Kontraindikasi dan Peringatan Chloramphenicol
Kontraindikasi chloramphenicol atau kloramfenikol adalah pada seseorang dengan riwayat hipersensitivitas terhadap obat ini atau komponennya. Peringatan pemberian chloramphenicol oral dan intravena adalah kepada pasien yang menderita penyakit ginjal dan hati berat.[1]
Kontraindikasi
Kontraindikasi chloramphenicol adalah pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitivitas, misalnya reaksi anafilaksis, terhadap chloramphenicol, maupun komponennya. Tanda-tanda anafilaksis adalah angioedema, bronkospasme, dan urtikaria. Kontraindikasi chloramphenicol yang lain adalah pada porfiria akut.
Chloramphenicol juga dikontraindikasikan pada infeksi bakteri ringan atau sebagai profilaksis. Penggunaan chloramphenicol sistemik harus dicadangkan untuk infeksi berat, misalnya meningitis, ketika antimikroba lain tidak efektif. Chloramphenicol juga sebaiknya tidak digunakan pada neonatus berusia di bawah 1 minggu, terutama bayi prematur. Kehamilan juga merupakan kontraindikasi pemberian chloramphenicol.
Kontraindikasi lain adalah riwayat pasien atau keluarga dengan diskrasia darah, misalnya anemia aplastik. Selain itu, chloramphenicol sebaiknya tidak diberikan pada pasien yang menerima imunisasi aktif, karena berpotensi mengganggu pembentukan imunitas.[5–7]
Peringatan
Peringatan penggunaan chloramphenicol adalah pada riwayat kelainan hematologi, gangguan fungsi hepar dan ginjal, bayi prematur, serta pada penggunaan jangka panjang.[1,6]
Kelainan Hematologi
Peringatan penggunaan chloramphenicol terutama untuk pasien yang memiliki riwayat kelainan hematologi, atau pasien yang menerima obat-obatan yang menyebabkan depresi sumsum tulang, misalnya quinidine atau albendazole.
Pemberian chloramphenicol dapat menyebabkan diskrasia darah, seperti anemia aplastik, anemia hipoplastik, trombositopenia, dan granulositopenia. Anemia aplastik yang diakibatkan chloramphenicol pernah dilaporkan berkembang menjadi leukemia. Pemberian chloramphenicol berulang (repeated course) juga sebaiknya dihindari.[1,6,7]
Gangguan Fungsi Hepar dan Ginjal
Pada pasien dengan fungsi hepar yang terganggu, dosis chloramphenicol harus disesuaikan. Konsentrasi chloramphenicol yang berlebihan dapat ditemukan dalam darah pasien dengan gangguan hepar dan gangguan ginjal. Pemantauan kadar chloramphenicol plasma mungkin diperlukan bagi pasien-pasien ini. Konsentrasi plasma yang dianggap aman adalah 10–25 µg/mL.[6,7]
Neonatus dan Bayi Prematur
Neonatus dan bayi prematur sebaiknya tidak menerima chloramphenicol sistemik, berhubungan dengan risiko grey baby syndrome. Namun, chloramphenicol dapat dipertimbangkan jika manfaatnya diperkirakan sangat besar (life saving), atau jika tidak ada alternatif obat lainnya.[1,6,7]
Pemakaian Jangka Panjang
Penggunaan chloramphenicol jangka panjang dapat menyebabkan perdarahan, yang berhubungan dengan depresi sumsum tulang, atau karena menurunkan flora normal usus sehingga terjadi gangguan sintesis vitamin K.
Pada penderita defisiensi enzim glucose 6-phosphate dehydrogenase (G-6-PD), chloramphenicol dapat menyebabkan episode hemolitik. Penggunaan jangka panjang juga dilaporkan berhubungan dengan neuritis optik dan neuropati perifer.[1,6]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra