Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Indikasi dan Dosis Vasopressin general_alomedika 2023-02-06T13:50:11+07:00 2023-02-06T13:50:11+07:00
Vasopressin
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Indikasi dan Dosis Vasopressin

Oleh :
Sunita
Share To Social Media:

Indikasi klasik pemberian vasopressin adalah sebagai terapi pada diabetes insipidus. Namun, obat ini kini diarahkan untuk terapi awal penanganan perdarahan saluran cerna pada kondisi tertentu dan syok vasodilatorik dengan dosis yang disesuaikan.

Vasopressin

Secara tradisional, indikasi penggunaan vasopressin adalah untuk terapi diabetes insipidus pituitari dan penanganan awal perdarahan varises esofagus ketika terapi definitif belum dapat dilakukan[1,13].

Pitressin (vasopressin tanat dalam minyak) merupakan terapi utama diabetes insipidus antara tahun 1930-1970 sebelum akhirnya desmopressin mulai diperkenalkan.

Walaupun telah lama dipakai hingga produknya ditarik dari pasaran pada akhir Juni 2016, vasopressin belum pernah mendapat izin FDA untuk penggunaannya dalam pengobatan diabetes insipidus.

Kini, FDA telah mengeluarkan izin edar untuk vasopressin dengan indikasi untuk meningkatkan tekanan darah pada pasien dewasa dengan syok vasodilatorik (misalnnya pasca kardiotomi atau sepsis) yang tidak berespons terhadap pemberian cairan maupun katekolamin.

Indikasi tersebut didukung dengan hasil uji klinis prospektif yang menunjukkan bahwa pasien dengan syok pasca kardiotomi memiliki risiko lebih tinggi terhadap fraksi ejeksi rendah dan tekanan darah rendah pasca operasi yang berespons baik terhadap vasopressin. Pemberian vasopressin pada pasien semacam ini menurunkan kebutuhan infus norepinefrin dan meningkatkan tekanan arteri rerata secara signifikan[1,9,14].   

Selain itu, dalam studi prospektif acak terkontrol lainnya pada 48 pasien dengan syok yang resistan terhadap katekolamin ditemukan bahwa pemberian infus vasopressin 4 U/jam dan norepinefrin lebih baik terhadap tekanan arteri rerata, indeks jantung, dan indeks curah ventrikel kiri dibandingkan pemberian norepinefrin saja. Dengan demikian, pemberian vasopressin injeksi dewasa ini lebih difokuskan pada terapi syok vasodilatorik yang tidak berespons terhadap pemberian cairan dan katekolamin.[1]

Syok Vasodilatorik Refrakter

Dosis vasopressin injeksi untuk indikasi syok vasodilatorik refrakter adalah sebagai berikut:

  • Vasopressin injeksi 2,5 mL (50 unit) dilarutkan dalam 500 mL NaCl 0,9% atau glukosa 5% sehingga didapatkan kelarutan 0,1 unit/mL.
  • Pada syok pasca kardiotomi atau syok kardiogenik, dosis pemberian awal adalah 0,03 unit/menit yang dapat dititrasi perlahan 0,005 unit/menit tiap 15 menit. Dosis maksimal: 0,1 unit/ menit

  • Pada syok septik refrakter, dosis pemberian awal adalah 0,03 unit/menit yang dapat dititrasi perlahan 0,005 unit/menit tiap 15 menit. Dosis maksimal: 0,07 unit/menit.
  • Jika target tekanan darah telah tercapai selama 8 jam tanpa katekolamin, vasopressin dapat diturunkan perlahan 0,005 unit/menit tiap jam selama tekanan darah tetap dalam target dan vasopressin bisa dihentikan.

Desmopressin

Desmopressin memiliki indikasi yang luas, antara lain untuk terapi diabetes insipidus anak-anak dan dewasa, enuresis nokturnal primer, hemofilia ringan dan sedang, dan penyakit von Willebrand.

Diabetes Insipidus

Sebagai pilihan terapi diabetes insipidus (DI), desmopressin lebih disukai dibandingkan vasopressin mengingat efek antidiuretiknya lebih lama dan 100 kali lebih kuat dari vasopressin, sementara efek vasokonstriksi lebih kecil dan lebih resistan terhadap vasopressinase[15].

Untuk terapi kronik DI neurohipofiseal pada pasien dewasa, desmopressin tablet dapat diberikan dengan dosis awal 100 µg, tiga kali sehari, dapat ditingkatkan hingga 200 µg tiga kali sehari.

Penggunaan pada Anak

Desmopressin oral dapat pula digunakan pada pasien anak antara usia 1 bulan hingga 17 tahun, namun keterbatasan sediaan desmopressin oral untuk anak di Indonesia membuat penggunaan obat ini pada kelompok anak-anak menjadi problematik. Sebagai panduan, dosis desmopressin oral pada anak-anak adalah sebagai berikut:

  • Anak usia 1-23 bulan: dosis awal 10 µg 2-3 kali per hari, dosis disesuaikan menurut respons pasien. Dosis rumatan: 30-150 µg per hari
  • Anak usia 2-11 tahun: dosis awal 50 µg 2-3 kali per hari, disesuaikan menurut respons pasien. Dosis rumatan: 100-800 µg per hari
  • Anak usia 12-17 tahun: dosis awal 100 µg 2-3 kali per hari, disesuaikan menurut respons pasien. Dosis rumatan: 0,2-1,2 mg per hari.

Enuresis Nokturnal

Studi acak tersamar ganda menunjukkan bahwa anak yang mengalami enuresis nokturnal primer dan mendapat desmopressin tablet 200 µg per hari lebih mungkin untuk berhenti mengompol setelah 2 minggu mendapat terapi dibandingkan plasebo[16]. Dosis untuk anak 5-17 tahun: Desmopressin tablet dapat diberikan dengan dosis awal 200 µg satu kali sehari, dapat ditingkatkan hingga 400 µg jika masih belum efektif, kemudian dosis dihentikan selama satu minggu untuk evaluasi ulang 3 bulan kemudian. Obat diberikan menjelang waktu tidur dan asupan minum harus dibatasi antara 1 jam sebelum hingga 8 jam setelah minum obat.

Pada orang dewasa 18-65 tahun, dosis desmopressin tablet 200 µg satu kali sehari, dapat ditingkatkan hingga 400 µg jika masih belum efektif, kemudian dosis dihentikan selama satu minggu untuk evaluasi ulang 3 bulan kemudian. Obat diberikan menjelang waktu tidur dan asupan minum harus dibatasi antara 1 jam sebelum hingga 8 jam setelah minum obat.

Referensi

1. Kam PCA, Williams S, Yoong FFY. Vasopressin and terlipressin: Pharmacology and its clinical relevance. Vol. 59, Anaesthesia. 2004. p. 993–1001.

9. Sharman A, Low J. Vasopressin and its role in critical care. Contin Educ Anaesthesia, Crit Care Pain [Internet]. 2008;8(4):134–7. Available from: https://academic.oup.com/bjaed/article-lookup/doi/10.1093/bjaceaccp/mkn021

13. 13. D’Amico G, Pagliaro L, Pietrosi G, Tarantino I. Emergency sclerotherapy versus vasoactive drugs for bleeding oesophageal varices in cirrhotic patients. Cochrane Database Syst Rev [Internet]. 2010;(3). Available from: http://doi.wiley.com/10.1002/14651858.CD002233.pub2

14. Serpa Neto A, Nassar AP, Cardoso SO, Manetta JA, Pereira VG, Espósito DC, et al. Vasopressin and terlipressin in adult vasodilatory shock: a systematic review and meta-analysis of nine randomized controlled trials. Crit Care [Internet]. 2012;16(4):R154. Available from: http://ccforum.biomedcentral.com/articles/10.1186/cc11469

15. Kalra S, Zargar A, Jain S, Sethi B, Chowdhury S, Singh A, et al. Diabetes insipidus: The other diabetes. Indian J Endocrinol Metab [Internet]. 2016;20(1):9. Available from: http://www.ijem.in/text.asp?2016/20/1/9/172273

Formulasi Vasopressin
Efek Samping dan Interaksi Obat ...

Artikel Terkait

  • Milrinone VS Dobutamin dalam Tata Laksana Syok Kardiogenik – Telaah Jurnal Alomedika
    Milrinone VS Dobutamin dalam Tata Laksana Syok Kardiogenik – Telaah Jurnal Alomedika
  • Red Flag Pingsan
    Red Flag Pingsan
  • Evaluasi Hemodinamik dengan Kardiometri Elektrik untuk Penanganan Syok yang Lebih Baik
    Evaluasi Hemodinamik dengan Kardiometri Elektrik untuk Penanganan Syok yang Lebih Baik
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 11 Juni 2021, 11:35
Pasien dengan syok kardiogenik tatalaksana apa yang dapat diberikan
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter izin kemarin saya mendapatkan pasien syok dok nadi tidak teraba , sesak 40, kaki bengkak di kedua tungkai , nyeri dada tengah lebih 10 menit....
Anonymous
Dibalas 16 Maret 2021, 08:33
Penggunaan beta blocker pada UAP dengan multiple VES
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Pasien datang dengan keluhan nyeri dada, sempat ada pingsan 2x, didahului dengan mual muntahDari pemeriksaan vital sign :TD : 80/54mmhgHR : 58-70x/menit,...
dr.mitras citradam labiro
Dibalas 23 September 2019, 22:26
Apakah loading cairan dapat dilakukan pada pasien CHF dengan komplikasi syok?
Oleh: dr.mitras citradam labiro
9 Balasan
Permisi aloMedika! Pasien laki2 usia 65 th dgn Keluhan Sesak, Batuk, lemah seluruh tubuh.Tekanan darah: 80/60, Nadi 112x/m, pernapasan: 30x/m, S:...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.