USG payudara bisa dilakukan untuk skrining kanker payudara pada wanita yang memiliki risiko tinggi kanker payudara tetapi tidak dapat menjalani skrining dengan magnetic resonance imaging (MRI). USG payudara diindikasikan pada wanita usia ≤35 tahun dan dapat digunakan sebagai pemeriksaan pelengkap pada wanita usia lebih tua yang menjalani mammografi.[2-5,9,20]

Pada wanita carriers mutasi gen BRCA, USG payudara lebih menjadi pilihan daripada mammografi. Wanita dengan risiko kanker payudara average maupun intermediate yang memiliki struktur jaringan payudara padat disarankan untuk menjalani USG payudara setelah mammografi dengan hasil negatif.[4,6,9,14,20]

Kanker payudara yang terdeteksi dengan pemeriksaan USG umumnya memiliki ukuran yang kecil dan node negative, sehingga deteksi dan penatalaksanaan bisa dilakukan dengan lebih dini.[8,9,20,22]

Studi terbaru menunjukkan bahwa kemampuan USG payudara dalam mendeteksi kanker payudara pada wanita yang asimtomatik dengan jaringan payudara yang heterogen atau sangat padat sebanding dengan kemampuan deteksi oleh mammografi, setidaknya pada satu kuadran payudara.[4,6,11,14]

Tinjauan sistematis U.S. Preventive Services Task Force (USPSTF) menemukan bahwa USG payudara yang dilakukan setelah mammografi dengan hasil negatif memiliki sensitivitas 80–83%, spesifisitas 86–95%, dan nilai prediksi positif 3–8%.[6,11,14,20]

Indikasi USG Payudara untuk Diagnosis

Secara umum, USG payudara diindikasikan pada kondisi yang memerlukan evaluasi perubahan jaringan payudara, vaskularisasi, dan kelenjar aksila. USG payudara dapat dilakukan pada pasien dengan gejala atau tanda yang dicurigai sebagai kanker, seperti benjolan payudara, inversi puting susu, retraksi kulit sekitar payudara, dan keluarnya cairan dari puting payudara (dapat berupa cairan serosa ataupun darah).[3-9]

USG payudara juga dapat diindikasikan pada pasien dengan kista payudara yang disertai rasa nyeri. Pasien yang datang dengan gejala nyeri pada payudara yang bersifat unilateral, lokal, dan nonsiklik memiliki risiko keganasan yang rendah (1%).

Sementara itu, nyeri payudara difus biasanya terkait dengan fase pramenstruasi dan jarang dievaluasi dengan pemeriksaan USG payudara, kecuali bila ditemukan adanya benjolan pada payudara saat pemeriksaan fisik.[3-9]

Pada wanita hamil atau menyusui dengan benjolan payudara, nyeri payudara fokal, atau keluarnya cairan dari puting, USG merupakan modalitas pilihan awal untuk mengidentifikasi massa jinak dan ganas.[3-9,14,18]

USG payudara merupakan pemeriksaan lini pertama pada wanita dengan implan payudara. USG pada kasus ini bisa mengevaluasi komplikasi yang mungkin muncul, seperti rasa nyeri, benjolan, atau bentuk payudara yang asimetri. USG juga dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan struktur implan, seperti ruptur intrakapsular dan ruptur ekstrakapsular.[8,11,14]

Indikasi USG Payudara untuk Tindakan Terapeutik

Indikasi USG payudara untuk terapi adalah sebagai panduan atau penuntun dalam melakukan tindakan invasif seperti biopsi. Penggunaan USG payudara untuk identifikasi lesi perioperatif pada operasi konservasi payudara (breast conserving surgery) dengan tujuan untuk manajemen margin yang lebih baik tidak terlalu umum digunakan dalam praktik klinis.[1,7,11,15,19]

Ultrasonografi juga dapat digunakan untuk mengevaluasi keberadaan lesi dan status margin reseksi, terutama pada kasus lesi yang tidak teraba yang tidak terkait dengan kalsifikasi, atau pada lesi yang tidak dapat diidentifikasi dengan mammografi.[11,19,22]