Teknik Reduksi Terbuka Fraktur
Teknik reduksi terbuka fraktur adalah dilakukan bersamaan dengan fiksasi internal atau disebut juga open reduction, internal fixation (ORIF).[1,4]
Persiapan Pasien
Sebelum tindakan reduksi terbuka fraktur, pasien biasanya menjalani pemeriksaan radiologis seperti rontgen, atau bahkan computed tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI) apabila diperlukan. Pemeriksaan radiologis dapat membantu ketepatan perhitungan dan akurasi simetris antara tulang yang fraktur dengan yang sehat.[2]
Hal utama yang dilakukan saat persiapan pasien sebelum reduksi terbuka dan fiksasi internal adalah untuk menentukan pendekatan reduksi fraktur yang paling optimal. Harus dipertimbangkan risiko infeksi atau osteomyelitis yang terkait dengan tindakan, serta cara mencapai fungsi ekstremitas yang semula dengan waktu yang tersingkat.[5]
Persiapan pasien lainnya yang perlu dilakukan serupa dengan protokol pre-operatif standar, memeriksa adanya komorbiditas seperti pemeriksaan darah lengkap, faktor pembekuan darah, gula darah, dan rontgen thorax. Pasien juga direkomendasikan untuk puasa cairan 2 jam sebelum operasi, dan puasa makanan padat sejak 6 jam sebelum operasi. Sebelum memulai operasi, pasien diberikan antibiotik profilaksis. Pasien yang menjalani pembedahan pada ekstremitas bawah memerlukan tromboprofilaksis untuk menghindari komplikasi tersering yaitu tromboembolisme vena atau deep vein thrombosis, terutama pada pasien lanjut usia, obesitas, dan yang memiliki riwayat trombosis.[1,2,11]
Informed consent pada tindakan reduksi terbuka fraktur dibutuhkan dari pasien.
Peralatan
Peralatan minimal yang diperlukan saat operasi ortopedi adalah drill untuk membuat lubang, osteotome untuk memotong tulang trabekular, gergaji untuk memotong tulang kortikal, chisels untuk membentuk tulang, gouges untuk mengeluarkan tulang, serta plates, screws, dan screwdriver untuk fiksasi tulang.[2]
Posisi Pasien
Posisi pasien saat operasi ditentukan sesuai dengan akses terbaik untuk tulang yang mengalami fraktur. Posisi pasien harus ditentukan dengan baik karena operasi memiliki risiko komplikasi perioperatif seperti positioning injuries dimana dapat terjadi penekanan atau traksi ke saraf di lokasi-lokasi tertentu. Lokasi yang memerlukan perhatian lebih adalah pleksus brakialis, nervus radialis, nervus ulnaris, dan nervus peroneal.[2,12]
Prosedural
Sebelum dilakukan tindakan reduksi terbuka fraktur, pasien distabilisasi sesuai dengan prinsip Advanced Trauma Life Support (ATLS). Tindakan ATLS diperlukan untuk penatalaksanaan awal saat terdapat pasien trauma. Sebelum menangani fraktur, klinisi perlu melakukan pemeriksaan primary survey terlebih dahulu untuk memastikan keadaan yang paling mengancam nyawa sudah terkontrol. Tindakan mencakup patensi airway, breathing, dan circulation.[3]
Setelah pasien cukup stabil, reduksi terbuka dan fiksasi internal dapat dilakukan menggunakan beberapa alat dan metode, dimana yang paling banyak dilakukan adalah screw (cortical dan cancellous) dan plates. Beberapa alat lain yang dapat digunakan termasuk intramedullary nails, self-tapping screw, blade plates, dynamic hip screw, tension band wiring, dan external fixators.[5]
Bone Screw
Terdapat dua macam bone screw yaitu cortical dan cancellous:
Cortical Bone Screw: digunakan untuk mendekatkan/menempelkan permukaan dari dua fragmen tulang agar penyembuhan terjadi dan menghindari risiko non-union. Tulang di bor tegak lurus terhadap fraktur tulang, kemudian lubang diukur dan ukuran screw yang sesuai dapat digunakan. Screw kemudian dipasang menggunakan hex screwdriver. Lebih dari satu screw dapat digunakan dan dapat dipasang ke arah yang berbeda sesuai dengan garis fraktur.[5]
Cancellous Bone Screw: adalah sekrup yang memiliki bagian pitch yang kasar dan sudut thread (thread angle) yang sempit. Jenis sekrup ini digunakan untuk bagian tulang trabekular.
Plates
Terdapat berbagai jenis plat atau plates, ada yang ringan dan tidak memakan banyak ruang yang fungsi utamanya adalah alignment, dan ada yang cukup berat dan keras agar pasien tidak memerlukan fiksasi eksternal lainnya.
Agar terbentuk callus diperlukan permukaan tulang yang cukup dekat dan mengalami sedikit kompresi. Fungsi plat pada tindakan reduksi terbuka selain untuk fiksasi juga untuk memberikan tekanan.
Terdapat banyak macam plat yang tersedia dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi agar sesuai dengan fraktur-fraktur tertentu. Contohnya cloverleaf plate yang digunakan untuk tibia bagian distal, dan hook plate yang digunakan saat sebuah fragmen tidak cukup besar untuk dipasang screw.[5]
Follow up
Pemantauan setelah dilakukan reduksi terbuka dapat dibagi menjadi perawatan pasca operasi dan pemantauan jangka panjang.
Perawatan Pasca Operasi
Perawatan pasca operasi di ruangan rawat serupa dengan operasi lain. Hal-hal yang dimonitor adalah tanda vital, rasa nyeri, cairan intravena, pemeriksaan laboratorium, dan pemberian obat-obatan seperti analgesik dan antibiotik.[6]
Tatalaksana pasca operasi yang diperlukan seperti perawatan luka, pencabutan jahitan, pelepasan splint atau cast ditentukan oleh dokter penanggung jawab. Pemantauan pasca operasi seringkali dilakukan 1-2 minggu setelah tindakan dan secara periodis hingga fraktur sembuh dan fungsi kembali.[1]
Follow up Jangka Panjang
Pasien dengan fraktur dan reduksi terbuka cenderung memerlukan konsultasi jangka panjang dengan bagian rehabilitasi untuk dapat meningkatkan fungsi (range of motion dan kekuatan) setelah fraktur sembuh. Pemeriksaan juga diperlukan untuk menentukan apakah plate and screw perlu diangkat.[1]