Indikasi dan Dosis Sulfadiazine
Indikasi sulfadiazine adalah terutama untuk penanganan demam reumatik, toxoplasmosis, dan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif dan positif.[5]
Indikasi sulfadiazine untuk bakteri gram positif:
- Grup A Streptococci
- Streptococcus pneumoniae
- Bacillus anthracis
-
Nocardia spp., terutama Asteroides
Staphylococcus spp.
Clostridium perfringens[5]
Indikasi sulfadiazine untuk bakteri gram negatif:
- Haemophilus influenzae
- Haemophilus ducreyi
- Tingkat sensitivitas bervariasi untuk bakteri berikut yakni Escherichia coli, Klebsiella proteus, Salmonella spp. Serratia spp., Vibrio cholerae.
- Pada beberapa laporan juga sensitif untuk Actinomyces spp, Brucella, Calymmatobacterium granulomatis, Legionella spp, Yersinia pestis, Chlamydia trachomatis, Pseudomonas pseudomallei[5]
Dosis untuk Dewasa
Dosis umum: dosis inisial 2–4 gram per oral diikuti dosis pemeliharaan 2–4 gram sehari yang terbagi dalam 3–6 dosis, maksimum durasi terapi 7 hari.
Demam Reumatik
Dosis sulfadiazine untuk profilaksis demam reumatik adalah sebagai berikut:
- Berat badan ≤30 kg: 500 mg per oral, sekali sehari
- Berat badan >30 kg: 1000 mg per oral, sekali sehari[2,9,16]
Durasi pemberian sulfadiazine dapat berbeda sesuai kondisi klinis pasien yang bisa dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 1. Rekomendasi Pemberian Dosis Profilaksis untuk Pencegahan Rekurensi Demam Reumatik
Kategori Pasien | Durasi |
Demam reumatik tanpa karditis | Hingga usia 5–21 tahun, pilih durasi yang paling lama |
Demam reumatik dengan karditis tapi tanpa penyakit jantung residual (tanpa penyakit valvular) | 10 tahun setelah episode terakhir atau hingga usia 21 tahun, pilih durasi yang paling lama |
Demam reumatik dengan karditis dan penyakit jantung residual (penyakit valvular persisten) | 10 tahun setelah episode terakhir atau hingga usia 40 tahun, pilih durasi yang paling lama |
Sumber: dr. Dizi Bellari Putri, 2023[16]
Toxoplasmosis
Pada ensefalitis akibat toxoplasmosis, pengobatan menggunakan kombinasi antara sulfadiazine, pirimetamin, dan kalsium leucovorin atau sebagai alternatif dapat juga dikombinasikan dengan atovaquone.[13,16]
- Berat badan <60 kg: Sulfadiazine diberikan dengan dosis 1000 mg, 4 kali sehari dikombinasikan dengan pirimetamin (200 mg pada hari pertama, dilanjutkan dengan dosis loading dose 50 mg perhari), serta leucovorin (10-25 mg perhari)
- Berat badan ≥60 kg: Sulfadiazine diberikan dengan dosis 1500 mg, 4 kali sehari, dikombinasikan dengan pirimetamin (200 mg pada hari pertama, dilanjutkan dengan dosis loading dose 75 mg perhari), serta leucovorin (10-25 mg perhari)
Pengobatan akut diberikan dengan durasi terapi ≥6 minggu. Pemeliharaan kronis diberikan menggunakan sulfadiazine 2000-4000 mg/hari dalam 2–4 dosis terbagi.[13]
Pediatrik
Dosis umum sulfadiazine untuk bayi ≥2 bulan, anak-anak, dan adolesen adalah 120-150 mg/kgBB/hari dalam 4 hingga 6 dosis sehari. Dosis maksimum sehari adalah 6 gram.[14]
Sulfonamida sebaiknya tidak digunakan pada terapi awal untuk meningitis meningokokal, kecuali jika hasil pemeriksaan menunjukkan bakteri penyebab meningitis sensitif terhadap sulfonamida oral.
Toxoplasmosis
Penanganan toxoplasmosis dibedakan berdasarkan kondisi klinis pasien di mana penyakit kongenital dan kondisi komorbid infeksi HIV dapat membedakan dosis dan durasi pemberiannya. Sulfadiazine diberikan dalam kombinasi dengan pirimetamin dan leucovorin.
Toxoplasmosis Kongenital:
Untuk menangani toksoplasmosis kongenital sulfadiazine diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB, dua kali sehari.
Toxoplasmosis Didapat/Acquired pada Anak yang HIV Positif:
Untuk toxoplasmosis didapat/acquired pada anak yang HIV positif atau imunokompromais, terapi induksi akut dapat diberikan menggunakan sulfadiazine dengan dosis 25–50 mg/kgBB, 4 kali sehari.
Dosis maksimal pemberian sulfadiazine adalah 1500 mg/pemberian dan maksimum 6 gram perhari. Lanjutkan terapi induksi akut selama sekurangnya 6 minggu, setelah itu dilanjutkan dengan terapi supresif kronis.
Terapi supresif kronis dilakukan dengan pemberian sulfadiazine 60 mg/kgBB, dua kali sehari. Dosis maksimum harian 4000 mg/hari.
Jika terjadi korioretinitis, dapat diberikan sulfadiazine dengan dosis inisial 75 mg/kgBB, diikuti dengan dosis lanjutan 50 mg/kgBB, dua kali sehari, hingga 1-2 minggu setelah resolusi manifestasi klinis (umumnya sekitar 4–6 minggu). Dosis maksimum harian 4000 mg.
Jika terjadi ensefalitis, berikan terapi induksi akut menggunakan sulfadiazine dengan dosis 1000 mg, 4 kali sehari, selama setidaknya 6 minggu, lalu dilanjutkan dengan terapi pemeliharaan kronis.
Terapi pemeliharaan kronis diberikan menggunakan sulfadiazine 2000–4000 mg/hari dalam 2–4 dosis terbagi.[14,15]
Demam Reumatik
Sulfadiazine dapat digunakan sebagai profilaksis sekunder untuk mencegah rekurensi demam reumatik. Durasi pemberian disesuaikan dengan kondisi klinis pasien yang bisa dilihat di Tabel 1. Sementara itu, dosis sulfadiazine yang diberikan ditentukan berdasarkan berat badan:
- Berat pasien ≤27 kg: 500 mg per oral, sehari sekali
- Berat pasien >27 kg: 1000 mg per oral, sehari sekali[2,9,16]
Penggunaan pada Populasi Khusus
Antibiotik golongan sulfa berisiko menyebabkan hiperbilirubinemia dan kernikterus pada neonatus dan bayi berusia muda sehingga tidak disarankan digunakan pada bayi berusia <2 bulan.[16]
Penggunaan sulfadiazine juga harus berhati-hati pada orang dengan penyakit sebagai berikut:
- Asma
- Defisiensi glukosa-6-fosfat-dehidrogenase (G6PD)
- Gangguan hati
- Gangguan ginjal: memerlukan modifikasi dosis, pastikan hidrasi pasien cukup untuk mencegah kristaluria[16]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri