Formulasi Dexamethasone
Formulasi dexamethasone tersedia dalam sediaan tablet, injeksi, tetes mata, serta kombinasi dengan obat lain. Dexamethasone per oral sebaiknya dikonsumsi bersama makanan untuk mengurangi iritasi pada saluran cerna.[10,15]
Bentuk Sediaan
Dexamethasone tersedia dalam bentuk sediaan tablet 0,5 mg dan 0,75 mg. Selain itu, dexamethasone tersedia dalam bentuk injeksi tersedia dengan kekuatan 5 mg/mL, dan sediaan tetes mata tersedia dalam kekuatan 1 mg/mL.[6,12]
Cara Penggunaan
Cara penggunaan dexamethasone berbeda-beda, tergantung dari jenis sediaannya. Di Indonesia sediaan dexamethasone ada dalam bentuk oral, injeksi, baik intravena maupun intramuskular, dan tetes mata.[6,12]
Sediaan Oral
Sediaan oral sebaiknya dikonsumsi bersama makanan untuk mengurangi risiko efek samping gastrointestinal. Pada pasien dengan riwayat penyakit gastrointestinal, seperti ulcerative colitis dan divertikulitiis, dexamethasone dapat meningkatkan risiko perforasi saluran cerna.[4,6]
Sediaan Injeksi
Di Indonesia, tersedia dexamethasone fosfat yang dapat diberikan secara intravena atau intramuskular. Jika akan digunakan untuk infus, dapat dilarutkan pada cairan salin normal atau dekstrosa 5%.[10,12]
Sediaan Tetes Mata
Tetes mata dexamethasone jika digunakan bersama dengan obat tetes mata lainnya, diberi jarak sekitar 5 menit. Penggunaan lensa kontak tidak disarankan selama tata laksana dengan dexamethasone.[2,6,15]
Cara Penyimpanan
Sediaan tablet disimpan pada suhu ruangan berkisar 25oC. Sediaan yang belum terbuka dapat disimpan hingga 2 tahun. Sediaan injeksi disimpan pada suhu 2-8oC, tidak dibekukan. Sediaan yang belum terbuka dapat disimpan hingga 2 tahun.
Sediaan tetes mata disimpan pada suhu ruangan berkisar 25oC. Sediaan yang belum terbuka dapat disimpan hingga 15 bulan. Tidak dibekukan.[2,15]
Kombinasi dengan Obat Lain
Sediaan tablet dan sirup tersedia dalam bentuk kombinasi 0,5 mg dexamethasone dengan 2 mg deksklorfeniramin maleat yang biasa digunakan untuk meringankan gejala influenza. Sediaan tetes mata tersedia dalam bentuk kombinasi dengan antibiotik, antara lain dengan tobramisin, neomisin, polimiksin B, kloramfenikol, atau gentamisin.[10]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra