Edukasi Pasien Inseminasi Buatan
Edukasi pasien pada inseminasi buatan atau artificial insemination dimulai sejak konseling awal, termasuk informed decision kepada pasangan suami istri. Pasangan harus dijelaskan terperinci mengenai indikasi, kontraindikasi, tingkat keberhasilan, dan risiko komplikasi prosedur.[1,4]
Konsultasi pengobatan infertilitas pria maupun infertilitas wanita harus menggunakan prinsip shared decision making, sehingga dapat dipilih terapi yang paling tepat dan terbaik.
Edukasi Persiapan Pasien
Sebelum memutuskan untuk melakukan tindakan ini, pasien harus memahami bahwa metode yang sering dilakukan adalah intrauterine insemination (IUI), yaitu terapi non-invasif dengan tingkat kehamilan klinis per siklus berkisar 10‒20%. Tindakan ini merupakan lini pertama untuk infertilitas dengan faktor yang tidak dapat dijelaskan dan faktor imunologi.[1]
Edukasi Persiapan Wanita
Pasien wanita diberikan penjelasan tujuan melakukan pemeriksaan kadar hormon dalam darah dan USG transvaginal, yaitu untuk pemeriksaan kematangan sel telur. Selanjutnya, diberikan edukasi manfaat controlled ovarian hyperstimulation (COH), yang dapat meningkatkan keberhasilan prosedur.[1]
Perlu juga diberitahu bahwa obat-obatan untuk COH dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, seperti sakit kepala, mood swing, dan hot flushes. Efek samping COH yang berbahaya adalah ovarian hyperstimulation syndrome (OHSS).[1]
Walaupun OHSS jarang terjadi, tetapi pasien tetap harus diedukasi agar segera ke dokter apabila timbul gejala mual, muntah, oliguria, sesak napas, pingsan, nyeri abdomen berat, dan penambahan berat badan sekitar 3 kg dalam waktu 3‒5 hari.[1,6,10,11]
Edukasi Persiapan Pria
Edukasi persiapan untuk pasien pria adalah tidak melakukan koitus sejak 5 hari sebelum pengumpulan sperma.[6]
Edukasi Setelah Tindakan
Pasien dijelaskan bahwa tindakan IUI tidak membutuhkan rawat inap. Setelah prosedur, pasien wanita dapat melakukan aktivitas normal seperti biasanya. Walaupun pada beberapa pasien memerlukan istirahat di rumah, tetapi umumnya tidak harus bedrest total.[10,11]
Pasien juga diedukasi untuk mengenali gejala normal pasca prosedur, seperti keluar cairan dari vagina yang berwarna jernih atau berdarah, kram ringan perut bawah, kembung, konstipasi, dan nyeri payudara.[10,11]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini