Pengawasan Klinis Ritonavir
Pengawasan klinis berkaitan dengan konsumsi ritonavir perlu dilakukan secara berkala. Penggunaan ritonavir dapat menyebabkan sindrom rekonstitusi imun yang merupakan respon inflamasi terhadap infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, CMV, pneumonia Pneumocystis jiroveci, atau infeksi Mycobacterium avium. Selain itu, kelainan autoimun, seperti Grave’s disease, poliomiositis, atau sindrom Guillain-Barré juga dapat terjadi beberapa bulan setelah insiasi terapi.[2]
Pemeriksaan laboratorium, seperti kadar trigliserida, kolestrol, SGOT, SGPT, GGT, kreatinin, dan asam urat perlu dilakukan secara berkala karena konsumsi ritonavir dapat meningkatkan kadar komponen-komponen tersebut.
Penggunaan ritonavir dapat menyebabkan peningkatan risiko pankreatitis. Pada penderita yang mengalami gejala mual, muntah, dan nyeri abdomen, sebaiknya dilakukan pemeriksaan lipase dan amilase untuk mengevaluasi terjadinya pankreatitis. Peningkatan kadar lipase dan amilase sugestif terhadap efek samping tersebut.[2]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja