Efek Samping dan Interaksi Obat Cefotaxime
Efek samping yang umum ditemukan akibat cefotaxime, antara lain reaksi lokal di area penyuntikan, misalnya nyeri, kemerahan, atau bengkak. Hipersensitivitas akibat cefotaxime juga kadang dapat terjadi. Interaksi obat antara cefotaxime dengan furosemide atau antibiotik golongan aminoglikosida, seperti gentamisin, dapat meningkatkan efek nefrotoksik obat.
Efek Samping
Pada umumnya, pasien dapat mentoleransi pemberian cefotaxime dengan baik. Efek samping yang tersering adalah reaksi lokal pada area penyuntikan seperti rasa nyeri, indurasi, dan pembengkakan. Efek samping di area penyuntikan dapat terjadi setelah pemberian cefotaxime intravena maupun intramuskular. Reaksi hipersensitivitas, seperti ruam kulit, pruritus, demam, dan eosinofilia juga dapat terjadi.
Gejala gastrointestinal, misalnya diare, nausea, mual, dan kolitis dapat terjadi setelah pemberian cefotaxime. Kolitis yang terjadi dapat berhubungan dengan infeksi Clostridium difficile. Efek samping lain yang lebih jarang terjadi, antara lain neutropenia, leukopenia transien, moniliasis, vaginitis, dan sakit kepala.
Peningkatan enzim hepar, seperti SGOT, SGPT, LDH serum, dan alkaline fosfatase serum juga pernah dilaporkan. Sama seperti golongan cephalosporin lainnya, penggunaan cefotaxime dapat menyebabkan peningkatan transien BUN dan kreatinin.[5,12]
Interaksi Obat
Interaksi obat dapat terjadi antara cefotaxime dengan furosemide dan gentamisin, yang mengakibatkan peningkatan efek nefrotoksik obat. Penggunaan cefotaxime bersamaan dengan kontrasepsi oral dapat menurunkan efektivitas kontrasepsi.
Obat-obatan Nefrotoksik
Interaksi obat dapat terjadi ketika cefotaxime diberikan bersamaan dengan obat yang berefek nefrotoksik, misalnya antibiotik aminoglikosida, seperti gentamisin, atau diuretik, seperti furosemide. Interaksi obat menyebabkan peningkatan efek nefrotoksik.[2,5]
Probenecid
Penggunaan cefotaxime bersamaan dengan probenecid menyebabkan klirens ginjal cefotaxime menurun. Hal ini menyebabkan peningkatan konsentrasi cefotaxime dan metabolitnya dalam plasma.[2,5]
Kontrasepsi Oral
Pemberiannya bersama kontrasepsi oral juga akan menurunkan efektivitas kontrasepsi. Selama pengobatan dengan cefotaxime, pasien disarankan untuk menggunakan kontrasepsi tambahan yang nonhormonal.[13]
Antikoagulan
Penggunaan cefotaxime bersamaan dengan antikoagulan, misalnya warfarin, akan meningkatkan risiko perdarahan. Hal ini disebabkan cefotaxime berpotensi mengganggu proses agregasi platelet, dan memperpanjang waktu perdarahan. Pengawasan prothrombin time (PT) dan international normalized ratio (INR) sebaiknya dilakukan berkala, dimulai 1 minggu setelah pemberian antibiotik dosis pertama.[5,12]
Antibiotik Bakteriostatik
Pemberian cefotaxime dengan antibiotik yang bersifat bakteriostatik, seperti tetrasiklin, eritromisin, dan kloramfenikol, perlu dihindari karena dapat menimbulkan efek antagonis.[8]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra