Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Efavirenz
Penggunaan efavirenz pada kehamilan dan pada ibu menyusui tidak disarankan oleh karena keterbatasan data. Efavirenz hanya boleh digunakan pada kehamilan dan pada ibu menyusui jika manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
Penggunaan pada Kehamilan
Pada dasarnya, penggunaan efavirenz pada kehamilan tidak disarankan oleh karena keterbatasan data. Penelitian pada hewan coba menunjukkan adanya risiko terhadap kehamilan, dan risiko gangguan pembentukan tabung saraf (neural tube defect) jika diberikan pada trimester pertama.[1-6]
Meskipun demikian, pada sebuah studi ulasan yang dilakukan oleh WHO, tidak ditemukan bukti adanya peningkatan risiko neural tube defect. Data dari Departemen Kesehatan Amerika Serikat menunjukkan prevalensi neural tube defect sebesar 2,35%, namun jumlah subjek tidak cukup untuk mengeksklusi kemungkinan risiko.[1,19-21]
Di Indonesia, penggunaan obat ini hanya diperbolehkan jika manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.[4,5]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Data terkait keamanan efavirenz pada bayi yang meminum ASI masih belum banyak. Oleh karena itu, hal ini masih menjadi perdebatan. Secara umum, pemberian ASI pada keadaan ibu terinfeksi HIV memerlukan pertimbangan atas keuntungan dan kerugiannya. Di negara berkembang seperti Indonesia, bayi diperbolehkan menyusui secara eksklusif. Apabila bayi tidak dapat menyusu secara eksklusif, maka dapat dicarikan pengganti ASI dengan syarat AFASS (affordable, feasible, affordable, sustainable and safe). [1-6,22,23]