Komplikasi Injeksi Intramuskuler
Komplikasi injeksi intramuskuler umumnya bersifat lokal dan ringan. Komplikasi berat jarang terjadi. Komplikasi juga dapat timbul berkaitan dengan obat yang diberikan, misalnya timbul reaksi hipersensitivitas.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada area penyuntikan merupakan komplikasi yang tersering. Pada kasus yang jarang, nyeri ini dapat menetap. Namun pada kebanyakan kasus, nyeri akan menghilang seiring berjalannya waktu.
Komplikasi lain yang lebih jarang terjadi adalah cedera pembuluh darah dan saraf. Pasien juga dapat mengalami selulitis, abses, myositis, periostitis, nekrosis jaringan, gangren, ataupun fibrosis dan kontraktur otot.
Pada pasien dengan trombositopenia atau gangguan koagulasi seperti penyakit von Willebrand, dapat terjadi perdarahan setelah injeksi. Perlu diperhatikan pula adanya risiko transmisi penyakit menular, seperti HIV dan hepatitis B akibat penggunaan alat suntik berulang. Oleh karenanya, harus dipastikan bahwa alat yang digunakan adalah alat sekali pakai dan tidak digunakan kembali setelah pemakaian pertama.[1,2,17-19]
Komplikasi Injeksi Toksin Botulinum
Injeksi intramuskuler juga dapat digunakan untuk tujuan kosmetik pada injeksi toksin botulinum atau botox. Walaupun injeksi botox dilaporkan memiliki aspek keamanan yang baik dan jarang menimbulkan komplikasi berat, pasien mungkin mengalami nyeri lokal, nyeri tekan, atau memar setelah injeksi. Pada kasus yang jarang, reaksi alergi juga telah dilaporkan.[28]
Cedera Bahu Terkait Vaksinasi atau Bursitis Subdeltoid atau Subakromial
Cedera bahu terkait vaksinasi (shoulder injury related to vaccine administration/SIRVA) dan bursitis subdeltoid atau subakromial merupakan potensi komplikasi pada injeksi intramuskuler. Manifestasi klinis dapat berupa nyeri bahu dan penurunan ruang gerak sendi setelah injeksi vaksinasi tanpa adanya bukti keterlibatan infeksi. Terapi dapat berupa fisioterapi dan glukokortikoid intraartikular.
Pencegahan komplikasi tersebut dapat dilakukan dengan teknik injeksi yang baik. Hal ini termasuk memastikan lokasi injeksi benar, memilih jarum yang sesuai, dan memastikan pasien kooperatif saat injeksi dilakukan.[22,25-27]