Formulasi Labetalol
Formulasi labetalol adalah dalam bentuk tablet dan cairan untuk injeksi intravena. Labetalol tablet sebaiknya dikonsumsi setelah makan. Obat ini sebaiknya disimpan pada suhu 20-25°C.[3,6,8,9]
Bentuk Sediaan
Bentuk sediaan labetalol yang ada di Indonesia adalah dalam bentuk tablet untuk konsumsi oral dan cairan untuk injeksi. Sediaan larutan injeksi intravena (IV) tersedia dalam kekuatan 5 mg/ml. Sementara itu, sediaan tablet oral tersedia dalam kekuatan 100, 200, dan 300 mg.[9,10]
Cara Pemberian
Labetalol dapat diberikan secara oral dan injeksi intravena.[3,4]
Pemberian Oral
Labetalol biasanya diberikan dalam 2 dosis terbagi setiap hari. Jika pasien mengalami efek samping, seperti mual dan pusing, sehingga terapi tidak dapat ditoleransi (terutama dengan dosis ≥1,2 g setiap hari), pemberian dalam 3 dosis terbagi setiap hari dapat dilakukan.[3]
Pemberian Intravena
Labetalol dapat diberikan dengan cara injeksi intravena (IV) secara perlahan, atau dengan infus IV. Selama pemberian intravena dan hingga 3 jam setelah pemberian, pasien sebaiknya dalam posisi supinasi karena gejala hipotensi ortostatik mungkin terjadi.[3]
Injeksi:
Untuk pemberian injeksi bolus, berikan labetalol secara lambat dalam sekitar 2 menit. Jika akan diberikan dosis berulang, maka lakukan dengan interval 10 menit.[3]
Infus:
Untuk infus IV, labetalol dapat diencerkan hingga konsentrasi yang sesuai dalam larutan infus yang kompatibel. Sebagai contoh, labetalol 200 mg dapat diencerkan ke dalam 160 mL dekstrosa 5% untuk menghasilkan larutan yang mengandung 1 mg/mL obat.[3]
Cara Penyimpanan
Labetalol dapat disimpan pada suhu antara 15-30°C. Suhu optimal yang disarankan adalah antara 20-25°C. Sediaan obat juga harus dilindungi dari paparan langsung cahaya matahari dan kelembaban.[3,6,9]