Pedoman Klinis Resusitasi Bayi dan Anak
Pedoman klinis tindakan resusitasi pada bayi dan anak meliputi cara melakukan kompresi dada dan bantuan napas yang secara prinsip berbeda dengan dewasa. Selain itu, dosis kejut pada defibrilasi juga berbeda dari pasien dewasa.[9,29]
Perbedaan Teknik dengan Dewasa
Resusitasi pada bayi dan anak berbeda dengan dewasa dikarenakan perbedaan anatomi, fisiologi, patofisiologi, prosedur, dosis obat, dan diagnosis bandingnya. Kompresi dada dapat dilakukan dengan 2 jari pada bayi, atau dengan satu tangan pada anak lebih besar.
Dosis kejut awal saat melakukan defibrilasi umumnya 4 joule/kg. Perhatikan juga dosis obat, seperti epinefrin atau amiodarone, yang tentunya berbeda dengan dewasa.[4,5,17,32-36,38]
Pediatric Assessment Triangle
Melakukan Pediatric Assessment Triangle (PAT) penting dilakukan untuk mengetahui apakah bayi atau anak benar-benar mengalami henti jantung dan atau henti napas.[4,5]
Garis Besar Pengerjaan Tindakan
Secara singkat, resusitasi pada bayi dan anak dilakukan dengan langkah berikut:
- Cari bantuan bila menemukan bayi atau anak yang tidak sadar
- Raba nadi brakialis pada bayi atau nadi karotis pada anak berusia di atas 1 tahun
- Buka jalan napas, kemudian berikan 5 napas bantuan (rescue breath) bila anak tidak sadar dan tidak bernapas
- Berikan 15 kali kompresi dada bila tidak teraba nadi
- Lakukan kompresi dada dengan frekuensi 100-120 kali/menit, kedalaman adekuat 4 cm pada bayi dan 5 cm pada anak diatas 1 tahun. Pastikan recoil sempurna dan kompresi minimal interupsi
- Berikan 30 kali kompresi dada dan 2 bantuan napas. Hindari ventilasi berlebihan
- Pasang monitor atau alat defibrilasi segera saat alat tersedia dan nilai irama jantung. Lakukan defibrilasi bila irama shockable[4,5,17,32-36,38]
Penghentian Resusitasi
RJP atau resusitasi jantung paru dihentikan bila telah ada tanda kehidupan (Return of spontaneous circulation/ROSC), atau RJP telah dilakukan dan tidak ada tanda kembalinya sirkulasi spontan, atau penolong kelelahan.[4,5,17,32-36,38]
Penulisan pertama oleh: dr. Yoke K. Putri, M.Sc, Sp.A, IBCLC