Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Ritonavir
Penggunaan ritonavir pada kehamilan dapat ditoleransi dengan baik dan lazim dipergunakan, namun penggunaan ritonavir tidak disarankan pada ibu menyusui.[2,17]
Penggunaan pada Kehamilan
Penggunaan ritonavir pada kehamilan masuk dalam kategori B. Artinya, studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.[2]
Penggunaan ritonavir pada kehamilan sebagai pengobatan antiretroviral dapat ditoleransi dengan baik dan sudah dipergunakan secara luas. Hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa obat tidak menyebabkan kelainan pada janin atau abortus.
Perubahan fisiologis pada kehamilan menyebabkan perubahan farmakokinetik ritonavir, seperti peningkatan eliminasi, berkurangnya waktu paruh, dan kadar obat dalam plasma. Namun, perubahan farmakokinetik tidak mempengaruhi aktivitas obat karena adanya peningkatan konsentrasi obat bebas akibat menurunnya konsentrasi albumin. Berbeda dengan sediaan tablet, penggunaan ritonavir sediaan oral solution tidak direkomendasikan pada kehamilan mengingat hingga saat ini belum diketahui secara pasti kadar aman alkohol selama hamil. Ritonavir oral solution mengandung 43,2% alkohol.[2,17,18]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Penggunaan ritonavir tidak dianjurkan pada ibu menyusui. CDC merekomendasikan semua ibu yang terinfeksi HIV dan sedang mengkonsumsi ritonavir untuk tidak menyusui anaknya karena dapat meningkatkan risiko penularan pasca kelahiran. Penelitian yang menunjukkan kadar dan efek ritonavir pada ASI yang diberikan pada bayi masih sangat terbatas. Ritonavir kemungkinan dapat diekskresikan melalui ASI. Selain berisiko tinggi untuk menularkan virus ke bayi, menyusui juga berpotensi menyebabkan resistensi virus pada bayi yang sudah mengidap HIV.[2,19]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja