Teknik Tonometry
Secara teknik, tonometry dilakukan oleh seorang oftalmologis atau optometris. Beberapa metode tonometry terus dikembangkan dengan kelebihan dan aplikasi klinis masing-masing. Inovasi terbaru tonometry bertujuan untuk meningkatkan akurasi, fokus pada faktor biomekanik kornea seperti ketebalan kornea sentral dan kelengkungan kornea untuk menentukan progresivitas penyakit, serta kemudahan penggunaannya.[1,8]
Persiapan Pasien
Sebelum tonometry dilakukan, minta pasien untuk melepaskan lensa kontak dan menyiapkan kacamata sampai penggunaannya lensa kontak diperbolehkan kembali. Riwayat alergi terhadap anestesi tetes mata perlu diketahui oleh klinisi. Selain itu, pasien sebaiknya tidak menggunakan kerah/dasi yang ketat saat pemeriksaan.
Sampaikan juga pada pasien agar tidak menahan napas selama pemeriksaan, tidak melakukan manuver Valsava, tidak berusaha menyipitkan mata, dan memastikan posisi nyaman. Jelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan dan minta pasien menandatangani informed consent.[1,3,11]
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam tonometry harus terkalibrasi. Alat tonometer yang dibutuhkan tergantung pada metode yang digunakan (applanation, indentation, rebound, atau dynamic contour tonometry).[1,11]
Pada metode applanation tonometry, tonometer Goldmann, Perkins, atau tonometer nonkontak dapat digunakan. Sedangkan pada metode indentation tonometry, dapat digunakan tonometer Schiotz, pneumotonometer, atau tono-pen. Metode rebound tonometry dapat menggunakan tonometer i-care, sedangkan pada metode dynamic contour tonometry, pascal dynamic tonometer dapat digunakan.[1,11]
Selain itu, beberapa metode tonometry memerlukan anestesi lokal pada mata (kecuali metode rebound dan non-contact tonometry) serta isopropil alkohol 70% dan kapas atau kain kasa steril untuk mendisinfeksi semua alat yang kontak dengan pasien, kecuali penggunaan sekali pakai.
Perlu diperhatikan bahwa setelah disinfeksi, peralatan yang dipakai untuk tonometry harus dalam keadaan kering sempurna, terutama pada bagian ujung tonometer, karena dapat menyebabkan risiko komplikasi toksisitas antiseptik pada epitel.[13,14]
Posisi Pasien
Posisi pasien saat tonometry tergantung pada masing-masing metode yang digunakan. Pada metode applanation tonometry dengan tonometer Goldmann, nonkontak, atau ocular-response analyzer (ORA), posisikan pasien dalam keadaan duduk tegak lurus ke depan dengan mata terbuka. Sedangkan, pada pemeriksaan dengan tonometer Perkins, pasien diperbolehkan duduk tegak atau supinasi.[1,3,11]
Pada metode indentation tonometry dengan tonometer Schiotz, posisikan pasien secara supinasi. Sedangkan, akurasi tonometry menggunakan pneumatonometer atau tono-pen tidak tergantung pada posisi, sehingga pasien diperbolehkan duduk tegak atau supinasi.[1,8]
Pada metode rebound dan dynamic contour tonometry, pemeriksaan TIO dengan tonometer i-care dan pascale DCT tidak dapat digunakan pada posisi supinasi.[1,8,11]
Prosedural
Prosedural yang dilakukan dalam tonometry bervariasi, tergantung pada metode yang digunakan.
Applanation Tonometry
Prinsip dalam metode applanation tonometry adalah pengukuran TIO yang dilakukan dengan meratakan permukaan kornea. Semakin tinggi nilai TIO, maka akan semakin besar gaya yang dibutuhkan untuk meratakan kornea.[1,11]
Tonometer Goldmann:
Tonometer Goldmann merupakan alat yang paling sering digunakan dan dianggap sebagai baku emas tonometry. Pemeriksaan ini digunakan sebagai komponen standar pemeriksaan mata dengan slit lamp, dan umumnya secara permanen terdapat pada slit lamp.[1,3,11]
Sebelum pemeriksaan dilakukan, masukkan prisma pada tonometer holder (pastikan tanda 0° atau 180° sejajar dengan garis putih pada bracket), kemudian ayunkan putaran tonometer agar terletak secara sentral pada posisi pengukuran sehingga posisi prisma dan tonometer tepat.[3]
Tingkatkan sumber cahaya dengan filter biru kobalt ke intensitas maksimum untuk menerangi prisma dari samping sekitar 60°. Lalu, teteskan anestesi lokal dan pewarna fluorescein pada mata. Cahaya biru kobalt pada slit lamp digunakan untuk memvisualisasikan pewarna fluorescein, sementara ujung tonometer menekan bagian tengah kornea. Ujung dari prisma akan membagi film fluorescein yang sirkular menjadi dua setengah lingkaran hijau.[1,3]
Selanjutnya, pemeriksa akan mengubah gaya tonometer terhadap kornea sampai dua setengah lingkaran tersebut sedikit tumpang tindih, yang menunjukkan kornea telah diratakan dengan jumlah yang dikalibrasi untuk memberikan akurasi nilai TIO.[1]
Pemeriksaan ini memerlukan keterampilan tinggi dalam mengoperasikannya. Hasil pemeriksaan dapat tidak akurat pada penggunaan fluorescein yang berlebihan atau tidak mencukupi tear film, astigmatisme tinggi, kornea dengan permukaan ireguler, bekas luka/skar pada kornea. Menahan napas dan melakukan manuver Valsava selama pengukuran juga dapat memengaruhi akurasi pemeriksaan.[1,11]
Tonometer Perkins:
Pada prinsipnya, tonometer ini merupakan tonometer Goldmann portabel sehingga mekanisme aplikasinya sama. Sifat portabilitasnya menyebabkan tonometer ini dapat diaplikasikan tanpa penggunaan slit lamp, seperti di unit gawat darurat atau ruang operasi.[1,3]
Pemeriksaan ini memerlukan keterampilan tinggi dan stabilitas penggunaan instrumen genggam. Pemeriksaan ini tidak akurat pada kornea yang ireguler dan kornea dengan bekas luka/ skar.[1]
Tonometer Nonkontak:
Tonometry dengan tonometer nonkontak atau tonometer “air-puff” menggunakan embusan udara kecil dengan intensitas meningkat secara bertahap yang diarahkan ke kornea, lalu udara yang kembali dari permukaan kornea diukur oleh membran yang merekam gaya dan diubah menjadi TIO dalam mmHg.
Pemeriksaan ini tidak memerlukan anestesi lokal serta berguna sebagai skrining pada anak-anak, dewasa yang alergi terhadap anestesi lokal, dan pasien yang tidak dapat menoleransi tonometer kontak.[1,11]
Ocular-Response Analyzer (ORA) merupakan inovasi baru dari tonometer nonkontak untuk meningkatkan akurasi dengan menggunakan udara sebagai gaya aplikasinya. Udara dipancarkan dengan intensitas yang semakin meningkat sampai mengubah bentuk kornea/kornea menjorok ke dalam, kemudian gaya tersebut berkurang sampai kembali ke keadaan awal untuk menilai elastisitas kornea (histeresis).[1,11]
Indentation Tonometry
Prinsip metode indentation tonometry adalah suatu gaya atau beban akan menjorok lebih dalam pada benda lunak daripada keras, sehingga semakin tinggi nilai TIO akan semakin keras kornea, dan semakin besar gaya yang dibutuhkan untuk mendorong kornea ke dalam.[8,11]
Tonometer Schiotz:
Tonometer portabel ini merupakan teknik lama yang sudah jarang digunakan. Pemeriksaan ini memerlukan anestesi lokal dan menggunakan weighted plunger yang dipasang pada footplate untuk ditempatkan di kornea. Beban yang ditumpuk menyebabkan depresi kornea sehingga jumlah bobot berkorelasi dengan TIO yang terkalibrasi menggunakan bagan konversi dalam mmHg.[1,11]
Pneumotonometer
Pneumatonometer menggunakan aliran udara untuk membuat indentasi kornea dengan ujung silikon berdiameter 5 mm. Kekuatan udara yang mengindentasi kornea dicatat dan diubah menjadi TIO dalam mmHg.[1,11]
Anestesi lokal pada mata diperlukan sebelum pemeriksaan. Tonometer ini merupakan satu-satunya tonometer yang dapat mengukur TIO dengan nistagmus dan tremor. Selain itu, pneumotonometer dapat digunakan untuk mengukur TIO pada kornea bagian perifer, pada pasien dengan jaringan parut atau edema kornea, kornea dengan permukaan ireguler, dan pengguna lensa kontak lunak.[1,8]
Pneumatonometer dapat juga digunakan sebagai pneumatonografi dengan menggunakan perubahan TIO untuk mengukur resistensi aliran keluar aqueous humour dari ruang anterior. Peningkatan resistensi akan menyebabkan peningkatan TIO dan risiko glaukoma.[1]
Tono-Pen:
Perangkat genggam elektronik berukuran kecil bertenaga baterai ini memiliki tiny plunger yang menonjol secara mikroskopis dari bagian tengahnya. Saat tonometer kontak dengan mata, plunger akan mendapat perlawanan dari kornea dan menghasilkan TIO dalam mmHg. Pemeriksaan dengan tonometer portabel ini membutuhkan anestesi lokal mata.[1,11]
Serupa dengan pneumatonometer, tonometer ini juga dapat digunakan pada pengguna lensa kontak lunak, kornea dengan permukaan ireguler, dan pengukuran pada kornea perifer jika terdapat bekas luka atau ulkus kornea sentral. Penggunaan penutup sekali pakai (disposable tips) pada tono-pen dapat meminimalkan penularan infeksi.[1,8]
Alat ini memerlukan kalibrasi ulang harian dan minimal empat kali pengukuran untuk meningkatkan presisi. Kemudahan dalam kalibrasi dan pengoperasian alat dapat meminimalkan bias dari pengguna.[1,8]
Rebound Tonometry
Tonometer i-care merupakan tonometer genggam portabel bertenaga baterai dengan menggunakan probe kecil yang memantulkan kornea pada bidang horizontal. Adanya deselerasi dari probe akan menghasilkan tegangan yang diubah menjadi TIO dalam mmHg. Semakin cepat laju deselerasi terhadap kornea, akan semakin tinggi tekanannya. Sedangkan, semakin lambat laju deselerasi akan semakin rendah tekanannya.[1,8,11]
Keuntungan dari pemeriksaan ini adalah tidak membutuhkan anestesi lokal sehingga dapat digunakan pada anak dan individu yang tidak toleran terhadap pemeriksaan slit-lamp atau metode kontak. Rebound tonometry juga tidak membutuhkan penutup sekali pakai (disposable tips) untuk meminimalkan transmisi infeksi. Sedangkan, kelemahan dari alat ini adalah akurasi menurun pada edema kornea.[1,8]
Dynamic Contour Tonometry (DCT)
Pascal Dynamic Tonometer (Pascale DCT) merupakan tonometer kontak dengan penggunaan sensor piezoelektrik yang tertanam pada bagian tengah dari ujung tonometer yang memiliki penutup dengan bentuk yang sama dengan kornea untuk mengukur fluktuasi denyut dinamis TIO di kornea. Pemeriksaan ini memerlukan anestesi lokal pada mata dan memiliki hasil yang kurang akurat pada permukaan kornea yang ireguler.[1,3]
Pemeriksaan ini tidak melakukan deformasi pada kornea sehingga pembacaannya tidak tergantung pada ketebalan kornea, melainkan dipengaruhi oleh kelengkungan dan kekakuan kornea.[8,11]
Follow up
Tonometry sangat penting dilakukan sebagai skrining bagi anak dan dewasa dengan risiko rendah dan tinggi serta pemantauan terhadap keadaan patologis tertentu pada mata. TIO memiliki nilai normal berkisar antara 10–21 mmHg.[1,2] Ketika nilai TIO abnormal atau mengalami peningkatan akut secara tiba-tiba, maka beberapa pemeriksaan lanjutan perlu dilakukan sesuai indikasi. Misalnya, funduscopy, pemeriksaan lapang pandang, pachymetry, dan optical coherence tomography (OCT) sebagai pemeriksaan lanjutan pada kasus glaukoma sudut terbuka. Pemeriksaan gonioskopi perlu dilakukan sebagai baku emas diagnosis glaukoma sudut tertutup.[7,9]