Pengawasan Klinis Doripenem
Pengawasan klinis doripenem dilakukan terkait risiko timbulnya efek samping, Clostridium difficile colitis, reaksi hipersensitivitas, kejang, serta gangguan ginjal dan peningkatan kadar enzim hepar.
Risiko Efek Samping
Efek samping yang paling banyak dilaporkan akibat penggunaan doripenem adalah nyeri kepala, mual, diare, ruam, dan phlebitis. Meski demikian, risiko efek samping yang lebih berat seperti reaksi alergi, kejang, anemia, dan infeksi jamur perlu diwaspadai.[1,2]
Clostridium Difficile Colitis
Penggunaan antibiotik dapat menyebabkan gangguan flora gastrointestinal yang berisiko menimbulkan Clostridium difficile colitis. Awasi adanya diare pada pasien yang mendapat doripenem. Apabila Clostridium difficile colitis dicurigai, hentikan terapi doripenem dan lakukan terapi adekuat.[1]
Kejang
Penggunaan doripenem telah dikaitkan dengan timbulnya kejang. Risiko kejang lebih tinggi pada pasien dengan lesi saraf pusat (misalnya stroke), pasien gangguan ginjal, dan pasien yang mendapat dosis lebih dari 500 mg setiap 8 jam.[1]
Peningkatan Enzim Hepar
Penggunaan doripenem telah dikaitkan dengan peningkatan serum aminotransferase. Peningkatan ini umumnya ringan, transien, dan asimptomatik, serta dilaporkan muncul pada 1ā5% pasien. Meskipun begitu, kasus ikterus kolestatik telah dilaporkan pada penggunaan karbapenem lain sehingga pemantauan terkait tanda dan gejala hepatotoksisitas diperlukan selama terapi doripenem.[2]