Efek Samping dan Interaksi Obat Dexamethasone
Efek samping utama dexamethasone adalah supresi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA). Interaksi obat terjadi dengan obat yang menginduksi enzim CYP3A4, misalnya rifampicin dan fenitoin, serta obat-obatan yang dimetabolisme enzim CYP3A4, seperti klaritromisin dan eritromisin.[6]
Efek Samping
Efek samping dexamethasone biasanya timbul pada penggunaan jangka panjang atau dalam dosis besar. Salah satu efek yang dapat timbul adalah supresi aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (HPA).
Dexamethasone adalah glukokortikoid sintetik yang poten sehingga dapat mensupresi sekresi adrenocorticotropic hormone (ACTH) melalui umpan balik negatif pada hipotalamus dan pituitari. Supresi ini akan mengurangi sekresi kortisol yang dapat menyebabkan gangguan respons stres dan gangguan pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Efek samping lain yang sering ditemukan adalah insomnia. Selain itu, efek samping yang juga dapat terjadi adalah akne vulgaris, gangguan pencernaan, retensi cairan, ketidakseimbangan elektrolit, kenaikan berat badan, peningkatan nafsu makan, anoreksia, nausea, vomitus, agitasi, dan depresi.
Efek samping yang lebih jarang terjadi, antara lain perubahan sperma, glaukoma, edema paru, pseudotumor serebri, dan peningkatan tekanan intrakranial.[2,6,7,12]
Withdrawal
Penghentian dexamethasone yang tiba-tiba dapat menyebabkan gejala withdrawal, yaitu insufisiensi adrenal akut atau krisis adrenal, hipotensi, dan kematian. Oleh karena itu, diperlukan tapering off. Secara umum, sebaiknya dexamethasone tidak digunakan dalam jangka panjang, dan segera melakukan tapering off jika gejala telah membaik. Tapering off dapat dilakukan dengan menurunkan dosis sebesar 0,375–0,75 mg selama 3–7 hari, sampai mencapai dosis 0,75 mg.[4–7]
Interaksi Obat
Interaksi obat dexamethasone terutama terjadi dengan obat-obatan yang menginduksi dan dimetabolisme oleh enzim CYP3A4. Jika dexamethasone digunakan bersama dengan inhibitor CYP3A4, klaritromisin, eritromisin, dan ketoconazole, maka konsentrasi dexamethasone dalam plasma akan meningkat. Untuk mengatasinya, mungkin diperlukan penurunan dosis dexamethasone sehingga tidak timbul efek samping.[4,12]
Penggunaan dexamethasone bersamaan dengan obat-obatan yang menginduksi CYP3A4, seperti fenobarbital, fenitoin, dan rifampicin, dapat menyebabkan penurunan konsentrasi dexamethasone dalam plasma, sehingga dibutuhkan peningkatan dosis dexamethasone.[4]
Pemakaian dexamethasone bersama dengan obat-obatan lain yang dimetabolisme oleh CYP3A4, seperti verapamil dan isoniazid, dapat menyebabkan penurunan efektivitas obat. Penggunaan dexamethasone bersamaan dengan aspirin dapat meningkatkan risiko efek samping pada gastrointestinal, seperti inflamasi, perdarahan, ulkus, dan terkadang, perforasi. Selain itu, dapat terjadi penurunan kadar aspirin dalam darah, membuatnya kurang efektif.[4,12]
Penggunaan dexamethasone dosis besar dengan loop diuretic, misalnya furosemide dan bumetanide, dapat meningkatkan risiko hipoglikemia dan gangguan elektrolit lainnya, karena efek mineralokortikoid yang ditimbulkannya. Pasien yang menerima kedua obat ini, perlu diedukasi untuk pergi ke dokter jika muncul gejala hipokalemia, seperti kelemahan otot, letargi, serta kram dan nyeri otot.[4,12]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra