Teknik Audiometri
Teknik pemeriksaan audiometri meliputi audiometri nada murni, audiometri tutur, audiometri impedansi, dan Auditory Brainstem Response (ABR) atau Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA).[1,2,9]
Audiometri nada murni dilakukan dengan memberikan nada murni ke telinga melalui earphone dan mengukur intensitas terendah dalam desibel dimana nada terdengar 50% benar. Audiometri tutur mengukur kemampuan pasien mendengar dan mengerti kata-kata. Audiometri impedansi dilakukan dengan memasukkan probe ke dalam kanal telinga luar untuk menilai fungsi telinga tengah. ABR dilakukan dengan mengukur waktu transmisi neural suara dengan memasang elektroda pada verteks, lobus telinga, dan dahi.[3]
Persiapan Pasien
Sebelum pemeriksaan audiometri nada murni, minta pasien menghindari paparan bising minimal 14 jam untuk menghindari perubahan ambang pendengaran sementara. Sampaikan untuk tidak menggunakan benda-benda yang dapat mengganggu pemasangan earphone atau mempengaruhi hasil audiogram seperti anting, kacamata, topi, rambut palsu, dan kapas pada liang telinga. Jelaskan persiapan dan prosedur pemeriksaan audiogram, serta minta informed consent.
Saat pemeriksaan, pemeriksa perlu memberi instruksi dengan jelas, sehingga pasien mengetahui apa yang harus didengar dan yang diharapkan sebagai jawabannya. Lubang earphone harus tepat menempel pada liang telinga. Pada pemeriksaan ABR, terutama pada bayi dan anak-anak, pastikan tidak ada kontraindikasi sedasi.[3,8,10]
Peralatan
Peralatan yang diperlukan berbeda pada pemeriksaan audiogram nada murni, audiometri impedansi, Auditory Brainstem Response (ABR) dan audiometri tutur.
Audiometri Nada Murni dan Audiometri Tutur
Pada pemeriksaan audiometri nada murni, dibutuhkan:
- Audiometer
-
Transducers meliputi circumaural headphones yang memiliki bantalan menutupi seluruh telinga eksternal sehingga dapat mengurangi kebisingan pada tempat pemeriksaan yang tidak ideal, insert earphones yang dimasukkan pada saluran telinga, pengeras suara, serta bone-conduction oscillator
- Ruang pemeriksaan yang ideal menggunakan bahan-bahan yang menyerap suara seperti karpet, acoustic foam, atau ubin[1,4]
Tambahan peralatan untuk audiometri tutur adalah materi uji, speech audiometer yang meliputi mikrofon, tape recorder, cakram padat (CD) untuk merekam pemeriksaan, serta perangkat output seperti earphones, ear inserts, bone-conduction vibrators, dan pengeras suara.[8,9]
Selain itu, penting dilakukan pengendalian infeksi. Direkomendasikan penggunaan penutup earphone dan insert earphone tips sekali pakai. Pemeriksa harus cuci tangan sebelum dan setelah melakukan pemeriksaan.[11]
Audiometri Impedansi
Pada pemeriksaan audiometri impedansi, diperlukan:
- Timpanometri
- Acoustic reflex testing
Immittance audiometer yang meliputi probe tone oscillator, pengeras suara, mikrofon, pressure pump, dan ear probe yang dimasukkan pada saluran telinga[7]
Audiometry Brainstem Response
Pada pemeriksaan Auditory Brainstem Response (ABR) atau Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA), diperlukan:
- Elektroda
- Earphone
- Komputer[8,9]
Posisi Pasien
Pada pemeriksaan audiometri nada murni, audiometri tutur, dan audiometri impedansi, pasien dalam posisi duduk selama pemeriksaan.[1,7] Namun, pada audiometri tutur, pemeriksa dan pasien ditempatkan pada 2 ruangan berbeda, yakni audiologis di ruang audiometri dan pasien di ruang evaluasi.[9]
Pasien harus duduk dengan tenang, tidak berbicara, tidak minum, tidak makan, tidak merokok, tidak mengunyah, atau perilaku tambahan apa pun yang dapat mengganggu pemeriksaan.[11]
Pada pemeriksaan Auditory Brainstem Response (ABR) atau Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA), posisi pasien berbaring supinasi. Pada bayi dan anak, diharapkan pasien tidur, sehingga dapat diberikan sedasi jika perlu.[8]
Prosedural
Sebelum dilakukan audiometri, diperlukan anamnesis secara lengkap untuk mengetahui riwayat penyakit pasien untuk menentukan teknik mana yang terbaik dan tujuan utama dari pemeriksaan.[2,4]
Pemeriksaan Audiometri Nada Murni
Prosedur pemeriksaan audiometri nada murni meliputi:
Pemeriksaan telinga: meliputi inspeksi visual pinna, saluran telinga dan otoskop
- Alat bantu dengar harus dilepas
- Sampaikan tujuan pemeriksaan. Setiap telinga diuji secara terpisah, dengan nada yang berbeda. Pasien harus merespon setiap kali nada terdengar dengan mengangkat atau menurunkan jari, tangan, atau lengan, menekan dan melepaskan sakelar sinyal, atau mengucapkan secara verbal[11]
Penentuan ambang dengar dilakukan pada kedua telinga, dimulai dengan telinga yang sehat atau kondisi yang lebih baik dahulu. Langkah-langkahnya antara lain:
- Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan frekuensi 1000 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz, 8000 Hz, 1000 Hz (diulang), 500 Hz dan 250 Hz. Jika terdapat perbedaan ambang sebesar ≥15 dB untuk interval oktaf berapapun, maka dilakukan pemeriksaan dengan frekuensi setengah oktaf
- Mulai dengan intensitas 0 dB, kemudian dinaikkan dengan peningkatan 10 dB dengan durasi 1-2 detik hingga pasien memberi respon. Nada dapat ditingkatkan 5 dB dan bila pasien memberikan respon maka nada diturunkan dengan penurunan masing-masing 10 dB hingga tidak terdengar lagi
- Setelah menentukan ambang pendengaran untuk frekuensi pengujian awal, cantumkan simbol yang sesuai pada audiogram. Lalu, lanjutkan dengan frekuensi berikutnya dalam rangkaian. Mulailah nada pada tingkat yang lebih rendah 15-20 dB dari ambang frekuensi yang diuji sebelumnya
- Lakukan teknik ini untuk menentukan ambang hantaran udara dan tulang. Pada pengujian konduksi udara, nada murni dihantarkan ke telinga melalui earphone. Sedangkan, pada pengujian konduksi tulang, dilakukan dengan menempatkan osilator pada prosesus mastoideus[2,10]
Pemeriksaan Audiometri Impedansi
Parameter pengukuran pada pemeriksaan audiometri impedansi adalah timpanometri dan acoustic reflex testing. Prosedur timpanometri yang dilakukan antara lain :
- Pemeriksaan saluran telinga dengan menggunakan otoskop
- Masukkan probe dengan ujung plastik yang lunak ke dalam saluran telinga agar kedap udara
- Pasien akan mendengar nada (umumnya dengan frekuensi 226 Hz) dan merasakan variasi tekanan dari +200 hingga -400 decapascal pada saluran telinga. Probe akan mengukur respon dari membran timpani terhadap nada dengan variasi tekanan yang berbeda
- Grafik akan di plot oleh mesin immittance audiometry dengan tingkat tekanan pada sumbu X dan pergerakan membran timpani pada sumbu Y
Maximum compliance peak menunjukkan tekanan telinga bagian tengah dan fungsi tuba eustachius ketika tekanan udara saluran telinga dan telinga tengah sama, sehingga memaksimalkan transmisi akustik melalui telinga tengah. Tingginya compliance peak mencerminkan mobilitas atau sebaliknya mencerminkan kekakuan pada membran timpani dan telinga tengah[2,7]
Menurut sistem klasifikasi Jerger, beberapa respon dari pengukuran timpanometri, antara lain:
- Tipe A dengan compliance peak -150 hingga +100 daPa dan immittance 0,2-2,5 milimhos (mmhos) menunjukkan fungsi telinga tengah normal. Dapat terjadi pada beberapa kondisi telinga otosklerosis, terutama pada tahap awal
- Tipe As dengan compliance peak -150 hingga +100 daPa dan immittance <0,2 mmhos menunjukkan sistem telinga tengah yang kaku, terjadi pada kasus glue ear, tebalnya membran timpani, timpanosklerosis dan otosklerosis
- Tipe Ad dengan compliance peak -150 hingga +100 daPa dan immittance >2,5 milimhos (mmhos) menunjukkan membran timpani dan sistem telinga tengah yang flaksid atau disartikulasi tulang telinga bagian tengah
- Tipe B tanpa compliance peak dan immittance sehingga harus diinterpretasikan bersamaan dengan volume saluran telinga. Volume saluran telinga rata-rata untuk anak-anak adalah 0,42-0,97 mL. Volume dewasa rata-rata adalah 0,63-1,46 mL
- Tipe C dengan compliance peak < -150 daPa dan immittance dapat terukur menunjukkan tekanan negatif yang signifikan dalam sistem telinga tengah, kemungkinan permulaan atau pemulihan otitis media atau malfungsi dari tuba eustachius[7]
Pemeriksaan acoustic reflex testing dilakukan untuk menilai integritas saraf kranial ke-8 menggunakan stimulus rangsangan dengan frekuensi 500 atau 1000 Hz pada 10-15 dB di atas ambang batas refleks akustik selama 10 detik. Jika terjadi kegagalan mempertahankan kontraksi otot stapedius selama 10 detik atau amplitudo dari defleksi yang terekam berkurang ≥50% dalam 10 detik, maka tes dianggap positif yang menunjukkan kemungkinan lesi retrokoklear seperti schwannoma vestibular atau neuroma akustik.[2,7]
Pemeriksaan Auditory Brainstem Response (ABR)
Pemeriksaan Auditory Brainstem Response (ABR) atau Brainstem Evoked Response Audiometry (BERA) mengukur hantaran saraf kranial ke-8 dan batang otak yang timbul dalam 10-12 milidetik setelah mendapat rangsangan pendengaran yang ditangkap telinga bagian dalam. [10]
Elektroda dipasang pada mastoid dan verteks untuk menciptakan suatu gelombang. Akan terdapat rangsangan pada tingkat 75 atau 80 dB di atas ambang pendengaran dengan beberapa bunyi “klik” yang terdengar pada telinga. Bunyi klik akan diulangi dengan kecepatan pengulangan pasti dan diambil rata-rata dari gelombang-gelombang tersebut.[8] Gelombang diberikan label I-VII, dengan gelombang I-II berasal dari saraf kranial ke-8 dan gelombang selanjutnya berasal lebih tinggi dari batang otak.[10]
Pemeriksaan Audiometri Tutur
Audiometri tutur akan mengukur kemampuan pasien untuk mendengar dan mengerti pembicaraan. Speech Reception Threshold (SRT) adalah tingkat desibel terendah di mana pasien mampu mengulangi 50% kata yang diujikan. SRT harus dalam rentang ± 10 dB dari rerata audiometri nada murni dalam frekuensi 500, 1000, dan 2000 Hz.
Sementara itu, speech discrimination score diperoleh menggunakan kata-kata satu suku kata dengan fonetik seimbang yang telah ditentukan sebelumnya, umumnya diperdengarkan pada 25-40 dB di atas hearing threshold yang didapat dari audiometri nada murni. Speech discrimination biasanya baik pada pasien yang hanya mengalami tuli konduksi, terutama jika diperdengarkan pada volume yang cukup tinggi. Pada tuli sensorineural, hasil speech discrimination bisa bervariasi. Hasil buruk pada speech discrimination meningkatkan kecurigaan ke arah penyakit retrokoklea.[3]
Follow up
Umumnya, hasil abnormal dari pemeriksaan audiometri yang dilakukan oleh audiolog akan memerlukan pemeriksaan penunjang lanjutan dan penatalaksanaan dari spesialis yang terkait, seperti pasien dengan gangguan pendengaran sensorineural asimetris progresif perlu dilanjutkan pemeriksaan MRI dengan kontras atau CT scan fossa posterior dan kanal auditori internal untuk menyingkirkan diagnosis banding seperti schwannoma[2]