Teknik USG Kehamilan Trimester Pertama
Teknik pemeriksaan ultrasonography (USG) pada trimester pertama kehamilan ada dua, yaitu USG transabdominal dan USG transvaginal.
Persiapan Pasien
Persiapan pasien pada pemeriksaan ultrasonography (USG) trimester pertama yang paling penting dan harus dilakukan pertama kali adalah informed consent. Persiapan seperti anestesi tidak perlu dilakukan karena USG bersifat non-invasif.
Untuk USG transabdominal, sekitar satu jam sebelum pemeriksaan, pasien biasanya diberikan minum segelas air untuk mengisi vesika urinaria yang akan bertindak sebagai acoustic window. Daerah abdomen dibuka dari pakaian ataupun penutup lainnya untuk menempelkan transducer ultrasound.
Kemudian, akan dioleskan gel secara merata pada abdomen dan transducer. Fungsi gel ini adalah untuk mengurangi acoustic impedance dari udara sekitar. Untuk kenyamanan pasien, gel dapat dihangatkan.
Untuk USG transvaginal, sebelum pemeriksaan pasien biasanya diminta untuk mengosongkan kandung kemih. Daerah tubuh bagian bawah dibiarkan terbuka dengan bagian pelvis dapat diselimuti untuk kenyamanan pasien. Transvaginal probe diolesi dengan gel secara merata dan cukup, kemudian dilapisi dengan penutup vinil atau lateks. Selanjutnya, penutup juga diolesi gel untuk memudahkan probe masuk ke dalam vagina.[1,2,6,8–10]
Peralatan
Secara umum, peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan ultrasonography (USG) pada kehamilan trimester pertama adalah meja periksa, alat USG berupa monitor beserta kelengkapannya, gel, dan perlengkapan sanitasi lainnya, seperti pembersih gel.
Untuk USG transabdominal, terdapat alat yang disebut dengan transducer. Alat ini adalah alat yang dihubungkan dengan monitor USG dan berkontak dengan kulit abdomen.
Untuk USG transvaginal, dilakukan dengan alat yang disebut probe. Ultrasound probe berukuran kecil agar dapat dimasukkan kedalam vagina. Probe akan mengeluarkan suara dengan frekuensi yang lebih tinggi karena jarak yang lebih dekat dengan target pemeriksaan.[1,2,6]
Posisi Pasien
Pada ultrasonography (USG) transabdominal, pasien berada dalam posisi supinasi. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien diminta untuk membuka pakaian atau pelapis lain yang menutupi bagian abdomen. Pada USG transvaginal, posisi pasien litotomi dorsal, dengan sedikit reverse trendelenburg tilt. Posisi lain yang bisa digunakan adalah frog-leg dimana kedua kaki/tumit pasien dapat diletakkan pada penyangga di kedua sisi meja baring.[1,2,6]
Prosedural
Teknik pemeriksaan ultrasonography (USG) trimester pertama kehamilan yang umum digunakan adalah USG transabdominal dan transvaginal. Pada USG transabdominal transducer diletakkan pada kulit abdomen bagian bawah, dan dijalankan secara menyeluruh, mengikuti daerah yang akan diperiksa. Sedangkan pada USG transvaginal, transducer probe dimasukkan sekitar 6─8 cm ke dalam vagina, kemudian dilakukan scanning pada potongan sagital dan frontal.[2]
Penilaian dilakukan pada uterus, serviks, dan jaringan adneksa sekitarnya. Pada uterus dinilai apakah terdapat fibroid, dan dilakukan evaluasi dilakukan untuk melihat homogenisitas. Apabila terdapat tumor, harus ditentukan lokasi dan ukurannya. Pada jaringan adneksa, dilakukan evaluasi keberadaan kista ovarium besar, seperti yang bisa ditemukan pada sindrom hiperstimulasi ovarium, atau masa solid, seperti neoplasma ovarium.[2]
Selain itu, juga dievaluasi adanya kehamilan ektopik dengan cara menilai adanya yolk sac atau fetal pole di dalam kantong kehamilan yang berlokasi di luar uterus dengan atau tanpa adanya hematosalping.[2,8]
Setelah organ-organ tersebut diperiksa, pastikan bahwa kehamilan berlangsung intrauterin dengan tanda tampak kantung kehamilan yang berisi yolk sac. Yolk sac biasanya tampak bila gestational sac sudah memiliki diameter sekitar 1 cm.[2]
Pada keadaan blighted ovum, diagnosis biasanya dibuat apabila pada USG transabdominal diameter kantong kehamilan 20 mm tanpa adanya yolk sac, atau gestational sac berdiameter 25 mm tanpa adanya fetus. Diagnosis blighted ovum juga bisa ditegakkan apabila pada USG transvaginal diameter kantong kehamilan 10 mm tanpa adanya yolk sac, atau gestational sac 18 mm tanpa adanya fetus.[2]
Setelah itu, dilakukan evaluasi dan dokumentasi mengenai jumlah fetus, lokasi fetus, dan detak jantung fetus. Pada fetus kembar, korion harus ditentukan. Bila tampak interfaces yang tebal antara kantong kehamilan, maka kemungkinan kehamilan dikorionik. Sedangkan bila membran tersebut tidak tampak, atau terlihat tipis, maka diperkirakan terdapat fetus kembar yang memiliki monokorion.[2,10]
Hal lain yang harus dinilai adalah umur embrio, visibility, aktivitas jantung, viabilitas embrio pada keadaan abortus, deteksi dini abortus imminens, dan kematian embrio.[2]
Menilai Umur Embrio/ Janin
Cara menilai umur embrio secara akurat adalah dengan menilik pada kantong kehamilan dan yolk sac kemudian menggunakan “gestational sac mean diameter” untuk memperkirakan usia kehamilan:
Mean sac diameter (mm) + 30 adalah usia kehamilan dalam hari
- Diameter yolk sac 20 mm via transabdominal atau 8 mm via transvaginal, diperkirakan umur kehamilan sekitar 5─6 minggu
- Diameter embrio 25 mm via transabdominal atau 16 mm via transvaginal , diperkirakan umur kehamilan >6 minggu [2]
Bilamana sudah tampak embrio, maka ukuran panjang puncak kepala ke bokong, atau yang disebut sebagai crown-rump length, atau CRL hendaknya digunakan untuk menghitung perkiraan tanggal maturitas janin. Hal ini dilakukan untuk menentukan umur kehamilan saat itu secara lebih akurat.
Menilai Visibilitas
Embrio yang berukuran 7 mm atau kurang tidak dapat dideteksi oleh USG transabdominal, sedangkan USG transvaginal mampu mendeteksi embrio dengan ukuran minimal crown-rump length (CRL) 3 mm.
Pada sekitar minggu ke 5─7 kehamilan, embrio akan tampak seperti garis demarkasi diantara double bleb, ini disebut sebagai echogenic line. Echogenic line ini dapat diukur panjangnya menurut ukuran CRL. Kemudian setelah minggu ke-8, embrio mulai memiliki bentuk berstruktur.[2,10]
Menilai Aktivitas Jantung
Gerak jantung embrio dengan ukuran <7 mm dapat dipantau dengan menggunakan USG transvaginal. Bila gerak jantung tidak ada, maka pemeriksaan ini diulangi 1–2 minggu kemudian.[2]
Menilai Viabilitas Embrio/Janin Pada Wanita Hamil Dengan Abortus
Setelah kondisi pasien dengan perdarahan berat setelah abortus sudah stabil, maka follow up pemeriksaan USG mesti dilakukan dalam waktu 7–14 hari setelah tanda klinis awal. Hal ini untuk menilai adanya perubahan interval dan viabilitas embrio/janin.[10]
Deteksi Dini Abortus Iminens
Tanda kehamilan dengan abortus yang mengancam diantaranya adalah kehamilan intrauterin yang non-viabel, seperti kantung kehamilan kosong ataupun kantong kehamilan berisi embrio, tetapi tidak ada aktivitas jantung dalam kehamilan antara 6─12 minggu.[2,10]
Tanda lain adalah ukuran crown-rump length (CRL) 7 mm atau lebih dan tidak ada detak jantung, mean sac diameter 25 mm atau lebih dan tidak ada embrio, tidak ada aktivitas jantung pada embrio usia 2 minggu atau lebih setelah diketahui bahwa kantong kehamilan tidak berisi yolk sac, serta tidak ada aktivitas jantung pada embrio usia 11 hari atau lebih, setelah diketahui bahwa kantong kehamilan berisi yolk sac.[2,10]
Menilai Kematian Embrio
Tanda dini kehamilan yang nonviabel adalah kantung kehamilan berbentuk irregular, atau tampak tidak berkembang. Pada kasus tertentu, jika terjadi kematian embrio, maka yolk sac akan terlihat irregular atau kempes (deflated), ukuran CRL 6 mm tanpa aktivitas jantung, atau kadar b-hCG bertentangan dengan hasil USG.[1,8-10]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra