Teknik MRI Otak
Teknik pelaksanaan magnetic resonance imaging atau MRI otak yang paling penting diperhatikan adalah pemastian bahwa pasien sudah terbebas dari unsur logam atau objek ferromagnetic sebelum tindakan. Pasien yang mengalami nyeri berat, ansietas berat, atau klaustrofobia sebaiknya diberikan sedasi ringan.
Persiapan Pasien
Persiapan pasien untuk tindakan magnetic resonance imaging (MRI) otak dimulai dari permintaan informed consent. Dokter menilai ada tidaknya kontraindikasi dan memberi pasien baju ganti untuk dikenakan selama pemeriksaan. Sebelum pemeriksaan, pasien diminta untuk melepaskan perhiasan, jam tangan, atau benda apa pun yang bersifat logam. Benda elektronik tidak boleh dibawa ke dalam MRI.
Pasien yang menjalani tata laksana terbaru, seperti pemasangan stent intravaskular, filter, braces, jahitan, surgical clips, staples, dan orthopaedic hardware umumnya masih aman menjalani MRI. Namun, hal tersebut tetap harus diberitahukan kepada ahli radiologi agar ahli radiologi dapat mengantisipasi dampak yang mungkin muncul pada gambaran hasil MRI.
Apabila membutuhkan zat kontras, dokter dapat memasang kateter intravena dan infus saline pada pasien. Dokter harus memastikan bahwa pasien yang akan menerima zat kontras tidak sedang hamil. Selain itu, dokter juga memeriksa kadar serum kreatinin.
Persiapan Pasien yang Tidak Tenang
Bagi pasien yang mengalami nyeri berat, ansietas berat, atau klaustrofobia, dokter bisa memberikan sedasi ringan atau obat ansiolitik untuk mengatasi keadaannya. Contoh obat yang dapat digunakan adalah lorazepam 1─2 mg peroral.
Edukasi Pasien tentang Langkah Prosedur
Sebelum pemeriksaan dimulai, pasien perlu diberitahu bahwa pada saat MRI, dirinya akan berada dalam terowongan yang sempit dan kepalanya akan dikelilingi head coil. Pasien akan mendengar suara hentakan atau letupan keras dari mesin berulang kali. Namun, yakinkan pasien dengan lembut bahwa dirinya tidak perlu khawatir dan dapat tetap tenang. Pasien dianjurkan untuk memberitahu petugas bila merasa tidak nyaman.
Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk magnetic resonance imaging (MRI) otak adalah mesin MRI, magnet, zat kontras, interkom, dan tombol panik.
Mesin MRI
Mesin MRI umumnya dilengkapi cylindrical magnetic bore, yang disebut dengan istilah “sistem berbentuk terowongan”. Namun, alat tersebut membatasi pasien secara fisik dan bisa membatasi dokter yang perlu melakukan prosedur lain di waktu bersamaan. MRI open system merupakan alternatif yang secara praktis dapat melakukan scanning terhadap pasien bersamaan dengan intervensi operasi.
Saat MRI otak, pasien menggunakan head coil yang berbentuk seperti helmet atau bertipe neurovascular coil. Head coil ini dipasangkan di sekeliling kepala pasien.
Kekuatan Magnet
Beberapa mesin MRI memiliki kekuatan magnet yang bervariasi, dari <1T hingga 10T. Makin tinggi kekuatan magnet, maka makin besar ratio signal-to-noise yang berefek pada kualitas pencitraan dan kecepatan scan. Umumnya, kekuatan magnet berkisar antara 1,5─3T.
Zat Kontras
Apabila diindikasikan, zat kontras dapat digunakan saat MRI otak. Zat yang digunakan umumnya berbasis gadolinium. Zat ini dilaporkan lebih rendah toksisitasnya daripada zat kontras yang mengandung iodine.
Interkom
Interkom disediakan agar pasien dapat berkomunikasi dengan petugas melalui two-way intercom.
Tombol Panik
Tombol panik disediakan di dekat pasien dalam ruang MRI. Alat ini disediakan untuk pasien yang mengalami masalah selama prosedur agar pasien bisa dengan mudah memberitahu petugas pelaksana tes.
Posisi Pasien
Posisi pasien saat menjalani magnetic resonance imaging (MRI) otak adalah berbaring supinasi, dengan kedua lengan dan tangan diletakkan di sisi tubuh. Pasien diminta untuk tetap tenang dan diam waktu pemeriksaan berjalan.
Prosedural
Ada dua tipe dasar pencitraan dengan MRI, yaitu pencitraan dengan kekuatan T1 dan T2. Pada hasil kekuatan T1, cairan serebrospinal dan unsur lain yang bersifat cairan akan tampak gelap dan substansia nigra akan terlihat lebih gelap daripada substansia alba. Namun, pada hasil T2, cairan serebrospinal dan unsur yang bersifat cairan akan tampak lebih terang karena cairan mendapat intensitas lebih tinggi daripada jaringan.
Saat pemeriksaan berlangsung, pasien dapat diminta untuk menahan napas sebentar. Pasien dapat diistirahatkan beberapa kali di antara scanning satu dengan selanjutnya. Setiap pemindaian berlangsung sekitar 30 detik hingga 3 menit. Namun, keseluruhan prosedur dapat berlangsung hampir 1 jam.
MRI otak memberikan gambaran yang jelas terkait herniasi otak dan kebocoran cairan serebrospinal. Namun, dokter perlu mengingat bahwa zat kontras dapat menyerupai perdarahan subarachnoid, sehingga kadar zat kontras atau gadolinium intratekal dalam ruang cairan serebrospinal perlu diidentifikasi untuk mencegah kesalahan diagnostik.
Follow Up
Follow up pada magnetic resonance imaging (MRI) otak terutama dilakukan pada pasien yang menerima zat kontras. Pemantauan dilakukan terhadap kemungkinan reaksi alergi, syok anafilaksis, dan nephrogenic systemic fibrosis (NFS).
Nephrogenic systemic fibrosis (NFS) adalah penyakit fibrosis kulit dan organ internal yang disebabkan oleh paparan gadolinium. Hal ini lebih berisiko terjadi pada pasien dengan insufisiensi renal. Gambaran klinis NFS adalah plak eritema berindurasi yang timbul karena edema subkutan.[1-4,9]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur