Pendahuluan Pemeriksaan Duh Vagina
Pemeriksaan duh vagina bertujuan untuk menentukan etiologi duh vagina dalam menentukan tatalaksana yang tepat. Etiologi duh vagina bisa terkait Infeksi Menular Seksual (IMS) maupun tidak.
Etiologi duh vagina tersering adalah fisiologis, vaginosis bakterial, trikomoniasis, dan kandidiasis. Selain itu etiologi lainnya adalah servisitis, vaginitis aerobik, vaginitis atrofik, mucoid cervical ectopy, masalah psikoseksual, dan depresi.[1,2]
Adanya duh vagina merupakan salah satu kondisi kesehatan yang paling sering terjadi pada wanita pada setiap fase kehidupannya. Namun, penegakan diagnosis penyebab duh vagina seringkali kurang akurat jika hanya mengandalkan anamnesis saja. Selain anamnesis yang cukup, pemeriksaan fisik dan penunjang yang sesuai diperlukan untuk menentukan etiologi duh vagina yang bermacam-macam. Anamnesis yang esensial meliputi perilaku dan praktek seksual, jenis kelamin pasangan, siklus haid, vaginal hygiene practice, dan riwayat swamedikasi.[1]
Pemeriksaan duh vagina dapat dilakukan melalui penentuan pH, tes KOH (Kalium Hidroksida), dan pemeriksaan mikroskopik sampel duh vagina. Pemeriksaan pH sekresi vagina dapat dilakukan menggunakan kertas pH spektrum sempit. Peningkatan pH di atas 4,5 seringkali ditemukan pada kondisi vaginosis bakterial dan trikomoniasis. Namun pemeriksaan pH kurang spesifik, sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut di bawah mikroskop.[1]
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan dengan menggunakan 2 buah sampel. Pada preparat kaca yang pertama, sampel ditetesi 1-2 tetes larutan salin normal 0,9%. Pada preparat kaca yang kedua, sampel diteteskan larutan KOH 10%. Setelah itu, ditutupi dengan penutup kaca dan dilihat di bawah mikroskop dengan kekuatan rendah maupun tinggi.[1]
Spesimen dengan larutan salin dapat menunjukkan adanya trikomonad motil pada trikomoniasis atau sel klu (clue cell). Sel klu adalah sel epitel yang dikelilingi bakteri. Sel klu merupakan karakteristik dari vaginosis bakterial. Pada spesimen dengan KOH, dilakukan identifikasi hifa atau blastospora yang biasa ditemukan pada kandidiasis. Meski demikian, tidak ditemukannya temuan pada masing-masing spesimen tidak mengeksklusi diagnosis. Hal ini disebabkan rendahnya sensitivitas pemeriksaan mikroskopis, yaitu sekitar 50% dibanding dengan pemeriksaan NAAT ataupun kultur jamur. Adanya sel darah putih pada pemeriksaan mikroskopis tanpa ditemukannya trichomonas atau jamur, dapat menunjukkan adanya servisitis.[1]