Komplikasi Reduksi Terbuka Fraktur
Komplikasi tindakan reduksi terbuka atau disebut juga open reduction, internal fixation (ORIF) dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan komplikasi lambat atau jangka panjang. Contoh komplikasi dini adalah perdarahan, gangguan saraf, atau arteri. Sedangkan contoh komplikasi lambat atau jangka panjang adalah tromboemboli atau infeksi. [1,8]
Komplikasi Dini
Komplikasi dini yang mengancam nyawa terutama langsung disebabkan oleh kejadian fraktur. Komplikasi yang mengancam nyawa yang dapat terjadi termasuk perdarahan yang berat di pelvis atau femur, atau kontusio paru apabila terjadi fraktur multipel iga. [8]
Komplikasi awal yang dapat terjadi juga mencakup luka pada saraf dan sindroma kompartemen. Saraf mudah terkena luka karena lokasi nya yang berdekatan dengan lokasi fraktur. Contohnya, nervus medianus sering diasosiasikan dengan fraktur radius distal. Oleh karena itu, fungsi sensorik dan motorik sebaiknya diperiksa saat pemeriksaan awal.
Sindroma kompartemen terjadi saat ada peningkatan tekanan akibat adanya cairan intrakompartemen. Komplikasi ini sering terjadi pada fraktur tulang panjang seperti fraktur tibia, radius distal, daerah suprakondiler humerus dan femur. Selain dari peningkatan tekanan akibat cairan intrakompartemen, penggunaan bidai juga dapat menyebabkan sindrom kompartemen. [3,8]
Komplikasi Lambat/Jangka Panjang
Komplikasi lambat atau jangka panjang yang dapat terjadi mencakup gangguan tromboembolisme, infeksi, dan gangguan penyembuhan tulang.
Thromboembolisme:
Tromboembolisme dapat terjadi pada pasien trauma ortopedi dengan imobilisasi jangka panjang. Apabila dilakukan imobilisasi selama lebih dari 10 hari, angka kejadian thrombosis mencapai 67%. [1] Risiko deep vein thrombosis (DVT) tidak sama rata pada semua trauma ortopedi. Sebuah studi menyatakan bahwa risiko DVT tidak meningkat pada kejadian trauma distal dari lutut, dan risiko hanya meningkat sedikit pada trauma ekstremitas atas. [13] Pemberian profilaksis harus dipertimbangkan pada pasien yang berisiko.
Infeksi :
Infeksi selalu merupakan risiko saat melakukan tindakan operatif, namun risiko juga bertambah bila trauma menyebabkan fraktur terbuka. Komplikasi yang dapat terjadi mencakup infeksi lokal dalam bentuk selulitis, atau bahkan menyebabkan osteomyelitis, dan infeksi sistemik berupa sepsis.
Patogen yang paling sering menyebabkan infeksi adalah mikroorganisme komensal kulit, misalnya Staphylococcus aureus, Streptococcus grup A, Coagulase-negative Staphylococci, dan Enterococci. [1]
Osteomyelitis pasca trauma mencakup 47% dari seluruh kasus, dan risiko meningkat bila pasien mengalami fraktur terbuka. [8]
Gangguan Penyembuhan Tulang :
Gangguan penyembuhan tulang merupakan kondisi di mana fraktur tidak sembuh sepenuhnya. Keadaan dimana fragmen tulang tidak menyambung disebut non-unio. Bila fraktur sembuh dengan sebuah deformitas (misalnya angulasi atau rotasi) disebut malunion.
Penyebab tersering dari non-union dan malunion adalah aliran darah yang kurang, tindakan yang mempengaruhi penyembuhan tulang (misalnya merokok dan konsumsi alkohol berlebih), fiksasi tulang yang buruk, aposisi fragmen tulang (fragmen terlalu berjauhan), dan infeksi. [8]
Pasien yang memiliki risiko tinggi untuk non-union adalah yang memiliki komorbiditas diabetes, osteoporosis dan neuropati. Obat-obatan juga dapat menghambat penyembuhan tulang seperti nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) seperti ibuprofen atau naproxen, glukokortikoid, beberapa antibiotik seperfi fluoroquinolone seperti ciprofloxacin, dan obat kemoterapi.
Komplikasi Lain:
Beberapa komplikasi lain yang jarang ditemukan adalah complex regional pain syndrome (CROS), fat embolism syndrome (FES), dan artritis pasca trauma. [8]