Indikasi Inseminasi Buatan
Indikasi inseminasi buatan atau artificial insemination diutamakan untuk pasangan suami-istri dengan kondisi infertilitas, yaitu kegagalan hamil setelah 1 tahun berhubungan seksual secara normal. Inseminasi buatan umumnya menjadi pilihan setelah pasien menjalani tata laksana fertilisasi yang lebih alamiah lainnya tetapi gagal.[2]
Metode inseminasi buatan tersering adalah intrauterine insemination (IUI), di mana sperma dimasukan ke dalam uterus bagian atas untuk mempermudah pembuahan. Oleh karena itu, syarat keberhasilan tindakan ini adalah terdapat sperma, sel telur, dan tuba falopi yang paten.[1]
Indikasi Pria
Pada pria, indikasi inseminasi buatan adalah infertilitas pria ringan-sedang, seperti oligospermia, motilitas sperma yang menurun, gangguan ejakulasi, ataupun disfungsi ereksi.[1-3]
Analisis semen yang harus diperhatikan dalam program IUI adalah waktu proses semen, jumlah sperma motil total yang diproses, motilitas progresif cepat setelah pengolahan, morfologi sperma sebelum dan sesudah pengolahan, jumlah sperma motil inseminasi, waktu inseminasi IUI, dan kelangsungan hidup sperma selama 24 jam.[1]
Indikator keberhasilan IUI pada pihak pria adalah total sperma motil yang diproses >10 juta, dan inseminasi hitung >1×106 dengan >4% spermatozoa normal. [1]
Uji klinis acak multisenter yang dipublikasikan pada tahun 2020 menunjukkan bahwa total motile sperm count (TMC) yang lebih tinggi dikaitkan dengan tingkat kelahiran hidup yang lebih besar. Pada kelompok uji dengan TMC 15,1‒20,0 juta memiliki tingkat kelahiran hidup hingga 14,8%, sedangkan TMC 5 juta hanya 5,5%. Namun, kelahiran hidup dapat terjadi dengan TMC 1 juta, yaitu sebesar 5,1%.[5]
Indikasi Wanita
Pada wanita, indikasi inseminasi buatan adalah wanita berusia <40 tahun dengan tuba falopi dan uterus yang berfungsi normal. IUI bermanfaat untuk infertilitas wanita karena gangguan koitus seperti dispareunia, memiliki masalah uterus seperti endometriosis ringan, atau memiliki masalah serviks seperti gangguan mukus. [1-3]
Tindakan IUI dapat dilakukan pada wanita dengan atau tanpa stimulasi ovarium. Namun, stimulasi ovarium terkontrol dengan gonadotropin (hCG) dosis rendah secara signifikan dapat meningkatkan hasil kehamilan. Selain itu, indikator keberhasilan IUI lainnya meliputi usia, durasi infertilitas, protokol stimulasi, etiologi infertilitas, jumlah siklus, waktu inseminasi, serta jumlah folikel preovulasi pada hari hCG.[1]
Pada tahun 2020, sebuah uji klinis acak multisenter melaporkan bahwa ketidaknyamanan pasien selama prosedur IUI dikaitkan dengan penurunan angka kelahiran hidup, sedangkan waktu dari injeksi pemicu hCG ke IUI tidak terkait secara signifikan dengan hasil.[5]
Indikasi Umum
Inseminasi buatan adalah terapi non-invasif lini pertama dengan biaya terjangkau untuk infertilitas dengan faktor yang tidak dapat dijelaskan, dan faktor imunologi. Tingkat kehamilan klinis per siklus berkisar 10‒20%.[1,4]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini