Farmakologi Cefotaxime
Farmakologi cefotaxime adalah memberikan efek bakterisidal dengan cara menghambat sintesis dinding sel bakteri. Cefotaxime parenteral merupakan antibiotik berspektrum luas yang efektif terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.
Farmakodinamik
Cefotaxime merupakan antibiotik sefalosporin generasi ketiga, yang diberikan secara intravena. Cefotaxime memiliki aktivitas spektrum luas terhadap bakteri gram positif, seperti Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, dan Streptococcus pneumoniae, serta bakteri gram negatif, seperti Escherichia coli, Haemophilus influenzae, dan Klebsiella spp.
Efek bakterisidal cefotaxime dihasilkan oleh kemampuannya dalam menghambat sintesis dinding sel, dengan cara berikatan dengan penicillin-binding proteins (PBP). Hal ini akan menyebabkan hambatan sintesis peptidoglikan pada dinding sel, sehingga terjadi lisis sel dan kematian bakteri.[3,8,9]
Farmakokinetik
Absorpsi cefotaxime pada pemberian intramuskular terjadi secara cepat, yaitu dalam 30 menit. Cefotaxime dapat didistribusikan secara luas pada berbagai jaringan dan cairan tubuh, serta dapat menembus sawar darah otak dan plasenta. Metabolisme cefotaxime terjadi di hepar, dan ekskresinya melalui ginjal.
Absorpsi
Absorpsi cefotaxime pada saluran gastrointestinal tidak baik, sehingga obat ini perlu diberikan secara parenteral. Setelah pemberian intramuskular, cefotaxime diabsorpsi dengan cepat dan konsentrasi serum mencapai puncak dalam waktu 30 menit. Pada pemberian intravena, konsentrasi puncak dicapai dalam 4 jam.[3,5]
Distribusi
Cefotaxime didistribusikan secara luas, dan dapat menembus sawar darah otak ketika terjadi inflamasi pada meningen, sehingga dapat digunakan untuk meningitis. Cefotaxime juga dapat menembus plasenta, dan memasuki air susu ibu (ASI) dalam jumlah sedikit.
Cefotaxime dapat ditemukan di berbagai jaringan dan cairan tubuh, seperti aqueous humor, cairan ascites, cairan prostatik, cairan empedu, sekresi bronkus serta pada tulang. Cefotaxime berikatan dengan protein plasma sebanyak 13–38%.[5,10]
Metabolisme
Cefotaxime akan dimetabolisme secara cepat di hepar melalui proses deasetilasi menjadi desacetylcefotaxime. Kadar metabolit ini sudah dapat terdeteksi di plasma 5 menit setelah pemberian obat. Metabolit ini dapat terdeteksi di darah dan urin. Sekitar 10 menit setelah pemberian cefotaxime 15 mg/kg dosis tunggal IV, desacetylcefotaxime ditemukan dengan jumlah 5 μg/mL.
Metabolit ini memiliki spektrum antimikroba yang serupa dengan cefotaxime, tetapi keaktifannya 8 kali lebih rendah. Selanjutnya, desacetylcefotaxime akan dimetabolisme lagi menjadi bentuk yang inaktif yang tidak memiliki efek bakterisidal, yaitu M2 dan M3.[2,5]
Eliminasi
Sekitar 20–36% cefotaxime intravena akan diekskresi melalui ginjal dalam bentuk cefotaxime yang tidak berubah, dan 15–25% sebagai desacetylcefotaxime. Waktu paruh cefotaxime adalah 0,9–1,7 jam, sedangkan waktu paruh desacetylcefotaxime adalah 1,4–1,9 jam. Oleh sebab itu, penyesuaian dosis diperlukan pada pasien gagal ginjal.[3]
Resistensi
Resistensi cefotaxime terjadi akibat proses hidrolisis oleh beta laktamase, perubahan pada penicillin-binding proteins (PBP), dan berkurangnya permeabilitas. Beta laktamase menyebabkan cefotaxime mengalami hidrolisis, sehingga menghambat efek bakterisidalnya.[4,9]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra