Efek Samping dan Interaksi Obat Remdesivir
Efek samping remdesivir berupa diare, peningkatan enzim hepar, acute kidney injury, pneumothorax, acute respiratory distress syndrome, hipernatremia, demam, syok septik, hematuria, dan delirium. Interaksi obat dapat terjadi pada penggunaan remdesivir bersama dengan penginduksi kuat CYP3A4 seperti rifampicin, phenytoin, dan carbamazepine.[11,12,14-17]
Efek Samping
Dari data non klinis, terdapat risiko rendah untuk terjadinya efek samping pada susunan saraf pusat, pernapasan, dan kardiovaskular pada perkiraan kadar terapeutik manusia. Dosis 150 mg intravena sekali sehari selama 7–14 hari telah dilaporkan menyebabkan peningkatan enzim transaminase derajat 1 atau 2 tanpa abnormalitas bilirubin total, fosfatase alkali, atau albumin.
Secara umum efek samping terjadi lebih sering pada pasien yang menggunakan ventilasi mekanik. Efek samping serius yang paling sering terjadi adalah multiple organ dysfunction syndrome, syok septik, acute kidney injury, dan hipotensi.
Potensi efek samping lainnya adalah:
- Gastrointestinal: diare, peningkatan enzim hepar
- Ginjal: renal impairment, acute kidney injury
- Kardiovaskuler: hipotensi, atrial fibrilasi, deep-vein thrombosis
- Respirasi: pneumothorax, acute respiratory distress syndrome
- Gangguan elektrolit: hipernatremia
- Lain-lain: demam, syok septik, hematuria, delirium[12,16]
Interaksi Obat
Belum ada studi in vivo terkait interaksi obat remdesivir. Penelitian in vitro mendapatkan bahwa parent compound remdesivir memiliki potensi dapat menghambat enzim CYP dan transporter. Penelitian secara in vitro menggunakan mikrosom hepatik manusia mendapatkan bahwa remdesivir merupakan penghambat lemah untuk CYP1A2, CYP2C9, CYP2C19, dan CYP2D6, serta memiliki potensi untuk menginduksi CYP1A2, CYP2B6, dan CYP3A4.
Sebagai substrat CYP3A4, penggunaan remdesivir bersamaan dengan penginduksi kuat CYP3A4 seperti rifampicin, phenytoin, dan carbamazepine dapat mengurangi kadar remdesivir sehingga sebaiknya tidak diberikan secara bersamaan.
Remdesivir diformulasikan dalam sulfobutylether-â-cyclodextrin (SBECD), suatu eksipien yang berguna untuk meningkatkan solubilitas. SBECD dapat terakumulasi pada pasien dengan disfungsi ginjal sedang hingga berat. Selain itu, pada studi preklinik terbukti bahwa SBECD dapat menyebabkan renal vacuolation.
Kewaspadaan harus ditingkatkan apabila memberikan remdesivir bersamaan dengan obat lain yang diformulasikan dalam SBECD seperti voriconazole dan amiodarone. Ini terutama pada pasien dengan klirens kreatinin yang kurang dari 30 ml/menit.[14,17]