Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Farmakologi Ritonavir general_alomedika 2022-10-11T10:04:18+07:00 2022-10-11T10:04:18+07:00
Ritonavir
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Farmakologi Ritonavir

Oleh :
dr. Giovanni Gilberta
Share To Social Media:

Farmakologi ritonavir adalah menginhibisi protease sel, heat shock protein 90 (HSP 90), CYP3A4, dan P-glikoprotein, serta meningkatkan aktivitas sistem imun.[5]

Farmakodinamik

Mekanisme utama ritonavir sebagai terapi HIV adalah melalui inhibisi protease sel. Obat akan menduduki protease apartil HIV dengan membentuk poliprotein gag-pro yang menyerupai poliprotein milik HIV. Hal ini akan menyebabkan produksi virus imatur yang bersifat noninfeksius. Turunnya produksi virus yang bersifat infeksius akan berdampak pada penurunan viral load, peningkatan sel CD4+, dan berkurangnya kemungkinan infeksi oportunistik.

Selain menekan produksi virus infeksius, ritonavir juga dapat berperan sebagai booster obat inhibitor protease lain dengan mengurangi produksi enzim CYP3A4. Enzim CYP3A4 adalah enzim yang berada di hepar dan berfungsi sebagai katalisator obat inhibitor protease. Inhibisi enzim tersebut akan mengurangi metabolisme obat di hepar sehingga meningkatkan efek dari obat inhibitor protease. Oleh karena itu, ritonavir sebaiknya dikonsumsi sebagai kombinasi dengan obat protease inhibitor lainnya.[3,12]

Ritonavir juga berperan dalam inhibisi proteasom. Inhibisi zat tersebut berefek pada peningkatkan kadar protein jenis unfolded dan protein yang mengalami ubikitinasi dalam sel. Penumpukan kedua jenis protein akan semakin diperparah dengan inhibisi HSP90, zat yang berperan dalam stabilisasi sel yang mengalami penumpukan protein. Akumulasi protein menginduksi stress pada endoplasmik retikulum yang berujung pada apopotosis sel. Mekanisme inilah yang berperan dalam potensi ritonavir sebagai alternatif terapi keganasan. Selain itu ritonavir dapat mengurangi apoptosis sel CD4+, sel yang mendukung peran CD8+ sebagai sitolitik yang membunuh sel kanker.[5,13]

Farmakokinetik

Farmakokinetik ritonavir dipengaruhi oleh konsumsi makanan. Konsentrasi obat dalam tubuh paling banyak ditemukan pada serum dan nodus limfa.

Absorpsi

Absorpsi ritonavir bervariasi, tergantung jenis sediaan yang dikonsumsi dan keadaan puasa atau tidak saat konsumsi obat.

Konsentrasi puncak ritonavir akan dicapai dalam waktu 2 jam jika dikonsumsi saat puasa, sedangkan jika pasien dalam keadaan tidak berpuasa waktu yang dibutuhkan adalah selama 4 jam. Konsumsi makanan akan menurunkan bioavailabilitas ritonavir dalam semua sediaan, baik tablet, oral solution, dan bubuk jika dibandingkan dengan kondisi puasa. Konsumsi makanan akan mengurangi kadar dalam plasma dan konsentrasi maksimal ritonavir tablet 100 mg sebesar 21-23% jika dibandingkan dengan penggunaan dalam keadaan puasa.[2,12]

Distribusi

Konsentrasi ritonavir dalam tubuh paling banyak ditemukan pada serum dan nodus limfa dengan volume distribusi sebesar 0,16-0,66 liter/kg. Sebanyak 98-99% obat akan terikat dengan protein.[12]

Metabolisme

Ritonavir dimetabolisme di hati dengan menggunakan enzim CYP3A4 dan sebagian kecil menggunakan enzim CYP2D6. Metabolisme menghasilkan lima jenis metabolit yang teridentifikasi, namun hasil metabolit utama dari ritonavir adalah isopropiltiazol. Isopropiltiazol memiliki karakteristik antivirus menyerupai parent drug dan memiliki konsentrasi yang rendah dalam plasma.[2,12,14]

Eliminasi

Sebanyak 86% ritonavir dieliminasi melalui feses, sedangkan sisanya dieliminasi lewat urin. Sebanyak 23-44.6% obat yang diekskresikan dalam bentuk yang tidak berubah pada feses. Waktu paruh eliminasi ritonavir adalah selama 3-5 jam.[2,12,14]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

2. Food and Drugs Administration. Norvir (Ritonavir). Accessdata.fda.gov. 2017. https://www.accessdata.fda.gov/drugsatfda_docs/label/2017/209512lbl.pdf
3. Maher D, Lee J, Woo P, Zhang X, White P, Yumul R et al. Ritonavir Use in Human Immunodeficiency Virus–Positive Surgical Patients Is Not Associated with an Increase in Postoperative Critical Respiratory Events. Journal of Pain & Palliative Care Pharmacotherapy. 2016;30(1):25-30.
5. Sato A. The human immunodeficiency virus protease inhibitor ritonavir is potentially active against urological malignancies. OncoTargets and Therapy. 2015;8:761-768.
12. Medscape. Norvir (ritonavir) dosing, indications, interactions, adverse effects, and more. 2022. https://reference.medscape.com/drug/norvir-ritonavir-342627
13. Isono M, Sato A, Okubo K, Asano T, Asano T. Ritonavir Interacts With Belinostat to Cause Endoplasmic Reticulum Stress and Histone Acetylation in Renal Cancer Cells. Oncology Research Featuring Preclinical and Clinical Cancer Therapeutics. 2016;24(5):327-335.
14. Tseng A, Hughes C, Wu J, Seet J, Phillips E. Cobicistat Versus Ritonavir: Similar Pharmacokinetic Enhancers But Some Important Differences. Annals of Pharmacotherapy. 2017;51(11):1008-1022.

Pendahuluan Ritonavir
Formulasi Ritonavir

Artikel Terkait

  • Penanganan TB-HIV
    Penanganan TB-HIV
  • Pemeriksaan HIV Generasi Keempat Memiliki Angka Positif Palsu yang Tinggi
    Pemeriksaan HIV Generasi Keempat Memiliki Angka Positif Palsu yang Tinggi
  • Mencegah dan Mengatasi Needle Stick Injury
    Mencegah dan Mengatasi Needle Stick Injury
  • Red Flag Keringat Malam
    Red Flag Keringat Malam
  • Rekomendasi Pemeriksaan HIV Menurut WHO
    Rekomendasi Pemeriksaan HIV Menurut WHO

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB berapa lama?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 11 Maret 2025, 09:44
Hasil Anti HIV Non reaktif pasca berhubungan seks 4 bulan sebelumnya
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter. Izin bertanya dok, apakag Hasil Anti HIV Non reaktif Pasca berhubungan seks 4 Bulan sebelumnya Sudah Akurat ? Dan apakah pemeriksaan anti HIV di...
Anonymous
Dibalas 07 Maret 2025, 11:11
Efektivitas tatalaksana candidiasis oral pasien HIV
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo Dokter mau tanya. Pasien hiv dgn candidiasis oral lebih efektif mana pake obat nistatin tab atau nistatin suspensi yaa ts ? Mohon pencerahannya

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.