Indikasi dan Dosis Isoniazid
Indikasi isoniazid (INH) adalah untuk penatalaksanaan penyakit tuberkulosis, baik sebagai pencegahan pada kasus infeksi laten maupun terapi tuberkulosis aktif. Dosis INH tergantung pada berat badan dan usia pasien.[1,2,21]
Tuberkulosis Paru Laten
INH dapat digunakan untuk profilaksis TB, yaitu terapi preventif TB pada pasien yang berisiko tinggi atau pasien yang memiliki infeksi TB paru laten. Dosis INH adalah:
- Usia <10 tahun: dosis tunggal, 10 mg/kgBB/hari, maksimal 300 mg/hari
- Usia >10 tahun dan dewasa: dosis tunggal, 5 mg/kgBB/hari, maksimal 300 mg/hari [1,2]
Pada paduan terapi pencegahan tuberkulosis (TPT), isoniazid diberikan setiap hari selama 6 bulan (6H).[1,2,21]
Tuberkulosis Paru Aktif
Untuk terapi tuberkulosis paru aktif, pemberian INH tidak berdiri sendiri. INH digunakan beserta obat antituberkulosis lain, yaitu rifampicin, pyrazinamide, dan ethambutol dalam bentuk regimen obat atau kombinasi dosis tetap (KDT). Dosis INH pada kasus aktif tergantung usia dan berat badan pasien.
Dosis Bayi dan Anak
Pemberian INH dosis tunggal 10 mg/kgBB/hari, atau kisaran 7−15 mg/kgBB/hari. Dosis maksimal 300 mg/hari.[1,10]
Dewasa
WHO merekomendasikan standar terapi TB paru kasus baru adalah paduan 2RHZE/4RH, yaitu fase intensif mendapat rifampicin, isoniazid, pyrazinamide, dan ethambutol setiap hari selama 2 bulan. Diikuti fase lanjutan dengan rifampisin dan isoniazid setiap hari selama 4 bulan.
Jika tidak memungkinkan, dapat dipakai paduan 2RHZE/4R3H3, di mana fase lanjutan isoniazid dan rifampicin diberikan 3 kali dalam seminggu selama 4 bulan. Namun, paduan ini membutuhkan pengawasan yang lebih ketat setiap kali pemberian obat.
Dosis INH pada kedua paduan tersebut adalah:
- Dosis setiap hari: 5 mg/kgBB, maksimal 300 mg/hari
- Dosis 3 kali seminggu: 10 mg/kgBB, maksimal 900 mg setiap kali pemberian [1,10]
Tuberkulosis Ekstra Paru
Tuberkulosis ekstra paru diterapi dengan paduan obat yang sama dengan TB paru aktif. Namun, berbeda dalam jangka waktu pengobatan. Pada TB ekstra paru, diberikan selama 6‒9 bulan, yaitu 2 bulan RHZE diikuti 4‒7 bulan RH.[1,22]
Kecuali tuberkulosis pada sistem saraf pusat (tuberkuloma atau meningitis) dan tuberkulosis tulang atau sendi, pemberian obat membutuhkan waktu yang lebih panjang yaitu 9‒12 bulan. Hal ini karena meningitis berisiko tinggi disabilitas dan mortalitas, sedangkan TB osteomyelitis sulit dinilai respon terapinya.[1,22]
Penyesuaian Dosis pada Gangguan Hati dan Ginjal
Pada pasien hepatitis akut dan/atau klinis jaundice, obat antituberkulosis ditunda hingga terjadi penyembuhan hepatitis akut. Penggunaan INH memerlukan monitoring ketat untuk pasien yang memiliki gangguan fungsi hati.[1,23,24]
Sedangkan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, tidak diperlukan penyesuaian dosis. INH dapat tetap diberikan setelah hemodialisis tanpa penyesuaian dosis.[1,25]
Studi tahun 2019 mengevaluasi keamanan dan toleransi penggunaan INH dan rifapentine selama 3 bulan (3HP) pada populasi hemodialisis. Studi ini mengungkapkan bahwa terapi tidak terkait dengan hepatotoksisitas, tetapi memiliki tingkat efek samping yang tinggi (69,2%). Efek samping yang paling umum bersifat ringan, yaitu fatigue, demam, dan muntah.[25]
Penulisan pertama oleh: dr. DrRiawati MMedPH