Teknik Antenatal Care
Teknik antenatal care atau ANC menurut Kemenkes Republik Indonesia bisa dirangkum menjadi 10T, yaitu timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, tentukan status gizi berdasarkan lingkar lengan atas, ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi dan denyut jantung janin, skrining status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus difteri (Td) bila perlu, pemberian tablet zat besi, tes laboratorium sederhana atau berdasarkan indikasi, tata laksana kasus, dan temu wicara.[12]
Istilah “kunjungan” antenatal telah diganti menjadi istilah “kontak” karena lebih mewakili perlunya interaksi aktif antara ibu hamil dan tenaga medis selama ANC.
Persiapan Pasien
Pasien disarankan untuk datang bersama suami ataupun keluarga. Kemudian, pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemih terlebih dahulu sebelum pemeriksaan.[14]
Peralatan
Peralatan yang perlu disediakan di dalam ruangan pemeriksaan adalah: tempat tidur, stethoscope, sphygmomanometer, alat Doppler atau monoscope, pita lingkar lengan atas (LiLa), termometer, pita meteran, timbangan, imunisasi tetanus difteri (Td), tablet zat besi, Kartu Ibu dan Anak (KIA), kohort antenatal, dan buku pedoman antenatal.[12]
Posisi Pasien
Pasien duduk terlebih dahulu agar staf medis bisa melakukan anamnesis. Pengukuran tinggi badan dan berat badan dilakukan dalam posisi berdiri. Lalu, pasien berbaring di tempat tidur untuk pemeriksaan lebih lanjut dengan posisi pemeriksa berada di sebelah kanan pasien.[12]
Prosedural
Saat memulai antenatal care dengan anamnesis, hal-hal yang perlu ditanyakan adalah:
- Identitas pasien
- Riwayat kehamilan yang sekarang dan yang lalu
- Riwayat menstruasi
- Riwayat persalinan yang lalu dan pemakaian alat kontrasepsi
- Riwayat penyakit yang diderita dan riwayat penyakit keluarga
- Keluhan pasien sekarang
- Status imunisasi tetanus
Setelah itu, dokter melakukan pemeriksaan fisik dan penunjang berupa:
- Pemeriksaan tinggi badan dan LiLa (untuk kontak pertama kali) dan pengukuran berat badan serta tekanan darah (tiap kali kontak)
- Palpasi tinggi fundus uteri (TFU), dan posisi janin (mulai trimester ketiga)
- Auskultasi denyut jantung janin (DJJ) mulai trimester kedua
- Tes laboratorium seperti golongan darah, tes triple eliminasi (hepatitis B, sifilis, dan HIV) dan malaria di daerah endemis pada kontak pertama. Tes lain ditambah sesuai indikasi, misalnya gluko-protein urine, gula darah sewaktu, sputum basil tahan asam (BTA), kusta, dan pemeriksaan feses untuk cacingan
- Tes kadar hemoglobin saat kontak pertama dan trimester tiga menjelang partus
- Pemeriksaan ada tidaknya edema pada ekstremitas atas dan bawah
Setelah semua hal tersebut dilakukan, dokter perlu:
- Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada pasien
- Memberikan penyuluhan tentang kesehatan dan risiko pada ibu hamil
- Menuliskan hasil pemeriksaan pada status ibu, buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), dan kohort ibu hamil
- Menuliskan resep (kalsium laktat, zat besi, vitamin, dan asam folat)
- Melakukan konseling yang meliputi intervensi nutrisi, penilaian kondisi ibu dan janin, pencegahan penyakit, intervensi simtom fisiologis umum, dan intervensi sistem kesehatan untuk meningkatkan kualitas ANC
- Mendeteksi risiko bila ada dan merujuk ke dokter obstetri dan ginekologi
- Mencatat status pasien di dalam rekam medik[12]
Follow-Up
Antenatal care yang dilakukan secara berkala terbukti bisa mengurangi risiko kematian neonatus. Namun, dokter juga perlu mengedukasi wanita hamil dan keluarganya bahwa ANC tidak perlu dilakukan secara berlebihan. Ibu hamil yang terlalu sering melakukan ANC akan menghabiskan banyak biaya medis yang sebenarnya tidak perlu. Padahal, sumber daya finansial tersebut biasanya lebih dibutuhkan saat persalinan.
World Health Organization merekomendasikan ANC untuk dilakukan 8 kali. Kontak 8 kali tersebut dilaporkan sudah efektif untuk mendeteksi komplikasi kehamilan dan mengurangi kemungkinan stillbirth maupun kematian neonatus. Frekuensi ANC yang ditentukan secara masuk akal (wajar) dapat menjamin keselamatan ibu dan janin tanpa menyia-nyiakan sumber daya.[10,11,15]
Jadwal ANC 8 kali yang dianjurkan adalah 1 kali pada trimester pertama, 2 kali pada trimester kedua (usia gestasi 20 dan 26 minggu), dan 5 kali pada trimester ketiga (usia gestasi 30, 34, 36, 38, dan 40 minggu). Bila persalinan belum terjadi pada usia gestasi 41 minggu, ibu hamil diminta berkontak kembali dengan tenaga kesehatan.[3]
Apabila ada kondisi berisiko yang terdeteksi saat ANC, petugas kesehatan di fasilitas kesehatan primer dapat merujuk pasien kepada dokter spesialis obstetri dan ginekologi untuk mendapatkan intervensi yang lebih lanjut.[10,15]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur