Kontraindikasi dan Peringatan Atenolol
Kontraindikasi atenolol di antaranya adalah pada badikardia, blok atrioventrikular derajat 2 dan 3, dan hipersensitivitas terhadap atenolol. Peringatan penggunaan diberikan pada pasien dengan penyakit bronkospastik, hipertiroid, serta untuk tidak menghentikan atenolol dengan mendadak.
Kontraindikasi
Atenolol dikontraindikasikan pada pasien dengan sinus bradikardia, blok atrioventrikular (AV) selain derajat I, syok kardiogenik, dan gagal jantung dekompensata. Pada pasien gagal jantung, pemberian atenolol dapat memperberat kondisi melalui depresi kontraktilitas miokard dan dapat memperberat derajat kerusakan jantung.
Atenolol juga dikontraindikasikan pada pasien dengan hipersensitivitas terhadap atenolol, maupun komponen formulasinya. Kontraindikasi lain berupa penyakit arteri perifer yang berat, asidosis metabolik, dan feokromositoma.[1,2,10]
Peringatan
Peringatan penggunaan atenolol diberikan pada pasien dengan penyakit bronkospastik, gagal jantung, dan hipertiroid. Selain itu, penghentian atenolol juga tidak boleh dilakukan secara mendadak.
Penyakit Bronkospastik
Pasien dengan penyakit bronkospastik, misalnya asma, secara umum tidak boleh diberikan beta blocker, termasuk atenolol. Pemberian atenolol hanya diperbolehkan jika pasien tidak dapat menggunakan antihipertensi lainnya.
Dosis inisial yang diberikan adalah 50 mg, dan sebaiknya menggunakan dosis terendah. Untuk mengurangi risiko bronkospasme, berikan dosis terbagi 2 kali sehari dan berikan juga agonis beta 2, seperti salbutamol. Bila terjadi bronkospasme, kurangi dosis atenolol secara bertahap.[1,10]
Gagal Jantung
Penggunaan atenolol pada pasien gagal jantung berpotensi menyebabkan perburukan gejala gagal jantung, terutama pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri. Hal ini berhubungan dengan efek atenolol yang menurunkan kontraktilitas miokardium.
Penggunaan pada pasien dengan gagal jantung dekompensata merupakan kontraindikasi. Pada gagal jantung kompensata, sebaiknya penggunaan atenolol juga dihindari. Bila muncul gejala gagal jantung, hentikan atenolol secara bertahap.[1,6]
Tirotoksikosis
Penggunaan atenolol dapat menyebabkan masking effect pada beberapa gejala klinis dari hipertiroid, seperti takikardia. Penghentian obat atenolol secara tiba-tiba dapat menyebabkan thyroid storm. Oleh karena itu, pasien yang mengalami tirotoksikosis yang akan berhenti mengonsumsi atenolol harus dilakukan pengawasan secara ketat.[1,6]
Penghentian Atenolol
Bila atenolol dihentikan secara tiba-tiba, dapat terjadi eksaserbasi angina, bahkan infark miokard dan aritmia ventrikel. Untuk menghentikan atenolol setelah konsumsi jangka panjang, dosis harus diturunkan secara perlahan dalam waktu 1–2 minggu dengan pengawasan ketat. Pasien juga sebaiknya mengurangi aktivitas fisik dalam periode ini.[5,10]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra