Farmakologi Spironolactone
Aspek farmakologi spironolactone yang utama adalah sebagai diuretik hemat kalium yang bekerja pada tubulus di ginjal. Mekanisme antagonis dari aldosteron membuat spironolactone juga dapat digunakan untuk hiperaldosteronisme dan gagal jantung. Mekanisme sebagai antiandrogen membuat spironolactone dapat digunakan sebagai pengobatan acne vulgaris.
Farmakodinamik
Farmakodinamik spironolactone, berupa efek utamanya sebagai diuretik hemat kalium, dan efek-efek lainnya, termasuk efek penggunaan secara topikal.
Efek Diuretik Hemat Kalium
Aldosteron merupakan senyawa yang dapat meningkatkan reabsorpsi dari natrium dan ekskresi kalium pada tubuli ginjal. spironolactone, sebagai antagonis dari aldosterone, bekerja dengan cara mengikat reseptor aldosterone-dependent sodium-potassium exchange site secara kompetitif dengan aldosteron pada tubulus kontortus distal di ginjal. Proses ini menghasilkan peningkatan ekskresi natrium dan air. Kalium dapat dipertahankan di dalam tubuh dan tidak diekskresikan melalui proses ini.[7,8]
Efek Keuntungan untuk Gagal Jantung
Salah satu mekanisme dari terjadinya gagal jantung adalah adanya remodelling dari ventrikel kiri, perubahan dimensi dan fungsi dari ventrikel kiri. Aldosteron dan angiotensin II ditemukan dapat menstimulasi produksi kolagen dengan fibroblas yang dapat berujung pada fibrosis jantung.
Proses fibrosis yang berlebihan dapat menurunkan fungsi jantung baik diastolik maupun sistolik. spironolactone sebagai antagonis dari aldosteron ditemukan dapat menurunkan sintesis kolagen dan remodelling ventrikel pasca infark miokard. [9]
Efek Penurunan Tekanan Vena Porta pada Sirosis
Spironolactone ditemukan dapat mengurangi tekanan pada vena porta dengan cara menghambat atau mengurangi fibrosis hati. Sel stelata hepar merupakan salah satu kunci dalam terjadinya sirosis hati. spironolactone memiliki mekanisme kerja untuk menghambat proses sirosis hati melalui inhibisi dari aktivasi sel stelata hepar. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme secara lebih pasti dari spironolactone untuk sirosis hepatis.[10]
Efek Penurunan Proteinuria
Aldosteron dapat meningkatkan inflamasi dan proses fibrosis pada bagian tubulus dan interstisial dari ginjal akibat dari adanya transforming growth factor (TGF)-beta, PAI-1 (plasminogen activation inhibitor 1) dan ROS (reactive oxygen species). Aldosteron yang berlebihan juga dapat menyebabkan penurunan podosit glomerulus sehingga dapat menyebabkan proteinuria dan penyakit terkait glomerulus, sehingga berisiko menjadi penyakit ginjal kronis.[11]
Efek Antiandrogen
Spironolactone ditemukan memiliki efek antiandrogen. spironolactone dapat mengurangi produksi testosteron dengan mempengaruhi sitokrom p-450 dan sebagai inhibitor kompetitif pada reseptor androgen. Efek antiandrogen ini secara in vivo dapat menurunkan produksi kelenjar sebum, sehingga dapat digunakan sebagai pengobatan acne vulgaris, terutama yang tidak efektif terhadap pengobatan topikal dan membutuhkan terapi hormon, sebagai pengobatan hirsutisme dan juga seborrhea.[12,13]
Efek Lokal (Sediaan Topikal)
Spironolactone topikal yang diberikan pada kulit (kasus acne vulgaris) ditemukan dapat menginhibisi dihidrotestosteron (DHT) pada kelenjar sebum secara lokal. Jenis acne yang efektif diobati dengan spironolactone topikal adalah acne vulgaris tanpa inflamasi (komedo).[14,15]
Farmakokinetik
Farmakokinetik spironolactone adalah sebagai berikut:
Absorbsi
Spironolactone sulit larut pada air sehingga tidak ada sediaan intravena. Bioavailabilitas spironolactone belum diketahui pasti dan diperkirakan berkisar antara 80–90%. Absorbsinya meningkat bersamaan dengan penyerapan makanan. Waktu mencapai puncak 3–4 jam.[16,17]
Distribusi
spironolactone dan canrenone (metabolit spironolactone) terikat pada protein plasma dalam konsentrasi terapeutiknya. spironolactone dapat menembus sawar plasenta.[16,17]
Metabolisme
spironolactone secara cepat dimetabolisme di hepar dengan metabolit utamanya adalah canrenone.[16,17]
Eliminasi
Waktu paruh dari spironolactone adalah 1 – 2 jam dan waktu paruh canrenone adalah 13.8 jam. Perubahan waktu paruh spironolactone terjadi pada pasien dengan sirosis hepatis, yaitu menjadi 9 jam.
Belum ada penelitian dan ketetapan penyesuaian dosis pada pasien dengan gangguan ginjal kronis. Ekskresi utama spironolactone adalah melalui urine (primer) dan feses (sekunder), dan juga ditemukan ekskresi pada air susu ibu (ASI) sebagai canrenone.[16,17]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri