Teknik Skrining Kanker Serviks
Teknik skrining kanker serviks selama ini dilakukan dengan pemeriksaan sitologi berupa Pap smear atau liquid based cytology, pemeriksaan human papillomavirus (HPV), dan pemeriksaan inspeksi visual asetat (IVA). Namun, pemeriksaan yang paling dianjurkan oleh bermacam studi dan asosiasi kesehatan adalah pemeriksaan HPV dan sitologi.
Pedoman American Cancer Society yang lama (tahun 2012) menyarankan Pap smear sebagai metode skrining utama karena pemeriksaan HPV saat itu belum disetujui oleh FDA. Namun, pedoman yang terbaru (tahun 2020) merekomendasikan pemeriksaan DNA HPV sebagai metode skrining utama yang sudah disetujui FDA. Pemeriksaan sitologi diperbolehkan bila pemeriksaan HPV tidak tersedia.[2-5]
Persiapan Pasien
Secara umum, pasien harus diedukasi tentang bagaimana prosedur skrining kanker serviks akan berlangsung, apa tujuan skrining, bagaimana kemungkinan hasil yang bisa didapat, dan kapan pasien harus mengulang skrining. Pasien juga perlu diinformasikan bahwa skrining mungkin perlu diulang jika ada gambaran abnormal yang mencurigakan dan skrining mungkin menimbulkan efek samping tertentu (misalnya perdarahan minor). Setelah itu, pasien harus menandatangani informed consent.[8]
Sebelum pemeriksaan, lakukan anamnesis singkat tentang ada atau tidaknya keluhan, riwayat menstruasi, riwayat aktivitas seksual, riwayat obstetrik, riwayat penggunaan obat-obatan, serta riwayat operasi atau radioterapi pada organ reproduksi. Hal-hal ini mungkin memengaruhi kualitas sampel dan hasil skrining.[8]
Keluhan tertentu
Adanya infeksi pada vagina yang disertai discharge purulen dapat menyebabkan sel-sel inflamasi menutupi tampilan sel epitel dan menunjukkan gambaran atipik.
Riwayat Menstruasi
Adanya menstruasi dapat menyebabkan sel darah menutupi tampilan sel epitel. Selain itu, atrofi genital pada wanita yang sudah menopause juga dapat memengaruhi sampel yang digunakan untuk skrining kanker serviks.
Riwayat Aktivitas Seksual
Adanya hubungan seksual dalam 24 jam terakhir juga dapat memengaruhi sampel yang diambil dari serviks dan memengaruhi hasil skrining.
Riwayat Obstetrik
Contoh faktor lain yang dapat memengaruhi hasil skrining adalah kehamilan, masa nifas, dan pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan bimanual vagina.
Riwayat Penggunaan Obat dan Tindakan Medis
Penggunaan zat kimia dalam 48 jam terakhir, seperti antiseptik, lubrikan, dan obat-obat intravaginal dapat memengaruhi sampel skrining. Selain itu, pemeriksaan kolposkopi dengan asam asetat dalam 24 jam terakhir juga bisa merusak tampilan sel.
Pemeriksaan Pap smear dalam periode 3 bulan dapat membuat lesi hilang pada saat pengambilan sampel, sehingga akan memberikan hasil negatif palsu. Sementara itu, pada pasien yang baru menjalani operasi serviks dalam periode 3 bulan, proses regenerasi sel pascaoperasi mungkin masih berlangsung dan memberikan hasil positif palsu. Radioterapi juga dilaporkan dapat memengaruhi hasil skrining.[8]
Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan disesuaikan dengan metode skrining kanker serviks yang dipilih. Secara umum, peralatan yang harus disediakan adalah kasur periksa dengan penyangga kaki, pencahayaan yang terang, troli instrumen, spekulum vagina, sarung tangan steril dan nonsteril, cairan antiseptik, dan lembar laporan hasil pemeriksaan.[1]
Peralatan yang digunakan untuk inspeksi visual asetat (IVA) adalah:
- Larutan asam asetat dengan konsentrasi 3–5%
Cotton swab[1]
Peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan sitologi adalah:
- Alat pengambil sampel (spatula dua sisi Aylesbury dan Ayre, cytobrush atau endocervical brush, atau cervical broom)
- Kaca preparat dan spidol untuk label nama
- Cairan fiksasi dan tabung pengawet[1]
Peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan HPV adalah:
- Polymerase chain reaction assays
- Larutan saline
- Alat scraper
- Swab
- Cairan pembilas atau lavage
- Cawan berisi medium biologis
- Tempat pendingin untuk menyimpan spesimen[1,9]
Posisi Pasien
Pemeriksaan dilakukan dengan pasien dalam posisi berbaring dan litotomi. Tulang ekor atau coccyx pasien harus berada tepat di ujung meja pemeriksaan untuk memberikan visualisasi serviks yang adekuat setelah spekulum dimasukkan.[1]
Prosedural
Secara umum, tiap prosedur skrining kanker serviks diawali dengan pengaturan posisi pasien yang tepat, penyediaan sumber cahaya yang adekuat, pencucian tangan pemeriksa, penggunaan alat pelindung diri, disinfeksi vulva, dan insersi spekulum ke dalam vagina hingga mulut serviks tervisualisasi dengan jelas.[8]
Prosedural Inspeksi Visual Asetat (IVA)
Untuk tindakan IVA, oleskan larutan asam asetat 3–5% pada permukaan serviks. Setelah itu, tunggu selama 30–60 detik untuk melihat perubahan warna pada area yang dioleskan. Jika terdapat perubahan warna menjadi putih, kemungkinan terdapat lesi prakanker, erosi, atau peradangan.[1,8]
Prosedural Pemeriksaan Sitologi
Saat pemeriksaan Pap smear konvensional, ambil sampel dengan alat pengambil sampel (cervical broom, spatula, dan endocervical brush). Setelah itu, putar kuas endoserviks ke ⅓ luar kaca preparat dalam satu olesan. Untuk mendapatkan olesan yang tipis dan rata, hindari penekanan. Lalu, lanjutkan dengan mengoles sampel dari spatula secara longitudinal ke ⅓ tengah kaca preparat.
Cairan fiksasi yang sering digunakan pada Pap smear konvensional adalah etil alkohol 95% yang diteteskan atau disemprotkan dengan jarak 20 cm ke preparat. Selain itu, preparat juga bisa direndam dalam cairan fiksasi. Preparat difiksasi selama minimal 10 menit, lalu dikeringkan, ditaruh dalam wadah, dan dikirim ke laboratorium.
Pada pemeriksaan liquid based cytology, sampel yang sudah diambil tidak langsung dioleskan ke kaca preparat melainkan difiksasi ke dalam tabung berisi cairan khusus terlebih dahulu. Tekan kuat alat pengambil sampel ke bagian bawah tabung sebanyak 15–20 kali untuk memindahkan semua sel dari alat pengambil sampel ke cairan.[1,8]
Prosedural Pemeriksaan DNA Human Papillomavirus atau HPV
Ambil sampel dengan alat pengambil sampel (cervical broom, spatula, dan endocervical brush) lalu tempatkan alat pengambil sampel ke dalam vial yang sudah disediakan, sesuai jenis media koleksi dan transportasi. Sampel dapat disimpan pada suhu ruangan selama 14 hari atau pada suhu 4 derajat Celcius selama 3 minggu hingga 3 bulan. Hal ini akan tergantung pada media koleksi yang digunakan. Untuk waktu penyimpanan yang lebih lama, sampel dapat dibekukan pada suhu -20 derajat Celcius.[1,9]
Follow Up
Saat pasien kembali untuk mengambil hasil pemeriksaannya, jelaskan kepada pasien apa interpretasi hasil pemeriksaan dan apa yang harus dilakukan setelahnya. Jika hasil pemeriksaan normal, anjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan HPV 5 tahun kemudian atau pemeriksaan Pap smear 3 tahun kemudian jika tes HPV tidak tersedia.
Pasien dengan hasil skrining abnormal perlu mendapatkan penanganan sesuai profil risikonya masing-masing. Hasil skrining DNA HPV, gambaran sitologi, riwayat hasil skrining sebelumnya, serta genotipe HPV merupakan faktor penting dalam kalkulasi risiko CIN 3+ (cervical intraepithelial neoplasia grade 3 atau lebih buruk) dan penentuan tata laksana.[2,3]