Pendahuluan Pacemaker
Pacemaker atau alat pacu jantung merupakan alat elektronik yang digunakan untuk memberikan stimulasi kepada miokardium dengan impuls elektrik untuk menjaga atau mengembalikan denyut jantung fungsional. Pacemaker dapat terpasang secara sementara maupun permanen. Pacemaker sementara digunakan untuk masalah jantung jangka pendek, seperti aritmia yang disebabkan oleh infark miokard dan juga dalam keadaan darurat. Pacemaker permanen digunakan untuk disfungsi irama jantung kronis, seperti pada atrioventricular (AV) block kongenital.
Setiap pacemaker terdiri dari dua komponen utama, yaitu pulse generator yang menghasilkan impuls elektrik, serta elektroda atau lead yang menghantarkan impuls ke otot jantung. Terdapat beberapa tipe sistem pacemaker yang dapat dipilih, antara lain transvena, epikardial, dan leadless.[1,2]
Sumber: Shutterstock, 2021.
Terdapat 3 bentuk dasar pacemaker, yaitu single chamber, dual chamber, dan biventricular pacemakers. Secara umum, pemasangan pacemaker diindikasikan pada pasien dengan bradikardia atau aritmia yang disebabkan oleh berbagai kondisi medis, seperti disfungsi nodus sinus, atrioventricular (AV) block, infark miokard, hingga gagal jantung.
Komponen yang digunakan pada pacemaker, yaitu pulse generator dan lead, perlu diganti bila diperlukan. Pulse generator perlu diganti bila baterai yang digunakan mengalami aus, dimana biasanya terjadi setelah 5 sampai 8 tahun. Penggantian pulse generator dilakukan dengan tindakan insisi kulit pada bekas insisi lama. Sementara itu, penggantian lead hanya dilakukan pada kasus tertentu, seperti infeksi.[8]
Pemasangan pacemaker dapat menimbulkan komplikasi jangka pendek dan jangka panjang. Komplikasi jangka pendek mencakup pneumothorax, perforasi kardiak, lepasnya lead, dan infeksi atau hematoma pocket. Komplikasi jangka panjang mencakup regurgitasi trikuspid, obstruksi vena, fraktur lead, dan kegagalan insulasi. Pemasangan pacemaker juga bisa menyebabkan lead related endocarditis yang memiliki angka mortalitas mencapai 31%.[1-5]
Edukasi yang perlu diberikan pada pasien yang menerima pacemaker berupa jenis pacemaker, prosedur pemasangan, hingga komplikasi yang dapat terjadi. Pasien juga perlu mengetahui langkah follow-up yang diperlukan serta waktu penggantian alat. Pasien juga perlu mengetahui interferensi elektromagnetik yang dapat mengganggu kerja pacemaker, misalnya pemeriksaan MRI.[17]