
22-25 | Klasifikasi protan atau deuteran | Terdapat angka 2 digit pada plate. Buta warna merah (protan) hanya dapat melihat angka sebelah kanan dan buta warna hijau hanya dapat melihat angka di sebelah kiri. Jika pasien tidak dapat melihat angka apapun pada plates ini, klasifikasi buta warna perlu ditentukan dengan pemeriksaan lain. Jika pasien dapat melihat kedua angka, namun pada plates-plates lain pasien tidak bisa, pemeriksa meminta pasien menyebutkan angka yang lebih pudar dilihatnya. |
Sumber: dr. Saphira, 2020.[7]
Pemeriksaan Ishihara harus dilakukan di ruangan dengan pencahayaan yang cukup atau pencahayaan daylight dengan sudut sinar 45 derajat terhadap permukaan plate. Pencahayaan menggunakan bohlam sebaiknya menghasilkan intensitas cahaya minimal 200 lux, memiliki temperatur sinar 6000-7000 K dengan color rendering index > 90. Lampu bohlam kuning dan tungsten tidak boleh digunakan karena dapat memberikan hasil yang tidak akurat dan memungkinkan pasien buta warna ringan dapat lulus pemeriksaan.[17]
Buku pemeriksaan Ishihara dipegang sejauh 66-75 cm dari mata dan buku dimiringkan agar plates menghadap ke jalur penglihatan pasien. Pasien harus menyebutkan angka atau bentuk yang ia lihat pada plates dalam waktu kurang dari 3-4 detik. Jika pasien tidak dapat menyebutkan beberapa plates angka, plates nomor 18-24 yang berisikan bentuk atau garis dapat digunakan. Pasien diminta menelusuri garis dari satu tepi ke tepi lain dalam waktu kurang dari 10 detik. Pasien tidak boleh menyentuh plates dengan jari jika tidak diminta oleh pemeriksa.
Saat pemeriksaan, tidak perlu menunjukkan semua plates pada pasien. Pemeriksaan dapat disederhanakan dengan menggunakan 6 plates saja, di antaranya plate nomor 1, salah satu dari plate nomor 2 atau 3, salah satu dari plate nomor 4-7, salah satu dari plate nomor 8 atau 9, salah satu dari plate nomor 10-13, dan salah satu plate nomor 14 atau 15. Pasien yang ragu saat menjawab perlu dicurigai sebagai adanya buta warna ringan. Pasien yang diduga telah menghafal angka-angka pada plates dapat dites dengan membuka plates secara tidak berurutan. Catat berapa jumlah plates yang salah disebutkan oleh pasien.[7]
Hardy-Rand-Rittler:
Pemeriksaan plates Hardy-Rand-Rittler mirip dengan pemeriksaan Ishihara namun dapat digunakan sebagai skrining pasien dengan buta warna biru-kuning (tritanopia atau tritanomali) selain buta warna merah-hijau. Pemeriksaan terdiri dari 2 bagian, bagian pertama untuk skrining yang terdiri dari 4 plates untuk demo dan 6 vanishing plates. Bagian kedua untuk menentukan diagnosis dan keparahan buta warna yang terdiri dari 10 plates pemeriksaan.[3,6]
Sloan Achromatopsia:
Pemeriksaan Sloan Achromatopsia dapat dilakukan untuk pasien akromatopsia (monokromatik) total. Pemeriksaan ini terdiri dari 7 plates, masing-masing terdiri dari beberapa gambar persegi panjang berwarna abu-abu yang refleksinya meningkat. Di bagian tengah persegi panjang terdapat lingkaran dengan hue dan refleksi warna tertentu. Pasien dengan akromatopsia total dapat menemukan persegi panjang dengan warna yang sama dengan lingkaran yang berada di tengah persegi panjang.[15,16]
Pease and Allen:
Pease and Allen adalah plates pseudoisokromatik yang dapat digunakan untuk bayi dan anak-anak. Pease and Allen terdiri dari 4 plates yakni kombinasi dasar atau gambar target plates kromatik yang menggunakan hue dikromatik merah-hijau confusion axis, plate kedua berupa plate kromatik dengan hue aksis tritan (biru-kuning), plate ketiga berupa plate demo dengan target atau dasar akromatik yang dapat dibedakan, plate ketiga tidak berisikan target apapun.[9]
The City University Test
Pemeriksaan buta warna the City University test terdiri dari dua bagian pemeriksaan. Bagian pertama pemeriksaan berfungsi sebagai skrining buta warna dan bagian kedua untuk menentukan klasifikasi dan tingkat keparahan buta warna. Bagian pertama pemeriksaan terdiri dari 4 halaman, masing-masing halaman pemeriksaan terdiri dari 12 buah lingkaran berwarna yang tersusun dalam 4 kolom berbeda. Pasien diminta menyebutkan warna lingkaran-lingkaran tersebut dan posisinya. Bagian pertama diselesaikan dalam waktu pemeriksaan 30 detik.[7]
Bagian kedua pemeriksaan berupa gambar lingkaran di bagian tengah dengan 4 lingkaran lain di sisi luar. Pasien diminta menunjukkan 1 dari 4 lingkaran di tepi yang warnanya paling mirip dengan warna lingkaran di tengah. Waktu pemeriksaan bagian kedua adalah 40 detik. Hasil pemeriksaan didokumentasikan pada kertas khusus yang disediakan dari alat pemeriksaan.[3,7]
Pemeriksaan Lentera
Pemeriksaan lentera buta warna meniru sistem sinyal warna seperti pada area kerja tertentu. Pemeriksaan lentera tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining rutin. Pemeriksaan lentera yang masih digunakan sampai saat ini adalah CAM (Clinical, Aviation, and Maritime) instrument yang dibuat oleh Fletcher-Evans yang kemudian diadopsi oleh United Kingdom College and Association of Optometrists untuk menggantikan pemeriksaan lentera Holmes-Wright (sudah tidak diproduksi).[2,7,8]
Pemeriksaan lentera CAM dilakukan di ruang gelap untuk pemeriksaan angkatan laut (maritim) dan pencahayaan 80-200 lux untuk angkatan udara atau untuk pemeriksaan klinis. Pemeriksaan lentera CAM menggunakan alat khusus yang memunculkan sinar lampu kecil berwarna merah, hijau, dan putih yang menyerupai sinyal yang digunakan pada angkatan udara atau angkatan laut. Alat dengan tambahan warna kuning dapat digunakan untuk pemeriksaan klinis.
Sinar pada alat tersebut dapat diatur kecerahan sinarnya, apertur, dan waktu eksposur. Misalnya untuk tes penerbangan, waktu sinar muncul selama 2 detik dengan arkus apertura 0,9 menit. Sinar direfleksikan menggunakan kaca standar yang disertakan bersama alat pemeriksaan dan diletakkan dengan jarak 3 meter sehingga diperoleh jarak pemeriksaan 6 meter. Kertas khusus untuk mencatat hasil pemeriksaan telah disediakan.[7,8,18]
Institusi yang menggunakan pemeriksaan lentera untuk buta warna contohnya tentara, angkatan laut, angkatan udara, pilot, penjaga pantai, petugas kapal penyelamat.
Pemeriksaan Panel
Pemeriksaan buta warna menggunakan panel mengharuskan pasien menyusun tablet warna-warni berdasarkan gradien warna (hue). Tablet warna pertama biasanya sudah ditentukan kemudian pasien mengurutkan tablet berikutnya dari hue yang terdekat dengan tablet pertama hingga seluruh tablet warna tersusun secara berurutan. Pemeriksaan panel lebih akurat dalam menentukan klasifikasi buta warna dibandingkan pemeriksaan plates pseudoisokromatik.[6,17]
Farnsworth-Munsell 100 hue test adalah pemeriksaan yang sensitif untuk klasifikasi buta warna. Pemeriksaan ini terdiri dari 85 tablet warna berdiameter 1,2 cm yang memiliki perbedaan hue hanya 1-4 nm antar tablet warna. Panel Farnsworth-Munsell 100 hue test dibagi menjadi 4 kotak panel spektrum warna.
Kotak panel pertama berwarna merah hingga hijau kekuningan, panel kedua dari warna hijau kekuningan hingga hijau toska, panel ketiga dari hijau toska ke ungu kebiruan, panel keempat dari biru keunguan hingga merah. Tablet pertama dan terakhir biasanya tidak dapat diubah atau sudah ditentukan. Pemeriksaan ini membutuhkan waktu cukup panjang dan terkadang melelahkan untuk pasien.[5,9]
Farnsworth Panel D-15 merupakan pemeriksaan modifikasi dari Farnsworth-Munsell 100 hue test yang dapat dikerjakan dengan cepat sehingga sesuai digunakan dalam praktik klinis sehari-hari. Farnsworth Panel D-15 tidak memiliki sensitivitas sebaik Ishihara, sehingga pasien dengan buta warna yang ringan mungkin dapat lulus pemeriksaan ini walaupun tidak lulus pemeriksaan Ishihara.
Pasien yang tidak lolos pemeriksaan Ishihara tapi lolos pemeriksaan panel D-15 tidak akan mengalami kesulitan membedakan warna dalam pekerjaan sehari-hari yang tidak membutuhkan kemampuan penglihatan warna yang baik atau kemampuan membedakan (diskriminasi) warna yang akurat. Panel D-15 dengan saturasi warna lebih rendah, yakni Lanthony Panel D-15, tersedia untuk mendeteksi buta warna yang lebih ringan.[2,15-17]
Pemeriksaan Farnsworth Panel D-15 terdiri dari sebuah kotak dengan 16 buah tablet warna-warni. Pemeriksa meletakkan satu tablet warna referensi (di bagian bawah tablet tidak ada angka). Kemudian pasien diminta untuk menyusun 15 tablet warna lainnya sesuai urutan hue dari tablet warna pertama.
Lalu pasien memilih tablet warna dengan hue paling mendekat tablet kedua dan begitu seterusnya. Pasien dapat mengubah susunan tablet warna apabila dirasakan ada yang salah. Rata-rata pasien dapat menyelesaikan menyusun 15 tablet warna dalam waktu 2 menit.[15-17]
Anomaloskopi
Anomaloskopi adalah instrumen standar untuk pemeriksaan buta warna merah-hijau. Jenis anomaloskopi yang tersedia adalah Nagel anomaloskopi, Neitz anomaloskopi, dan Pickford-Nicolson anomaloskopi. Pemeriksaan anomaloskopi bukan termasuk pemeriksaan rutin yang dikerjakan. Anomaloskopi digunakan untuk mengevaluasi ulang kasus yang dicurigai buta warna namun hasilnya masih meragukan dengan pemeriksaan lain.[13]
Jenis anomaloskopi yang paling umum digunakan adalah anomaloskopi Nagel. Pada anomaloskopi Nagel, pasien diminta untuk menggabungkan warna merah (670 nm) dan hijau (535 nm) dengan memutar knob pada alat, hingga mendapatkan percampuran warna membentuk warna kuning yang sama dengan iluminasi yang ditampilkan alat dengan panjang gelombang 589 nm.[9]
Pemeriksaan menggunakan anomaloskopi membutuhkan pemeriksa yang telah mendapatkan pelatihan khusus agar interpretasi hasil valid dan tidak praktis untuk dilakukan dalam pemeriksaan rutin.
Prosedur pemeriksaan cukup kompleks untuk pasien terutama anak-anak dan pemeriksaan membutuhkan durasi yang cukup panjang. Pemeriksaan anomaloskopi lebih banyak digunakan dalam penelitian klinis dibandingkan praktik sehari-hari.[11,13]
Pemeriksaan Buta Warna dengan Komputer
Pemeriksaan buta warna dengan komputer mulai diminati karena pemeriksaan dengan interpretasi otomatis, dapat dilakukan dengan cepat dan memiliki hasil dengan derajat kepercayaan mendekati anomaloskopi Nagel. Pemeriksaan buta warna yang dapat dilakukan antara lain Colour Assessment and Diagnostic Test (CAD test) dan Cambridge Color Test (CCT).
CAD test berupa persegi berwarna yang berpindah-pindah dan berubah warna di antara persegi-persegi yang menjadi luminance contrast noise. Pasien diminta untuk menentukan arah pergerakan persegi berwarna. Pasien yang mengalami buta warna akan kesulitan melihat persegi yang bergerak tersebut. Pemeriksaan membutuhkan monitor komputer dengan kecerahan 9000 K dan iluminasi ambient minimum.
CCT merupakan pemeriksaan buta warna dengan komputer menggunakan target berupa Landolt C dengan latar belakang akromatik. Warna Landolt C bervariasi menyesuaikan aksis warna merah, hijau, dan biru. Pasien diminta untuk menyebutkan ke arah mana bukaan huruf C yang ditampilkan.[10]
Interpretasi Hasil
Hasil pemeriksaan buta warna secara garis besar dapat dibagi menjadi trikromatik, trikromatik anomali, dikromatik, dan monokromatik.
Tidak Buta Warna
Tidak buta warna atau trikromatik normal adalah kondisi apabila pasien lulus pemeriksaan buta warna. Misalnya pada pemeriksaan plates pseudoisokromatik pasien dapat menyebutkan dengan benar angka dan bentuk pada plates dengan jumlah minimal yang ditentukan instrumen pemeriksaan.
Trikromatik Anomali
Trikromatik anomali terjadi ketika ada defisiensi jumlah sel kerucut atau fungsi salah satu sel kerucut. Trikromatik anomali dapat dibagi menjadi protanomali, deuteranomali, dan tritanomali. Protanomali adalah defisiensi penglihatan warna akibat kurangnya sel kerucut merah. Pasien kesulitan membedakan warna merah dengan hijau dan warna merah jingga dengan biru kehijauan atau abu-abu.[4,15]
Deuteranomali apabila terjadi defisiensi sel kerucut hijau. Pasien deuteranomali kesulitan membedakan warna biru kehijauan dengan warna abu-abu dan merah keunguan. Tritanomali terjadi bila ada defesiensi fotoreseptor biru. Pasien kesulitan membedakan warna violet dengan warna abu-abu dan kuning hijau. Tritanomali sangat jarang disebabkan karena buta warna herediter, lebih sering ditemukan pada buta warna yang didapat terutama akibat efek toksik pengobatan.[15]
Buta Warna Dikromatik
Buta warna dikromatik disebabkan karena tidak adanya salah satu sel kerucut. Protanopia adalah buta warna merah yang disebabkan karena pasien tidak memiliki sel kerucut merah sehingga memberikan penglihatan warna terbatas hijau-biru. Pasien protanopia memiliki spektrum penglihatan warna yang memiliki panjang gelombang lebih pendek daripada orang normal, sehingga bila orang normal melihat warna merah, pasien protanopia melihatnya sebagai warna abu-abu gelap. Pasien protanopia kesulitan membedakan warna biru-hijau dengan merah-hijau.
Buta warna hijau (deuteranopia) disebabkan karena pasien tidak memiliki sel kerucut hijau, sehingga penglihatan warna pasien terbatas merah-biru. Pasien deuteranopia melihat warna hijau menjadi warna abu-abu, warna merah-ungu yang merupakan warna komplemen hijau juga tampak sebagai warna abu-abu. Pasien deuteranopia kesulitan membedakan warna merah-ungu dan hijau-ungu. Buta warna biru atau tritanopia disebabkan karena tidak adanya sel kerucut biru. Pasien melihat warna biru sebagai abu-abu dan kesulitan membedakan warna kuning-hijau dengan biru-hijau.[1,15]
Buta warna merah-hijau mencakup protanopia, protanomali, deuteranopia, dan deuteranomali.
Buta Warna Monokromatik
Buta warna monokromatik atau disebut juga buta warna total (akromatopsia) dibedakan menjadi monokromatik sel batang (pasien tidak punya sel kerucut) dan monokromatik sel kerucut biru (pasien hanya memiliki sel kerucut biru). Pasien melihat semua warna sebagai warna abu-abu dan putih yang bervariasi kecerahannya.[15]
Hasil Pemeriksaan Ishihara
Hasil pemeriksaan Ishihara dengan jumlah kesalahan ≥6 plate dapat dikatakan pasien mengalami buta warna. Pasien dengan buta warna dikromatik dan trikromatik anomali umumnya tidak dapat melihat angka atau bentuk di plates yang kemudian membutuhkan pemeriksaan buta warna lainnya untuk menentukan klasifikasi jenis buta warna dan tingkat keparahannya.[7]
Hasil The City University Test
Di bagian pertama apabila pasien dapat menyebutkan 9-10 warna lingkaran dan posisinya dengan tepat di setiap halaman, maka pasien tidak buta warna. Pasien buta warna merah-hijau akan membuat kesalahan sebanyak 4-5 lingkaran tiap halaman dengan posisi lingkaran sesuai dengan yang dicantumkan pada hasil interpretasi pada buku pemeriksaan. Pasien buta warna tritan kemungkinan hanya akan memperoleh nilai 7 dan salah menebak warna lingkaran sesuai dengan posisi yang ada di hasil interpretasi.
Di bagian kedua, derajat buta warna ditandai dengan jumlahnya kesalahan yang dibuat. Semakin banyak kesalahan pembacaan yang dilakukan pasien maka derajat buta warna semakin berat.[7]
Hasil Pemeriksaan Panel
Hasil pemeriksaan panel Farnsworth-Munsell 100 hue test sangat berguna untuk klasifikasi buta warna, mengevaluasi progresivitas buta warna yang didapat misalnya akibat penyakit retina atau nervus optikus, serta untuk pemeriksaan pasien yang membutuhkan kemampuan membedakan warna yang sangat akurat untuk pekerjaannya.
Hasil pemeriksaan Farnsworth-Munsell 100 hue test berupa skor angka dan grafik lingkaran warna. Skor dipengaruhi oleh banyaknya tablet warna yang salah diletakkan dan jarak kesalahan peletakkan tablet.
Dari skor angka dan grafik dapat diperoleh informasi mengenai spektrum warna yang paling banyak terjadi kesalahan dan jenis defek penglihatan warna yang dimiliki pasien. Jika grafik melebar horizontal maka kelainan pada warna merah, bila grafik melebar secara vertikal maka kelainan pada warna biru-kuning. Grafik yang melebar dengan arah oblique menandakan adanya kelainan warna hijau.[19]
Hasil Farnsworth Panel D-15 akan membedakan pasien menjadi 2 kelompok yakni buta warna sedang-berat dan buta warna ringan-tidak buta warna (persepsi warna normal). Lanthony Panel D-15 membedakan pasien menjadi buta warna dan tidak buta warna. Bila pasien sudah tidak lulus pada pemeriksaan Farnsworth Panel D-15, pemeriksaan Lanthony Panel D-15 tidak bermakna untuk dilakukan.
Pemeriksa akan menggambar garis pada diagram sesuai urutan tablet yang telah disusun pasien dimulai dari titik tablet referensi. Apabila garis membentuk lingkaran maka pasien tidak buta warna. Apabila garis yang terbentuk menyilang ke bagian tengah >2 kali dapat dikatakan pasien buta warna dengan defek penglihatan warna sedang-berat.[20]
Tipe buta warna/defek warna dapat dilihat apabila garis hasil pasien paralel dengan garis protan, deutan, atau tritan pada grafik skor. Pemeriksaan ulang dapat dilakukan setelah pasien beristirahat sejenak dan dilakukan penjelasan ulang mengenai prosedur pemeriksaan hingga pasien mengerti. Hasil pemeriksaan ulang didokumentasikan pada kertas grafik skor yang berbeda.[16,20]
Pasien buta warna kongenital akan membuat kesalahan penyusunan tablet warna dengan pola protan (merah) dan deuteran (hijau) pada grafik skor panel D-15. Sedangkan pasien dengan buta warna didapat biasanya menunjukkan pola yang iregular. Kesalahan pada spektrum tritan (biru-kuning) juga dapat ditemukan pada sebagian besar penyakit mata yang didapat.[16,17]
Hasil Pemeriksaan Lentera
Hasil pemeriksaan lentera dianggap lulus apabila pasien dapat menyebutkan semua kombinasi warna lampu dengan benar. Bila ada kombinasi lampu yang dijawab salah oleh pasien, dapat dilakukan pemeriksaan ulang dan dianggap lulus apabila pasien dapat menjawab dengan benar.[8]
Hasil Anomaloskopi
Pasien yang tidak buta warna akan menggunakan proporsi warna merah dan hijau yang tepat untuk membentuk warna kuning. Anomaloskopi dapat mengklasifikasi pasien menjadi tidak buta warna (trikromatik normal), trikromatik anomali, atau dikromatik. Diagnosis anomaloskopi yang tepat bergantung pada interpretasi yang dilakukan pemeriksa.[14,16]
Hasil Pemeriksaan Buta Warna dengan Komputer
Hasil pemeriksaan buta warna dengan komputer, yakni CAD test memberikan hasil yang akurat dengan validitas dan reliabilitas pemeriksaan sama seperti anomaloskopi. CAD test juga memiliki sensitivitas dan spesifisitas pemeriksaan mirip dengan anomaloskopi untuk buta warna merah-hijau.[10,21]
Hasil Cambridge Color Test (CCT) akan ditampilkan dalam bentuk plot. Bentuk elips memanjang mengikuti aksis protan, deutan, atau tritan akan menentukan jenis buta warna pasien.[10]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja