Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Propiltiourasil
Penggunaan propiltiourasil (PTU) pada kehamilan bermanfaat pada kasus hipertiroid, namun terbatas pada trimester pertama. Penggunaan PTU pada ibu menyusui perlu diperhatikan karena PTU diekskresikan melalui ASI.
Penggunaan pada Kehamilan
Penggunaan PTU pada kehamilan masuk dalam kategori FDA D. Artinya, ada bukti positif risiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa.[11]
Penggunaan PTU pada kehamilan masuk dalam kategori TGA C yang berarti obat ini berdasarkan efek farmakologinya, dapat menyebabkan atau diduga menyebabkan efek yang berbahaya terhadap janin atau neonatus tanpa menyebabkan malformasi. Efek ini bersifat reversibel.[11]
Hipertiroid merupakan suatu kondisi yang perlu dihindari selama masa kehamilan. Jika tidak diberikan tata laksana secara adekuat, kondisi hipertiroid dapat membahayakan ibu dan janin. Ibu dengan hipertiroid memiliki risiko eklampsia, kelahiran prematur, abortus, dan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu eutiroid.[12-14]
PTU merupakan obat lini pertama yang dapat diberikan pada ibu hamil dengan hipertiroid. Penggunaan PTU dibatasi hanya pada trimester pertama karena penggunaannya pada trimester kedua dan ketiga dapat meningkatkan risiko terjadinya hepatitis akibat reaksi imun dengan PTU.
Walaupun data mengenai hepatotoksisitas pada ibu hamil masih terbatas, sudah ada dua laporan kasus mengenai hepatotoksisitas pada ibu hamil pasca pemberian PTU. Dari dua laporan tersebut, satu pasien membutuhkan transplantasi hepar dan satu pasien dapat membaik setelah PTU diberhentikan. Setelah melewati trimester pertama, pasien dapat diberikan metimazol (MMI).[15,16]
PTU dan MMI dapat melewati barier plasenta sehingga dapat mempengaruhi perkembangan tiroid pada janin. Salah satu efek samping yang terlihat akibat penggunaan PTU saat hamil adalah meningkatnya risiko kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah.[17,18]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Pada awalnya, PTU digunakan sebagai tata laksana utama hipertiroid pada wanita yang sedang menyusui. Namun seiring dengan meningkatnya kejadian kegagalan hepar sebagai efek samping penggunaan PTU, MMI lebih dipilih sebagai pengobatan lini pertama.[19]
PTU dapat ditemukan di ASI dengan kadar 0,025% dari dosis yang diberikan kepada ibu. Wanita yang mengonsumsi 400 mg PTU dosis tunggal, mengekskresikan sekitar 0,7 mg/l PTU pada 1,5 jam pasca pemberian. Dosis PTU maksimal yang dapat diberikan pada ibu menyusui adalah 450 mg per hari.[20]
Sampai saat ini belum ditemukan adanya efek samping pada bayi. Efek samping hepatotoksisitas belum pernah ditemukan, namun jika bayi dicurigai mengalami tanda-tanda toksisitas hepar, PTU atau ASI lebih baik dihentikan.[20]
Bayi yang lahir dari Ibu yang mengonsumsi PTU dengan dosis 50–300 mg saat hamil dan pasca melahirkan memiliki kadar tiroksin bebas yang sedikit rendah dan tirotropin yang sedikit tinggi pada usia 7–8 hari. Hal ini diduga disebabkan oleh efek PTU saat di dalam kandungan, bukan efek PTU pada ASI. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya kadar tiroksin dan tirotropin yang normal pada bayi berusia 18 hari sampai 8 bulan.[21]
Bayi yang menerima ASI dari ibu yang mengkonsumsi PTU tidak perlu dipantau kadar tiroidnya secara berkala. Pemantauan yang dilakukan hanya berat dan panjang badan seperti bayi lainnya. Jika terdapat tanda infeksi, pemeriksaan darah lengkap beserta hitung jenis dapat dilakukan untuk menyingkirkan agranulositosis akibat PTU.[20]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri