Teknik Pemeriksaan Range of Motion
Teknik pemeriksaan Range of Motion (ROM) meliputi pemeriksaan menggunakan goniometer universal, twin axis electrogoniometer, gravity goniometer atau inclinometer, software atau smartphone-based goniometer, dan arthodial goniometer.
Persiapan
Pemeriksaan Range of Motion (ROM) tidak memerlukan persiapan khusus. Pasien diedukasi mengenai prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan dan diberikan penjelasan, kemudian minta informed consent. Pemeriksa menentukan jenis goniometer yang digunakan, serta menentukan cara pemeriksaan apakah secara aktif, pasif, atau aktif asistif.[4,8,9]
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan Range of Motion (ROM) adalah goniometer. Ada berbagai jenis goniometer antara lain:
- Goniometer universal : short arm goniometer digunakan untuk sendi yang lebih kecil seperti pergelangan tangan, siku, atau pergelangan kaki. Long arm goniometer lebih akurat untuk sendi dengan ruas panjang, seperti sendi lutut dan pinggul[4,9]
Twin Axis Electrogoniometer : elektrogoniometer adalah versi elektronik dari goniometer konvensional dengan keserbagunaan yang ditingkatkan, karena memungkinkan pengukuran dinamis dalam bidang gerak[4,10]
Gravity Goniometer atau Inclinometer : satu lengan memiliki penunjuk tertimbang yang tetap vertikal di bawah pengaruh gravitasi[4,11]
Software Atau Smartphone-Based Goniometer : penggunaan ponsel pintar sebagai digital goniometer memiliki beberapa keunggulan seperti ketersediaan, kemudahan pengukuran, pelacakan pengukuran berbasis aplikasi, dan juga penggunaan satu tangan. Aplikasi ini menggunakan akselerometer di ponsel untuk menghitung sudut sendi[4,9]
Arthrodial Goniometer : banyak digunakan untuk mengukur rotasi serviks, fleksi anteroposterior, dan fleksi lateral tulang belakang leher[4]
Posisi Pasien
Posisi pasien saat dilakukan pemeriksaan Range of Motion (ROM) adalah posisi anatomi netral untuk sebagian besar pengukuran. Pengecualiannya adalah rotasi bahu, rotasi pinggul, dan supinasi-pronasi lengan bawah, di mana posisi awal berada di antara dua gerakan ekstrem. Posisikan dan stabilkan sendi dengan baik dan benar. Jika individu yang akan diukur tidak dapat mengambil posisi awal, posisi improvisasi harus dicatat saat gerakan sendi direkam.[4,11]
Prosedural
Prosedur pemeriksaan Range of Motion (ROM) adalah:
- Pemeriksa menempatkan pasien dalam posisi anatomi atau mendekati posisi anatomi.
- Mengedukasi, menjelaskan dan mendemonstrasikan kepada pasien prosedur yang akan dilakukan sebelum pemeriksaan dimulai
- Pemeriksa membuat perkiraan visual tentang kisaran gerakan yang dimungkinkan oleh sendi selama gerakan aktif
- Pemeriksa menstabilkan komponen sendi proksimal dan kemudian dengan hati-hati menggerakkan komponen distal sendi melalui seluruh rentang gerak yang tersedia hingga mencapai end feel. Proses stabilisasi ini berguna untuk mencegah komplikasi dari gerak sendi yang berlebihan
- Setelah memperkirakan lingkup gerak dan pemeriksa mengembalikan komponen distal ke posisi awal, pemeriksa meraba landmark tulang yang relevan dan menyelaraskan goniometer. Landmark ditempatkan dan ditandai dengan pena untuk memastikan penempatan dan kesejajaran yang tepat
- Sumbu sendi diamati dan titik tumpu goniometer ditempatkan pada titik yang ditentukan. Goniometer dipegang 1 hingga 2 inci dari tubuh pasien
- Lengan stasioner sejajar dengan sumbu longitudinal segmen ekstremitas proksimal dan landmark anatomis yang sesuai
- Setelah goniometer disejajarkan dengan benar, pasien diinstruksikan untuk menggerakkan segmen distal sejauh mungkin
- Lengan digerakkan sejajar dengan sumbu longitudinal segmen ekstremitas distal dan landmark anatomis yang sesuai
- Pemeriksa membaca goniometer
- Tidak perlu menggerakkan lengan stasioner saat pengukuran diulang. Pemeriksa mencatat dan melaporkan data tersebut[4,11]
Follow Up
Follow up setelah dilakukan pemeriksaan Range of Motion (ROM) adalah menentukan investigasi lanjutan yang diperlukan. Setelah diagnosis ditegakkan, maka pasien dapat diterapi sesuai ekspertise klinis dokter pemeriksa.
Jika pemeriksaan ROM dilakukan untuk tujuan ROM exercise, maka pemeriksa perlu mengukur ulang ROM pasien setelah latihan untuk mengetahui ada-tidaknya perbaikan klinis.[4,8,11]