Pedoman Klinis Antenatal Care
Pedoman klinis antenatal care atau ANC terdiri dari 39 rekomendasi yang terbagi menjadi 5 jenis intervensi sesuai pedoman WHO, yaitu intervensi nutrisi selama hamil, penilaian kondisi ibu dan janin, pencegahan penyakit dalam kehamilan, intervensi simtom fisiologis yang umum, dan intervensi sistem kesehatan untuk meningkatkan pemanfaatan dan kualitas ANC.[11,12]
Intervensi Nutrisi
Intervensi nutrisi meliputi intervensi diet maupun pemberian suplementasi. Akan tetapi, dokter perlu mengetahui bahwa tidak semua suplementasi disarankan untuk semua ibu hamil. Pemberian suplementasi harus dilakukan secara bijaksana.
Intervensi Diet
Konseling mengenai makanan sehat dan pentingnya aktivitas fisik direkomendasikan untuk ibu hamil guna menjaga kesehatan dan mencegah kenaikan berat badan yang berlebihan selama kehamilan.[11]
Pada populasi gizi kurang, edukasi mengenai cara meningkatkan asupan energi harian dan asupan protein direkomendasikan untuk mengurangi risiko bayi lahir dengan berat badan rendah. Pada populasi ini, suplementasi energi dan protein yang seimbang juga dianjurkan untuk mengurangi risiko stillbirth dan bayi lahir kecil. Namun, suplementasi protein yang tinggi tidak dianjurkan pada populasi ini.[11]
Anjuran Suplementasi Zat Besi dan Asam Folat
Suplementasi harian berupa zat besi 30–60 mg dan asam folat 400 μg (0,4 mg) direkomendasikan bagi wanita hamil untuk mencegah anemia pada ibu, neural tube defect, sepsis puerperalis, berat badan lahir rendah, dan persalinan preterm.
Suplementasi intermittent berupa zat besi 120 mg dan asam folat 2.800 μg (2,8 mg) sekali seminggu dianjurkan jika suplementasi zat besi tidak dapat dikonsumsi tiap hari karena efek sampingnya atau jika prevalensi anemia ibu hamil di populasi <20%.[11]
Anjuran Suplementasi Kalsium
Pada populasi dengan asupan kalsium rendah, suplementasi kalsium (1,2–2 g kalsium oral) direkomendasikan bagi ibu hamil untuk menurunkan risiko preeklampsia.[11]
Anjuran Suplementasi Vitamin A
Suplementasi vitamin A hanya direkomendasikan bagi wanita yang tinggal di daerah di mana defisiensi vitamin A merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius guna mencegah terjadinya rabun senja.[11]
Suplementasi yang Tidak Dianjurkan
Suplementasi yang tidak dianjurkan untuk meningkatkan outcome klinis ibu dan janin adalah zinc, berbagai mikronutrien, vitamin B6, vitamin E, vitamin C, dan vitamin D.[11]
Pembatasan Asupan Kafein
Wanita hamil dengan asupan kafein harian yang tinggi (>300 mg per hari) disarankan untuk mengurangi asupan kafein untuk mengurangi risiko keguguran dan berat badan lahir bayi rendah.[11]
Penilaian Kondisi Ibu dan Janin
Dokter perlu menilai kondisi ibu berupa ada tidaknya anemia, bakteriuria tanpa gejala, kekerasan rumah tangga, diabetes gestasional, diabetes mellitus dalam kehamilan, penggunaan tembakau, penggunaan alkohol atau narkoba, dan infeksi. Kasus infeksi yang terutama perlu dicermati adalah HIV, sifilis, dan tuberkulosis (TB).[11]
Pada area dengan prevalensi HIV tinggi, tenaga medis harus melakukan pemeriksaan awal dan konseling HIV untuk semua wanita hamil di pelayanan antenatal. Pada kondisi prevalensi rendah, provider-initiated testing counseling (PITC) dilakukan sebagai upaya untuk mencegah transmisi HIV dari ibu ke bayi. Lakukan tes HIV bersamaan dengan pemeriksaan sifilis atau penyakit menular seksual lain sesuai indikasi.[11]
Pada kondisi di mana prevalensi TB dalam populasi umum adalah 100/100.000 atau lebih, skrining untuk TB aktif harus dilakukan pada wanita hamil sebagai bagian dari pelayanan antenatal.[11]
Untuk janin, pemeriksaan gerakan harian tidak perlu dilakukan. Hal ini biasanya hanya dilakukan di penelitian. Kardiotokografi antenatal dan USG Doppler untuk pembuluh darah janin juga tidak dianjurkan dalam ANC. Pemeriksaan yang dianjurkan dalam ANC adalah USG kehamilan sebelum usia gestasi 24 minggu.[11]
Pencegahan Penyakit
Beberapa pencegahan penyakit dapat dilakukan dalam konteks ANC sehari-hari, tetapi beberapa upaya profilaksis hanya diterapkan dalam konteks penelitian.
Bakteriuria Asimtomatik
Pemberian antibiotik selama 7 hari direkomendasikan bagi ibu hamil dengan bakteriuria asimtomatik untuk mencegah bakteriuria persisten, kelahiran preterm, dan bayi berat badan lahir rendah.[11]
Infeksi Saluran Kemih Berulang
Antibiotik yang bertujuan sebagai profilaksis infeksi saluran kemih berulang pada wanita hamil tidak digunakan dalam ANC (hanya digunakan dalam konteks penelitian).[11]
Anti-D Immunoglobulin Antenatal
Profilaksis anti-D immunoglobulin antenatal pada wanita hamil dengan non-sensitized Rh-negatif pada usia kehamilan 28 dan 34 minggu untuk mencegah RhD alloimunisasi juga hanya direkomendasikan pada konteks penelitian.[11]
Infeksi Cacing
Pada area endemis, pemberian antihelmintik profilaksis direkomendasikan bagi wanita hamil setelah trimester 1 sebagai bagian program pemberantasan infeksi cacing.[11]
Tetanus
Imunisasi tetanus toxoid dianjurkan bagi seluruh wanita hamil (tergantung pada riwayat imunisasi sebelumnya) untuk mencegah kematian bayi akibat tetanus.[11]
Malaria
Di daerah endemis, terapi pencegahan intermittent dengan sulfadoxine-pyrimethamine direkomendasikan bagi seluruh wanita hamil. Penggunaan obat ini dapat dimulai pada trimester dua dengan interval 1 bulan antar dosis (minimal mendapatkan 3 dosis).[11]
Profilaksis Sebelum Terpapar HIV
Profilaksis yang mengandung tenofovir disoproxil fumarate (TDF) bisa diberi sebagai pencegahan tambahan bagi wanita hamil yang memiliki risiko tinggi infeksi HIV.[11]
Intervensi untuk Simtom Fisiologis Umum dalam Kehamilan
Jahe, chamomile, dan vitamin B6 direkomendasikan untuk mengurangi keluhan mual dan muntah pada awal kehamilan. Perubahan diet dan gaya hidup direkomendasikan untuk mencegah heartburn selama kehamilan. Antasida dapat ditawarkan pada wanita dengan gejala berat yang tidak berkurang setelah modifikasi gaya hidup.[11]
Magnesium, kalsium, atau terapi nonfarmakologis dapat diberikan untuk mengurangi keluhan kram kaki pada kehamilan. Aktivitas fisik reguler selama kehamilan dianjurkan untuk mencegah nyeri punggung dan panggul.[11]
Suplementasi serat dapat dikonsumsi untuk meredakan konstipasi dalam kehamilan jika modifikasi diet gagal mengurangi gejala. Untuk kasus varises vena dan edema tungkai, terapi nonfarmakologis seperti stocking kompresi dan elevasi kaki bisa dianjurkan.[11]
Intervensi Sistem Kesehatan untuk Meningkatkan Pemanfaatan dan Kualitas ANC
Setiap wanita hamil direkomendasikan untuk membawa buku catatan khusus selama kehamilan untuk meningkatkan keteraturan, kualitas dari pelayanan, dan pengalaman kehamilannya. Pelayanan antenatal, intrapartum, dan postnatal oleh bidan desa atau bidan dalam grup kecil direkomendasikan bagi seluruh ibu hamil di tempat di mana program bidan fungsional berjalan baik.[11]
Pengalihan tugas promosi kesehatan kepada berbagai kader, termasuk sukarelawan, perawat pembantu, bidan, dan dokter sangat direkomendasikan. Pembuat kebijakan harus mempertimbangkan pendidikan, peraturan, dan kemampuan keuangan untuk merekrut tenaga medis untuk ditempatkan di pedesaan dan daerah terpencil.[11]
Kontak ANC minimal 8 kali direkomendasikan untuk mengurangi mortalitas perinatal dan meningkatkan kepuasan ibu terhadap pelayanan. Akan tetapi, ibu hamil juga harus diinformasikan untuk tidak melakukan ANC secara berlebihan karena akan memakan banyak biaya medis yang tidak perlu. Biaya tersebut umumnya lebih dibutuhkan oleh ibu dan anak saat persalinan.[10,11,15]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur