Indikasi dan Dosis Vasopressin
Indikasi klasik pemberian vasopressin adalah sebagai terapi pada diabetes insipidus. Namun, obat ini kini diarahkan untuk terapi awal penanganan perdarahan saluran cerna pada kondisi tertentu dan syok vasodilatorik dengan dosis yang disesuaikan.
Vasopressin
Secara tradisional, indikasi penggunaan vasopressin adalah untuk terapi diabetes insipidus pituitari dan penanganan awal perdarahan varises esofagus ketika terapi definitif belum dapat dilakukan[1,13].
Pitressin (vasopressin tanat dalam minyak) merupakan terapi utama diabetes insipidus antara tahun 1930-1970 sebelum akhirnya desmopressin mulai diperkenalkan.
Walaupun telah lama dipakai hingga produknya ditarik dari pasaran pada akhir Juni 2016, vasopressin belum pernah mendapat izin FDA untuk penggunaannya dalam pengobatan diabetes insipidus.
Kini, FDA telah mengeluarkan izin edar untuk vasopressin dengan indikasi untuk meningkatkan tekanan darah pada pasien dewasa dengan syok vasodilatorik (misalnnya pasca kardiotomi atau sepsis) yang tidak berespons terhadap pemberian cairan maupun katekolamin.
Indikasi tersebut didukung dengan hasil uji klinis prospektif yang menunjukkan bahwa pasien dengan syok pasca kardiotomi memiliki risiko lebih tinggi terhadap fraksi ejeksi rendah dan tekanan darah rendah pasca operasi yang berespons baik terhadap vasopressin. Pemberian vasopressin pada pasien semacam ini menurunkan kebutuhan infus norepinefrin dan meningkatkan tekanan arteri rerata secara signifikan[1,9,14].
Selain itu, dalam studi prospektif acak terkontrol lainnya pada 48 pasien dengan syok yang resistan terhadap katekolamin ditemukan bahwa pemberian infus vasopressin 4 U/jam dan norepinefrin lebih baik terhadap tekanan arteri rerata, indeks jantung, dan indeks curah ventrikel kiri dibandingkan pemberian norepinefrin saja. Dengan demikian, pemberian vasopressin injeksi dewasa ini lebih difokuskan pada terapi syok vasodilatorik yang tidak berespons terhadap pemberian cairan dan katekolamin.[1]
Syok Vasodilatorik Refrakter
Dosis vasopressin injeksi untuk indikasi syok vasodilatorik refrakter adalah sebagai berikut:
- Vasopressin injeksi 2,5 mL (50 unit) dilarutkan dalam 500 mL NaCl 0,9% atau glukosa 5% sehingga didapatkan kelarutan 0,1 unit/mL.
-
Pada syok pasca kardiotomi atau syok kardiogenik, dosis pemberian awal adalah 0,03 unit/menit yang dapat dititrasi perlahan 0,005 unit/menit tiap 15 menit. Dosis maksimal: 0,1 unit/ menit
- Pada syok septik refrakter, dosis pemberian awal adalah 0,03 unit/menit yang dapat dititrasi perlahan 0,005 unit/menit tiap 15 menit. Dosis maksimal: 0,07 unit/menit.
- Jika target tekanan darah telah tercapai selama 8 jam tanpa katekolamin, vasopressin dapat diturunkan perlahan 0,005 unit/menit tiap jam selama tekanan darah tetap dalam target dan vasopressin bisa dihentikan.
Desmopressin
Desmopressin memiliki indikasi yang luas, antara lain untuk terapi diabetes insipidus anak-anak dan dewasa, enuresis nokturnal primer, hemofilia ringan dan sedang, dan penyakit von Willebrand.
Diabetes Insipidus
Sebagai pilihan terapi diabetes insipidus (DI), desmopressin lebih disukai dibandingkan vasopressin mengingat efek antidiuretiknya lebih lama dan 100 kali lebih kuat dari vasopressin, sementara efek vasokonstriksi lebih kecil dan lebih resistan terhadap vasopressinase[15].
Untuk terapi kronik DI neurohipofiseal pada pasien dewasa, desmopressin tablet dapat diberikan dengan dosis awal 100 µg, tiga kali sehari, dapat ditingkatkan hingga 200 µg tiga kali sehari.
Penggunaan pada Anak
Desmopressin oral dapat pula digunakan pada pasien anak antara usia 1 bulan hingga 17 tahun, namun keterbatasan sediaan desmopressin oral untuk anak di Indonesia membuat penggunaan obat ini pada kelompok anak-anak menjadi problematik. Sebagai panduan, dosis desmopressin oral pada anak-anak adalah sebagai berikut:
- Anak usia 1-23 bulan: dosis awal 10 µg 2-3 kali per hari, dosis disesuaikan menurut respons pasien. Dosis rumatan: 30-150 µg per hari
- Anak usia 2-11 tahun: dosis awal 50 µg 2-3 kali per hari, disesuaikan menurut respons pasien. Dosis rumatan: 100-800 µg per hari
- Anak usia 12-17 tahun: dosis awal 100 µg 2-3 kali per hari, disesuaikan menurut respons pasien. Dosis rumatan: 0,2-1,2 mg per hari.
Enuresis Nokturnal
Studi acak tersamar ganda menunjukkan bahwa anak yang mengalami enuresis nokturnal primer dan mendapat desmopressin tablet 200 µg per hari lebih mungkin untuk berhenti mengompol setelah 2 minggu mendapat terapi dibandingkan plasebo[16]. Dosis untuk anak 5-17 tahun: Desmopressin tablet dapat diberikan dengan dosis awal 200 µg satu kali sehari, dapat ditingkatkan hingga 400 µg jika masih belum efektif, kemudian dosis dihentikan selama satu minggu untuk evaluasi ulang 3 bulan kemudian. Obat diberikan menjelang waktu tidur dan asupan minum harus dibatasi antara 1 jam sebelum hingga 8 jam setelah minum obat.
Pada orang dewasa 18-65 tahun, dosis desmopressin tablet 200 µg satu kali sehari, dapat ditingkatkan hingga 400 µg jika masih belum efektif, kemudian dosis dihentikan selama satu minggu untuk evaluasi ulang 3 bulan kemudian. Obat diberikan menjelang waktu tidur dan asupan minum harus dibatasi antara 1 jam sebelum hingga 8 jam setelah minum obat.