Pengawasan Klinis Leflunomide
Pengawasan klinis yang diperlukan pada pemberian leflunomide adalah pemeriksaan tekanan darah, tes fungsi liver, tes fungsi ginjal, dan pemeriksaan hematologi. Hal ini dikarenakan leflunomide dapat menyebabkan efek samping hipertensi, cedera liver akut, dan gangguan hematologi seperti pansitopenia.[5,12]
Sebelum memulai terapi dengan leflunomide, lakukan pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan darah lengkap sebagai baseline, pemeriksaan enzim hati, pemeriksaan kreatinin serum, dan status infeksi hepatitis B dan hepatitis C. Kemungkinan kehamilan atau kasus aktif tuberkulosis juga harus disingkirkan sebelum terapi.
Saat terapi, kontrol awal harus dijadwalkan tiap 2–4 minggu (pada pasien dengan terapi leflunomide <3 bulan) dan tiap 8–12 minggu (pada pasien yang telah menjalani terapi selama 3–6 bulan). Pada pasien yang telah mengonsumsi obat >6 bulan, kontrol dapat dijadwalkan tiap 12 minggu. Jika dosis obat ditingkatkan, frekuensi pemantauan harus ditingkatkan menjadi tiap 2–4 minggu. Jika pasien menerima methotrexate (MTX), maka diwajibkan untuk kontrol setiap bulan.[5,12]
Pemantauan tingkat alanine aminotransferase (ALT) direkomendasikan minimal tiap bulan selama 6 bulan setelah memulai terapi leflunomide dan selanjutnya menjadi tiap 6–8 minggu. Jika terjadi peningkatan ALT >3 kali nilai rujukan, interupsi terapi sambil menyelidiki kemungkinan penyebab peningkatan ALT.
Jika peningkatan ALT diinduksi oleh leflunomide, mulai prosedur washout dengan kolestiramin dan pantau enzim hepar setiap minggu hingga normal. Jika gangguan enzim hepar tidak diinduksi oleh leflunomide, maka terapi dapat dilanjutkan.[6,12]