Indikasi dan Dosis Aspirin
Indikasi aspirin atau asam asetilsalisilat adalah sebagai analgesik dan antipiretik, serta sebagai antiagregasi platelet pada kasus penyakit jantung koroner, stroke, dan transient ischemic attack (TIA). Dosis berbeda tergantung indikasi.[2,9]
Aspirin dalam bentuk tablet biasa (immediate release), digunakan untuk meredakan nyeri, demam, dan inflamasi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh common cold, nyeri punggung bawah, dismenore, sakit kepala, sakit gigi, myositis, neuralgia, arthritis, dan berbagai jenis cedera. Aspirin juga terkadang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit setelah prosedur bedah dan gigi.
Karena kemampuannya untuk menghambat agregasi platelet, aspirin juga digunakan untuk:
- Mengurangi risiko kematian kardiovaskular pada kasus infark miokard
- Mengurangi risiko infark miokard pada pasien dengan penyakit arteri koroner, seperti pasien dengan riwayat infark miokard, angina pektoris tidak stabil, atau dengan angina stabil kronis
- Mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas pada kasus angina tidak stabil dan pada pasien dengan riwayat infark miokard sebelumnya
- Mengurangi risiko kematian dan stroke berulang pada pasien yang pernah mengalami stroke iskemik atau TIA
- Pencegahan tromboemboli setelah operasi penggantian pinggul
- Untuk mencegah trombosis pada tempat penyisipan pada pasien yang menjalani hemodialisis dengan kanula arteriovenosa
Pada kasus infark miokard akut atau sebelum intervensi perkutan, bentuk sediaan extended release tidak boleh digunakan. Gunakan formulasi immediate release dalam skenario klinis yang membutuhkan tindakan cepat.[2,9]
Analgesik dan Antipiretik
Sebagai analgesik dan antipiretik, pada dewasa digunakan dosis 325-650 mg per oral 4 kali sehari, atau 500-1000 mg per oral 3-4 kali sehari. Dosis maksimum dewasa 4 g/hari
Pada anak digunakan dosis 10-15 mg/kg/dosis sebanyak 4-6 kali sehari. Dosis maksimal 60-70 mg/kg/hari.
Penggunaan aspirin sebagai analgesik disarankan tidak lebih dari 10 hari.[6,9,14]
Sindrom Koroner Akut
Pada sindrom koroner akut, dapat diberikan dosis inisial 160-325 mg per oral. Disarankan menggunakan tablet immediate release, baik dalam bentuk tablet kunyah atau tablet non-enterik yang dikunyah atau dihancurkan. Jika pemberian oral tidak memungkinkan, dapat pula menggunakan suppositoria 600 mg.
Dosis rumatan yang digunakan antara 80-325 mg per oral setiap hari, tergantung klinis dan komorbid pasien. Jika digunakan tablet extended release, maka dosis rumatan adalah 162,5 mg/hari.
Apabila akan dilakukan tindakan angioplasti perkutan, dapat diberikan aspirin sebelum tindakan dalam dosis 162-325 mg per oral. Kemudian, setelah prosedur dapat diberikan dosis 80-325 mg/hari, dapat dikombinasikan dengan ticagrelor.[6]
Stroke Iskemik dan Transient Ischemic Attack (TIA)
Pada penatalaksanaan stroke iskemik dan TIA, aspirin diberikan secara oral dalam dosis 160-325 mg dalam 48 jam onset stroke atau TIA, diikuti dengan 75-100 mg/hari per oral. Aspirin tidak boleh diberikan pada pasien yang mendapat alteplase dalam 24 jam.[6]
Pencegahan Primer Penyakit Kardiovaskular Aterosklerotik
Aspirin diberikan untuk pencegahan primer penyakit kardiovaskular aterosklerotik dalam dosis rendah, yakni 75-100 mg per oral sekali sehari. Pemberian sebagai profilaksis primer ini tidak boleh dilakukan pada pasien berusia di atas 70 tahun atau mereka yang memiliki risiko perdarahan tinggi.[6]
Juvenile Rheumatoid Arthritis
Aspirin dapat diberikan untuk pasien dengan juvenile rheumatoid arthritis. Pada pasien dengan berat badan di bawah 25 kg, aspirin diberikan dalam dosis 60-100 mg/kg/hari per oral dibagi menjadi 3-4 kali pemberian. Pada anak dengan berat di atas 25 kg, aspirin dapat diberikan dalam dosis 2,4-3,6 g/hari.[6]
Penyakit Kawasaki
Penyakit Kawasaki merupakan vaskulitis akut pada anak dengan gejala demam tinggi, limfadenopati servikal, bercak, enantema, dan konjungtivitis. Aspirin digunakan untuk pengobatan awal Penyakit Kawasaki sebelum terapi imunoglobulin. Pada fase akut penyakit Kawasaki, aspirin diberikan pada dosis 80-100 mg/kg/hari, dibagi menjadi 4 dosis, diberikan hingga maksimal 14 hari. Terapi rumatan diberikan dalam dosis 3-6 mg/kg/hari per oral dosis tunggal.[6]
Penyakit Arteri Perifer
Pada penyakit arteri perifer, aspirin dapat digunakan sebagai pencegahan primer kejadian kardiovaskular pada pasien dengan penyakit asimtomatik. Dosis yang direkomendasikan adalah 75-100 mg per hari.
Aspirin juga dapat diberikan untuk pencegahan sekunder kejadian kardiovaskular pada pasien dengan penyakit simtomatik. Dosis yang direkomendasikan adalah 75-100 mg per hari.
Pada pasien dengan klaudikasio intermiten refrakter, penggunaan aspirin dikombinasikan dengan cilostazol.[9]
Demam Reumatik (Off Label)
Untuk demam reumatik, aspirin diberikan dalam dosis awal 4,9-7,8 g/hari dalam dosis terbagi. Penyesuaian dosis dapat dilakukan berdasarkan respon, toleransi, dan konsentrasi salisilat plasma.[9]
Pencegahan Tromboembolisme pada Atrial Fibrilasi (Off Label)
Aspirin diberikan dalam dosis 75-325 mg/hari untuk pencegahan tromboemboli pada pasien dengan atrial fibrilasi dan atrial flutter.[9]
Prolaps Katup Mitral (Off Label)
Pada kasus prolaps katup mitral, aspirin diberikan dalam dosis 75-325 mg/hari per oral.[9]
Penggunaan Katup Jantung Mekanis dan Biologis (Off Label)
Pada pasien dengan katup jantung mekanis, aspirin digunakan 50-100 mg/hari dikombinasikan dengan warfarin. Aspirin hanya diberikan jika pasien memiliki risiko perdarahan rendah. Selain dosis tersebut, aspirin 75-325 mg sekali sehari sebagai monoterapi dapat digunakan sebagai alternatif warfarin pada pasien yang tidak dapat menggunakan warfarin.
Pada pasien dengan katup bioprostetik aorta, aspirin dapat diberikan dalam dosis 50-100 mg per hari. Aspirin digunakan sebagai terapi awal, yaitu 3 bulan pertama setelah pemasangan katup, dan juga dapat digunakan jangka panjang.
Pada pasien dengan katup jantung bioprostetik mitral, aspirin diberikan dalam dosis 50-100 mg per hari. Aspirin digunakan untuk terapi antitrombotik jangka panjang setelah pengobatan awal 3 bulan dengan warfarin. Aspirin 75-325 mg sekali sehari juga direkomendasikan sebagai alternatif terapi warfarin pada pasien yang tidak dapat menggunakan warfarin.[9]
Preeklampsia (Off Label)
Aspirin direkomendasikan dalam terapi preeklampsia karena memiliki efek antikoagulan dan antiinflamasi. Pemberian aspirin 50-150 mg diduga dapat meningkatkan aliran darah plasenta dan mengurangi risiko trombosis plasenta dengan cara menurunkan thromboxane A2 dan prostaglandin I2.[15]
Pencegahan Kanker Kolorektal (Off Label)
Beberapa bukti ilmiah menunjukkan bahwa aspirin dapat menjadi agen kemopreventif untuk kanker kolorektal. Mekanisme antineoplastik aspirin belum diketahui secara pasti.[15]
Untuk tujuan ini, aspirin dikonsumsi 600 mg/hari per oral selama 2 tahun.[6]
Penulisan pertama oleh: dr. Edwin Wijaya