Aspirin
Aspirin atau asam asetilsalisilat adalah obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang banyak digunakan pada pasien dengan stroke iskemik atau transient ischemic attack (TIA), serta pada pasien dengan penyakit arteri koroner. Aspirin digunakan dengan tujuan untuk mengurangi risiko kematian dan infark miokard pada pasien dengan penyakit arteri koroner, serta untuk mengurangi risiko kematian dan stroke berulang pada pasien yang pernah mengalami stroke iskemik atau TIA.[1]
Aspirin bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin. Aspirin bersifat non-selektif untuk enzim siklooksigenase-2 (COX-1) dan COX-2. Penghambatan COX-1 akan mengganggu agregasi trombosit.
Selain itu, gugus asetil dari aspirin berikatan dengan residu serin dari COX-1 dan menyebabkan penghambatan ireversibel yang mencegah produksi prostaglandin yang berperan dalam timbulnya rasa sakit. Proses ini juga menghentikan konversi asam arakidonat menjadi tromboksan A2 (TXA2) yang merupakan penginduksi kuat agregasi trombosit. Agregasi trombosit dapat mengakibatkan pembekuan dan tromboemboli vena dan arteri yang berbahaya, yang menyebabkan kondisi seperti emboli paru dan stroke.[2]
Aspirin telah dikaitkan dengan sindrom Reye. Penggunaan aspirin untuk demam atau nyeri harus berhati-hati pada anak-anak atau remaja. Walaupun penggunaan aspirin diperbolehkan untuk anak di atas 3 tahun, sebaiknya aspirin tidak digunakan pada anak atau remaja yang baru pulih dari varicella atau flu-like symptoms.[2,3]
Pemantauan kadar salisilat serum diperlukan jika aspirin digunakan pada pasien anak dengan penyakit Kawasaki. Absorpsi aspirin dilaporkan terganggu selama tahap demam awal pada penyakit ini, sehingga konsentrasi antiinflamasi terapeutik mungkin sulit dicapai. Selain itu, setelah tahap demam berlalu, absorpsi aspirin dilaporkan meningkat dan dapat terjadi toksisitas salisilat jika tidak dilakukan penyesuaian dosis.[2]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Aspirin
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Obat kardiovaskuler[4] |
Subkelas | Antiagregasi platelet[4] |
Akses | Obat bebas[5] |
Wanita hamil | Kategori FDA: C, D pada trimester 3[17] Kategori TGA: C[7] |
Wanita menyusui | Diekskresikan ke ASI[8] |
Anak-anak | Keamanan dan efikasi belum diketahui[9] |
Infant | |
FDA | Approved[6] |
Penulisan pertama oleh: dr. Edwin Wijaya