Pengawasan Klinis Etoposide
Pengawasan klinis pemberian etoposide adalah untuk menghindari efek samping obat, dan pemantauan terapi. Termasuk pengawasan timbulnya gangguan ginjal, gangguan hati, dan myelosuppression. Pemeriksaan yang diperlukan meliputi monitor hematologi, liver function test (LFT), dan renal function test (RFT).[3,5,12]
Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan hematologi diperlukan pada pasien sebelum menjalani terapi, dan rutin pada saat menjalani terapi etoposide. Pemeriksaan meliputi hitung jumlah platelet, leukosit, eritrosit, dan hemoglobin. Jika ditemukan leukopenia, neutropenia, trombositopenia, dan anemia, maka hal ini merupakan indikasi untuk menghentikan terapi etoposide hingga kadar darah kembali normal.[5,12]
Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal berupa kadar clearance creatinin penting dilakukan saat sebelum pemberian obat, dan selama menjalani terapi. Gangguan ginjal dapat mengganggu eliminasi obat, sehingga akan meningkatkan risiko toksik atau efek samping obat.
Kadar clearance creatinin di bawah 50 mL/min membutuhkan penyesuaian dosis 75% dari dosis umum. Sedangkan di bawah 15 mL/min hingga saat ini belum ada studi klinis, akan tetapi pengurangan dosis tentunya harus dipertimbangkan.[5,12]
Pemeriksaan Fungsi Hati
Pemeriksaan fungsi hati perlu dilakukan sebelum memulai terapi dan selama menjalani terapi, karena etoposide dimetabolisme di hati. Pemeriksaan kadar serum bilirubin dapat dijadikan acuan pada pengobatan pasien. Pasien dengan kadar serum bilirubin lebih dari 5 mg/dL harus dihentikan pemberian etoposide hingga kadar kembali di bawah 5 mg/ dL.[3,6]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini