Teknik USG Payudara
Teknik ultrasonografi atau USG payudara dimulai dari persiapan seperti meminta pasien melepaskan aksesoris yang terbuat dari logam dan mempersiapkan gel dan transduser USG. Payudara diperiksa dalam pola tertentu untuk memastikan seluruh jaringan payudara dapat divisualisasikan. Posisi pasien dapat berbaring supinasi atau miring sesuai dengan bagian payudara yang akan dipindai.[10-13]
Persiapan Pasien
Dokter perlu meminta informed consent dari pasien atau keluarga pasien sebelum mulai melakukan USG payudara. Pasien disarankan untuk mengenakan pakaian yang mudah dilepas dan memungkinkan dokter untuk memeriksa payudara tanpa melepas semua baju (seperti mengenakan celana dan kemeja yang memiliki kancing depan).
Pasien harus melepaskan aksesoris seperti benda logam yang ada di tubuh (perhiasan, jam tangan, kalung) karena dapat menyebabkan hasil USG kurang akurat. Pasien harus menghindari pemakaian losion, bedak, ataupun kosmetik lainnya karena dapat memengaruhi hasil pemeriksaan.[10,11,14]
Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan pada pemeriksaan USG payudara adalah:
- Komponen USG yang terdiri dari mesin USG, monitor, keyboard, processor, dan probe atau transduser
- Mesin penyimpan gambar
- Gel untuk USG[1,12,17]
Probe atau Transduser
USG payudara menggunakan probe linear khusus yang bekerja dengan frekuensi yang bervariasi sesuai ukuran payudara dan detail superfisial dari payudara:
Probe linear dari 10 hingga 15–18 MHz: digunakan untuk payudara ukuran kecil dan untuk visualisasi detail superfisial
Probe linear dari 4 hingga 8 MHz: digunakan untuk payudara ukuran besar dan untuk visualisasi detail pada area yang lebih dalam
- Transduser linear dengan frekuensi 7-MHz hingga 12-MHz lebih disukai karena memiliki resolusi yang lebih baik pada medan dekat (better near-field)[10-14,17]
Mesin Ultrasound
Penggunaan mesin ultrasound dengan opsi panorama (bidang pandang diperluas) sangat berguna untuk diagnosis karena memungkinkan beberapa area yang luas dapat digabung menjadi satu gambar (single image).[10-12]
Beberapa mesin juga menawarkan bidang pencitraan yang diperluas (trapezoid imaging), sementara beberapa mesin lain memiliki dua bidang yang terpisah dan dapat ditambahkan ke beberapa gambar, sehingga dapat memberikan visualisasi lesi yang lebih luas. Namun, sebaiknya penggunaan gambar panorama untuk pengukuran harus dihindari.[10-12]
Posisi Pasien
Saat USG payudara, pasien dapat berada dalam posisi berikut:
- Berbaring supinasi dengan dada terbuka dan lengan tertekuk di belakang kepala, supaya payudara berada dalam posisi rata (flatten)
- Berbaring miring (oblik) untuk memindai bagian lateral payudara dan regio aksila bila diperlukan[11,13,14,17]
USG payudara juga dapat dilakukan pada wanita yang tidak dapat berbaring dengan posisi supinasi atau tidak dapat menekuk lengan di belakang kepala. Namun, dalam kondisi tersebut, pemeriksaan menjadi lebih sulit dan hasilnya kurang optimal.[11,14,17]
Prosedural
Prosedural USG payudara dibedakan sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan, yaitu kebutuhan diagnostik (noninvasif) dan tindakan terapeutik (invasif).[2,12]
USG Payudara untuk Diagnosis
Prosedur USG payudara dapat dilakukan pada seluruh kuadran payudara dengan meletakkan probe atau transduser pada regio mammae. Pengaturan mesin harus optimal, meliputi kedalaman fokus yang sesuai, perolehan visualisasi yang optimal (tanpa kurva apa pun), rentang dinamis tinggi, kontras, dan pengaturan peningkatan tepi yang tinggi. Kedalaman bidang dan gema juga harus meluas ke pleura.[10-14]
Payudara diperiksa dengan USG dalam pola tertentu untuk memastikan bahwa seluruh jaringannya dapat divisualisasikan dengan baik. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan jaringan payudara, pemeriksaan puting, pemeriksaan duktus glandula mammae, serta pemeriksaan regio aksila.
Pemeriksaan Jaringan Payudara:
Jaringan payudara dipindai pada bidang longitudinal maupun horizontal menggunakan raster pattern. Pemindaian selanjutnya dilakukan secara radial lalu terakhir diikuti oleh pemindaian pada bidang oblique, yang bertujuan untuk mengukur aksis terpanjang dan terpendek pada lesi.[11,14]
Pemeriksaan Puting dan Regio Subareolar:
Perhatian khusus harus diberikan saat pemeriksaan puting dan regio subareolar peri-nipple. Puting dapat terkompresi ketika dipindai secara ortogonal dan akan tampak seperti nodul yang tidak berbayang karena tekanan probe pada payudara.[11,14]
Pemeriksaan Duktus Glandula Mammae:
Saluran (ducts) pada glandula mammae dan sekitarnya tidak dapat dipindai dengan teknik biasa. Duktus pada glandula mammae mencapai geometri yang lebih baik dengan gelombang ultrasound apabila probe diluncurkan dengan berbagai derajat tekanan perifer. Payudara juga dapat ditopang dengan tangan yang lain untuk meratakan kontur payudara dengan sempurna terhadap probe.[11,14]
Pemeriksaan Regio Aksila:
Pemindaian aksila dilakukan bila terdapat kelainan klinis maupun radiologis dan riwayat kanker payudara (pribadi maupun keluarga). Bila ada visualisasi yang mencurigakan pada kelenjar getah bening aksila, pemeriksaan kelenjar getah bening pada regio supraklavikula, infraklavikula, dan colli sebaiknya ikut dilakukan.[11,14]
Sonografi Invasif pada Payudara
Sonografi invasif dapat memberikan panduan untuk intervensi seperti biopsi. Beberapa keuntungan dari sonografi invasif adalah biaya yang lebih murah, lebih cepat, tersedia secara real-time, tidak melibatkan radiasi pengion, dan portable. Namun, operator yang terlatih dan terampil dibutuhkan untuk melakukan intervensi dengan tepat.[2,11]
Intervensi bisa mengambil tiap lesi yang terlihat pada USG yang memungkinkan secara teknis. Intervensi dengan panduan ultrasound digunakan untuk aspirasi kista, biopsi jarum halus (fine-needle biopsy), core biopsy, injeksi nodus sentinel, penempatan localizing wire, penempatan kateter brakiterapi, dan biopsi dengan bantuan vakum terarah (directional vacuum-assisted biopsy).[11,15,19]
Selama biopsi, operator harus cermat untuk mengarahkan jarum separalel mungkin dengan dinding dada, terutama saat melakukan core biopsy dengan spring-loaded biopsy gun atau automated needle. Jarum "diletakkan" dengan kedalaman mungkin >2 cm pada beberapa kasus. Peletakkan jarum harus diperhitungkan, sehingga jarum tidak melukai jaringan di bawahnya.[11,14,19]
Follow Up
Setelah USG payudara selesai, dokter harus membuat dokumentasi hasil pemeriksaan yang memuat data pasien, tanggal pemeriksaan, posisi pasien, alat ultrasound, dan transduser. Selain itu, dokumentasi juga harus memuat deskripsi dan interpretasi klinis terhadap temuan pemeriksaan.[11,12,14]
Pasien dalam beberapa kasus yang tidak dapat dideteksi dengan pencitraan USG (seperti lesi mikrokalsifikasi pada payudara yang tidak dapat dikenali dengan USG) akan memerlukan pemeriksaan lain seperti mammografi maupun MRI.[14,20,22]
Tata Cara Pelaporan USG Payudara
Laporan USG payudara harus dilakukan oleh ahli radiologi yang juga ahli dalam mammografi dan image-guided interventions. Laporan harus dimulai dengan premis yang berisi informasi klinis yang relevan dan indikasi pemeriksaan. Pada bagian deskriptif, temuan harus dirincikan, termasuk kelainan pada payudara dan aksila (bila dilakukan eksplorasi pada aksila).[11,12,14]
Bagian deskriptif harus mencakup temuan lateral, lokasi temuan yang menggunakan pembagian empat kuadran (eksternal atas, eksternal bawah, internal bawah, internal atas), daerah retro-areolar dan/atau posisi dan jarak searah jarum jam dari puting, fitur sonografi, ukuran menggunakan diameter maksimal, dan kemungkinan asosiasi dengan temuan saat pemeriksaan klinis atau saat pencitraan lainnya.[11,12,14]
Perbandingan dengan hasil USG payudara sebelumnya atau pemeriksaan pencitraan lainnya juga harus dilaporkan. Laporan harus diakhiri dengan kesimpulan yang ringkas, termasuk kategori penilaian yang terstandar dan anjuran manajemen lanjutan.[11,12,14]
Interpretasi Pencitraan USG Payudara
Interpretasi hasil USG payudara umumnya didasarkan pada The Breast Imaging Reporting and Data System (BI-RADS) dari American College of Radiology (ACR). Berdasarkan BI-RADS, pasien ditempatkan dalam kategori skrining atau kategori diagnostik. Jika ada temuan seperti nyeri, benjolan, atau sekret, pasien ditempatkan dalam kategori diagnostik. Interpretasi BI-RADS terbagi menjadi tujuh kategori, yaitu:
- BI-RADS 0 (tidak lengkap): pasien perlu evaluasi pencitraan tambahan dan/atau perbandingan terhadap gambar sebelumnya
- BI-RADS 1 (normal): tidak ada kelainan pada pencitraan
- BI-RADS 2 (jinak): ada temuan abnormal yang jinak
- BI-RADS 3 (mungkin jinak): temuan mungkin jinak, pasien dianjurkan untuk menjalani follow-up pemeriksaan dengan interval pendek, biasanya 6 bulan
- BI-RADS 4 (mencurigakan): temuan tidak memiliki tampilan klasik keganasan tetapi cukup mencurigakan, sehingga biopsi diperlukan
- BI-RADS 5 (sangat sugestif keganasan: ada probabilitas keganasan yang sangat tinggi (≥ 95%), sehingga needle biopsy direkomendasikan
- BI-RADS 6 (keganasan terbukti dengan biopsi): pemeriksaan yang dilakukan setelah biopsi menunjukkan bukti keganasan (pencitraan dilakukan setelah biopsi perkutan tetapi sebelum eksisi bedah), di mana tidak ada kelainan selain kanker yang diketahui yang mungkin memerlukan evaluasi tambahan. USG dilakukan untuk staging kanker atau pemantauan terapi[11,12,14,21-22]
Tabel 1. Perbedaan Tanda Tumor Jinak dan Ganas Berdasarkan USG
Tumor Jinak | Tumor Ganas |
Lesi dengan batas tegas, licin, dan teratur | Lesi berbatas tidak tegas dan tidak teratur |
Struktur echo internal biasa: ● Sonolusen, misalnya pada kista ● Struktur echo lemah sampai intermediate tetapi homogen, misalnya pada fibroadenoma | Struktur echo internal lemah, heterogen |
Batas echo anterior lesi dan posterior lesi bervariasi dari kuat atau menengah | Batas echo anterior lesi kuat, posterior lesi lemah sampai tidak ada (posterior acoustic shadow) |
Lateral acoustic shadow dari lesi dapat bilateral atau unilateral (tedpole sign) | Terdapat perbedaan besar tumor secara klinis dan secara USG |
Sumber: dr. Eva Naomi, 2021.