Komplikasi Terapi Pasangan
Terapi pasangan atau couple therapy tidak menyebabkan komplikasi langsung secara fisik. Meski demikian, komplikasi psikologis dapat terjadi, misalnya pseudocrisis.
Kegagalan Terapi
Terapi pasangan tidak menjamin hasil yang diharapkan oleh pasangan tersebut. Banyak sekali faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan terapi pasangan, termasuk di dalamnya partisipasi dari pasangan yang terlibat. Sebagai contoh, terapi conjoint tidak dapat dilakukan apabila salah satu pasangan tidak hadir.[1,8,9]
Perburukan Permasalahan dalam Hubungan
Terapi pasangan juga bisa memperburuk permasalahan yang menjadi hambatan dalam relasi. Sebagai contoh, memilih terapi conjoint ketika masing-masing pasangan belum cukup siap untuk dipertemukan malah dapat menyebabkan komunikasi yang tidak efektif dan menimbulkan rasa berat hati pada satu atau kedua pasangan. Terapi pasangan juga bisa memicu perburukan dari permasalah psikologis yang mendasari persoalan dalam relasi, misalnya memicu relaps dari depresi atau kecemasan yang dialami pasien.[1,4,8-10]
Pseudocrisis
Pseudocrisis adalah salah satu cara untuk membangun relasi lebih dalam dengan klinisi. Bentuk dari pseudocrisis misalnya menelepon klinisi di luar pertemuan dan menceritakan rahasia yang tidak diketahui pasangan lainnya. Klinisi perlu hati-hati dalam menyikapi kejadian ini dan menegaskan bahwa relasi klinisi dan pasien adalah profesional, serta rahasia salah satu pasangan akan dipaparkan di dalam sesi.[1,4,7,10]
Sesi yang Tidak Produktif
Terapi pasangan bersifat repetitif dan berpotensi berlarut-larut tanpa kemajuan berarti. Klinisi perlu menyelidiki niat dari pasangan ketika sesi bersifat tidak produktif, apakah ada usaha untuk membuat rasa putus asa terhadap relasi pernikahan.
Penting bagi klinsi untuk memaparkan bahwa pasangan perlu menyetujui target dari terapi pasangan. Sesi yang tidak produktif juga dapat disebabkan adanya emosi negatif dari salah satu pasangan, misalnya kemarahan. Untuk menyikapi ini, klinisi perlu memberikan batasan jelas akan ungkapan emosi yang dapat ditoleransi.[1,4,10]