Indikasi dan Dosis Zidovudin
Indikasi zidovudin atau zidovudine adalah untuk terapi infeksi HIV, profilaksis transmisi HIV dari ibu ke janin selama kehamilan dan kelahiran, serta profilaksis infeksi HIV pada neonatus. Dosis zidovudin bervariasi tergantung pada usia pasien dan kondisi medis yang mungkin dialami masing-masing pasien.[1]
Terapi Infeksi HIV
Zidovudin yang tersedia di Indonesia adalah zidovudin oral. Zidovudin injeksi intravena belum tersedia. Dosis zidovudin oral untuk terapi infeksi HIV disesuaikan dengan usia pasien yang menerima obat.[1,9]
Dewasa
Dosis zidovudin oral untuk orang dewasa adalah 200–300 mg, 2 kali sehari.[1,2]
Anak
Untuk anak berusia <18 tahun, dosis oral diberikan berdasarkan berat badan:
- 4 kg sampai <9 kg: 12 mg/kgBB, 2 kali sehari
- 9 kg sampai <30 kg: 9 mg/kgBB, 2 kali sehari
- ≥30 kg: 200 mg, 3 kali sehari, atau 300 mg, 2 kali sehari
- Dosis maksimal 600 mg/hari[1,2]
Bayi
Untuk bayi, dosis zidovudin oral ditentukan berdasarkan riwayat usia gestasi dan usia saat pemberian obat hendak dimulai.
Dosis oral untuk bayi dengan riwayat usia gestasi >35 minggu adalah:
- Usia saat ini 0–4 minggu: 4 mg/kgBB, 2 kali sehari
- Usia saat ini >4 minggu: 12 mg/kgBB, 2 kali sehari[1,2]
Dosis oral untuk bayi dengan riwayat usia gestasi >30 sampai <35 minggu adalah:
- Usia saat ini 0–2 minggu: 2 mg/kgBB, 2 kali sehari
- Usia saat ini 2–6 minggu: 3 mg/kgBB, 2 kali sehari
- Usia saat ini >6 minggu: 12 mg/kgBB, 2 kali sehari[1,2]
Dosis oral untuk bayi dengan riwayat usia gestasi <30 minggu adalah:
- Usia saat ini 0–4 minggu: 2 mg/kgBB, 2 kali sehari
- Usia saat ini 4–8 minggu: 3 mg/kgBB, 2 kali sehari
- Usia saat ini >8 minggu: 12 mg/kgBB, 2 kali sehari[1,2]
Profilaksis Transmisi HIV Maternal-Fetal saat Kehamilan
Zidovudin untuk profilaksis transmisi HIV maternal-fetal saat kehamilan diberikan dalam bentuk oral dengan dosis 100 mg, 5 kali sehari, dimulai dari minggu ke-14 kehamilan sampai awal persalinan.[1,2]
Profilaksis Transmisi HIV Maternal-Fetal saat Persalinan
Profilaksis transmisi HIV maternal-fetal saat persalinan dilakukan dengan menentukan metode persalinan yang sesuai dan memberikan zidovudin secara injeksi intravena. Namun, sediaan injeksi intravena belum ada di Indonesia.[1,2,9]
Profilaksis Infeksi HIV pada Neonatus
Pemberian zidovudin untuk profilaksis HIV pada neonatus dimulai dalam waktu 12 jam setelah lahir dengan dosis oral 2 mg/kgBB tiap 6 jam. Obat ini dilanjutkan selama 6 minggu bila perlu, sesuai risiko infeksi HIV.[1,2]
Penggunaan pada Populasi Khusus
Penggunaan zidovudin memerlukan penyesuaian dosis pada populasi khusus, seperti pada penderita gangguan renal, hepar, dan anemia berat serta neutropenia.[2,4]
Gangguan Renal
Pada penderita penyakit ginjal kronis tahap dialisis, lakukan pemeriksaan creatinine clearance (CrCl) menggunakan rumus Cockcroft-Gault. Bila nilai CrCl <10–15 ml/menit, berikan zidovudin oral 100 mg tiap 6–8 jam. Bila CrCl ≥15 ml/menit, penyesuaian dosis tidak diperlukan.[2,4]
Gangguan Hepar
Belum ada data yang menjelaskan efek gangguan hepar terhadap farmakokinetika zidovudin. Namun, eliminasi zidovudin terutama terjadi di hepar, sehingga penderita dengan gangguan hepar mungkin memerlukan penurunan dosis obat karena terjadi penurunan dalam eliminasi zidovudin.[2,4]
Anemia Berat dan Neutropenia
Penderita dengan anemia yang signifikan (Hb <7,5 g/dl atau penurunan Hb >25% dari baseline) dan/atau neutropenia yang signifikan (jumlah granulosit < 750 sel/µL atau penurunan >50% dari baseline) memerlukan penghentian dosis sampai ada pemulihan sumsum tulang dan transfusi darah jika diperlukan.[2,4]
Jika terjadi pemulihan sumsum tulang setelah penghentian dosis, obat dapat dilanjutkan dan ditambahkan dengan terapi epoetin alfa (erythropoietin) atau colony stimulating factor (CSF) sesuai dosis yang direkomendasikan.[2,4]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur