Pengawasan Klinis Atenolol
Pengawasan klinis penggunaan atenolol diperlukan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan penggunaan atenolol, terutama secara intravena. Pengawasan juga diperlukan saat hendak menghentikan terapi atenolol.
Pasien dengan Gangguan Ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal, misalnya klirens kreatinin, sebaiknya dilakukan sebelum dan selama pemberian atenolol. Gangguan fungsi glomerulus dapat mengakibatkan akumulasi obat berlebihan dalam tubuh. Pasien dengan klirens kreatinin di bawah 35 mL/menit harus mendapatkan dosis atenolol yang lebih rendah.[2]
Atenolol Intravena
Setelah pemberian atenolol, terutama secara intravena, perlu dilakukan pengawasan terhadap tekanan darah dan denyut jantung pasien. Pemantauan menggunakan elektrokardiogram (EKG) juga disarankan.[2,6]
Penghentian Atenolol
Penghentian atenolol pada pasien dengan penyakit jantung koroner dan hipertensi tidak boleh dilakukan secara tiba-tiba. Penghentian mendadak berhubungan dengan eksaserbasi angina pektoris, infark miokard dan aritmia ventrikel.
Untuk menghentikan atenolol, lakukan secara bertahap dan beritahu pasien untuk membatasi aktivitas fisik. Jika gejala angina memburuk, atau terjadi insufisiensi koroner sebaiknya kembali konsumsi atenolol.[1,5,10]
Pengawasan terhadap Risiko Overdosis
Dokter juga harus melakukan pengawasan terhadap risiko overdosis atenolol, ditandai dengan adanya bradikardia, letargi, hipoglikemia dan hipotensi. Jika obat baru dikonsumsi di bawah 1 jam, dapat diberikan karbon aktif atau dilakukan bilas lambung.
Penanganan overdosis dapat menggunakan glukagon 50 μg/kgBB dapat digunakan untuk memperbaiki kontraktilitas jantung, konduksi atrioventrikular, dan meningkatkan denyut jantung. Untuk tata laksana bradikardia, dapat digunakan epinefrin intravena dan atropin yang diberikan bolus. Hipoglikemia dapat diatasi dengan pemberian dekstrosa dan insulin dosis tinggi.[2]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra