Farmakologi Efavirenz
Farmakologi efavirenz sebagai suatu obat antiretroviral terkait dengan efek kerjanya yang mengganggu aktivitas katalitik pada enzim reverse transcriptase virus. Hal ini mengakibatkan inhibisi replikasi genom retrovirus.
Farmakodinamik
Efavirenz bekerja dengan berikatan pada kantung ikatan non-nucleoside reverse-transcriptase inhibitors (NNRTI) yang terdapat pada reverse transcriptase (RT) virus HIV tipe 1. Karena reverse transcriptase adalah enzim yang digunakan pada replikasi genom retrovirus, ikatan dengan efavirenz akan mengganggu aktivitas katalitik dan menginhibisi aktivitas RT dan replikasi virus.[7-9]
Seperti halnya obat-obatan NNRTI lainnya, efavirenz hanya efektif menghambat fungsi RT pada HIV-1, namun tidak efektif pada RT HIV-2 dan DNA polimerase α, β, γ, dan δ pada sel manusia.[8]
Farmakokinetik
Farmakokinetik efavirenz dipengaruhi oleh makanan. Distribusinya dilakukan dengan cara berikatan dengan protein plasma.
Absorpsi
Setelah diabsorpsi melalui saluran cerna, efavirenz mencapai konsentrasi puncak dalam plasma (1,6–9,1 mcM) dalam waktu sekitar 3-5 jam pada subjek sehat. Konsentrasi plasma stabil didapatkan pada 6-10 hari.[1,7-9]
Absorpsi efavirenz dipengaruhi oleh makanan. Konsumsi evafirenz bersamaan dengan makanan tinggi lemak tinggi kalori (1000 kkal dengan 500-600 kkal dari lemak), meningkatkan rerata area under the curve (AUC) sebesar 28% dan rerata konsentrasi maksimal (Cmax) sebesar 79%.[1,8]
Distribusi
Ikatan efavirenz pada protein plasma diketahui cukup tinggi, yaitu berkisar antara 99,5-99,75%. Efavirenz dapat menembus sawar darah otak, dengan konsentrasi pada cairan serebrospinal sebesar 0,26% - 1,19%.[1,8]
Data mengenai distribusi efavirenz pada saluran genitalia laki-laki cukup menimbulkan kontroversi. Median konsentrasi evafirenz pada semen hanya mencapai 3,4% dari konsentrasi dalam plasma, sehingga menimbulkan keraguan mengenai efikasinya dalam supresi HIV pada saluran genitalia pria. Meskipun begitu, penelitian menunjukkan bahwa angka tersebut mencapai lebih dari 40 kali lipat konsentrasi yang dibutuhkan untuk mencapai 90% inhibisi (IC90) dari HIV-1, sehingga efavirenz tetap digunakan pada pasien laki-laki.[7,8]
Metabolisme
Efavirenz mengalami metabolisme oleh sistem CYP450, menghasilkan metabolit terhidroksilasi yang kemudian mengalami glukuronidasi. Metabolit ini bersifat inaktif terhadap HIV-1. Metabolisme efavirenz bersifat autoinduksi, dengan efavirenz sendiri yang menginduksi enzim CYP untuk memulai proses enzimatiknya.[1,8-10]
Eliminasi
Efavirenz memiliki waktu paruh 52-76 jam setelah satu kali pemberian dosis, dan 40-55 jam setelah dosis multipel. Kurang dari 1% efavirenz diekskresikan melalui urine, sehingga modifikasi dosis pada pasien dengan gangguan ginjal tidak dibutuhkan. Sementara itu, oleh karena sebagian besar metabolisme dan eliminasi efavirenz membutuhkan hepar, pasien dengan gangguan hepar dan pasien yang terinfeksi virus Hepatitis B atau Hepatitis C harus menjalani evaluasi enzim hepar pada awal masa pemberian obat.[1,8,9]
Resistensi
Efavirenz tidak boleh digunakan sebagai monoterapi. Penggunaan efavirenz tanpa kombinasi dengan obat antiretroviral lainnya (seperti zidovudin, ritonavir, dan lamivudin) dapat dengan cepat mengakibatkan resistensi virus.[1,6,7,8]
Bahkan pada saat digunakan bersama antiretroviral lain, angka resistensi terhadap efavirenz cukup tinggi dan mengakibatkan kegagalan virologis dan penggantian regimen. Sebuah penelitian yang mengikuti perjalanan terapi regimen berbasis efavirenz pada pasien anak menunjukkan adanya 29% mutasi yang mengakibatkan resistensi. [11] Secara umum, data epidemiologi menunjukkan prevalensi resistensi akibat efavirenz sebesar 5-8%.[12]