Indikasi dan Dosis Spironolactone
Indikasi pemberian spironolactone adalah hiperaldosteronisme, hipertensi, gagal jantung dengan derajat New York Heart Association(NYHA) III dan IV, sirosis hepatis, penyakit ginjal kronis dan acne vulgaris (off label).
Hiperaldosteronisme
Kondisi hiperaldosteronisme dapat menimbulkan hipertensi sekunder serta hipokalemia. Penggunaan spironolactone pada kondisi terapi preoperasi jangka pendek pada pasien dengan hiperaldosteronisme primer diberikan dengan rentang dosis 100–400 mg per hari. Pada anak, berikan dosis 1–3 mg/kgBB perhari dalam dosis terbagi, dapat disesuaikan dengan respon dan toleransi pasien.[18]
Pada aldosteronisme primer, dosis yang direkomendasikan dimulai dari dosis kecil yaitu 12.5–50 mg per hari. Aldosteronisme primer merupakan penyebab paling umum dari hipertensi resisten, sehingga spironolactone dianggap sebagai terapi tambahan yang penting untuk diberikan pada hipertensi resisten.[1,19]
Hipertensi Esensial
Dosis spironolactone yang dapat diberikan untuk hipertensi esensial adalah 25–100 mg/hari. Perlu dicatat bahwa dosis 25 mg/hari secara statistik tidak menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik yang signifikan secara statistik dibandingkan plasebo.[20]
Rekomendasi oleh The Eighth Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 8) merekomendasikan spironolactone sebagai terapi tambahan dari terapi lini pertama.[21]
Gagal Jantung
Spironolactone dipertimbangkan untuk terapi pada gagal jantung dengan klasifikasi fungsional NYHA kelas III–IV. Pemberian spironolactone dapat memberikan efek diuretik pada kondisi overload cairan, memperbaiki fungsi jantung pada kasus gagal jantung, menurunkan angka kematian akibat semua sebab (termasuk sebab jantung) dan angka rawat inap akibat sebab jantung.
Pada pasien dengan serum kalium ≤5.0 mEq/L dan estimated glomerular filtration rate (eGFR) >50 mL/menit/1.73 m², awali terapi dengan dosis 1x25 mg perhari. Pada pasien yang dapat bertoleransi dengan dosis tersebut, dosis dapat ditingkatkan hingga 50 mg per hari sesuai dengan indikasi klinisnya.
Pada pasien yang mengalami hiperkalemia dengan dosis awal, yakni 25 mg perhari, dapat menggunakan dosis 25 mg berselang hari atau 2 hari sekali. Pada pasien dengan gangguan ginjal dan memiliki kadar klirens kreatinin 30–50 mL/menit/1.73 m² dapat dipertimbangkan untuk mendapat dosis awal 25 mg berselang hari.[23]
Pada pasien anak, berikan spironolactone sebanyak 1–3 mg/kgBB perhari dalam dosis terbagi. Dosis dapat disesuaikan dengan kondisi klinis masing-masing pasien.[17,22]
Sirosis Hepatis
Spironolactone merupakan diuretik lini pertama pada pasien dengan sirosis hepatis dan edema. Dosis awal spironolactone yang direkomendasikan adalah 100 mg perhari bila rasio kadar Natrium/Kalium (Na/K) urin >1, serta 200-400 mg perhari bila rasio kadar Na/K <1. Dosis rumatan perlu disesuaikan dengan kondisi klinis masing-masing pasien.
Pada pasien anak, gunakan dosis awal 1–3 mg/kgBB per hari dalam dosis terbagi, disesuaikan dengan respon dan toleransi pasien[8]
Kegagalan respon terhadap spironolactone dengan dosis 400 mg per hari dan furosemide 160 mg per hari merupakan sebuah resistensi ascites akibat sirosis, sehingga perlu penanganan lebih lanjut.[11]
Penyakit Ginjal Kronis
spironolactone ditemukan dapat mengurangi proteinuria sebagai terapi tambahan pada penyakit ginjal kronis yang telah mendapatkan angiotensin converting enzyme-inhibitor (ACEI) atau angiotensin II receptor blockers (ARB). Dosis spironolactone yang ditemukan bermanfaat untuk kondisi ini adalah 25 mg per hari.[11]
Hipokalemia
spironolactone digunakan pada pasien dengan hipokalemia akibat penggunaan diuretik non hemat kalium, seperti furosemide, pada kondisi yang tidak memungkinkan diberikan pengobatan yang lain. Dosis yang dapat diberikan adalah 25–100 mg per hari.[6]
Hirsutisme, Acne Vulgaris, Female Pattern Hair Loss
Efek antiandrogen spironolactone pada hirsutisme, acne vulgaris dan female pattern hair loss (FPHL) belum diakui oleh FDA, oleh sebab itu masih dianggap sebagai indikasi yang off label.
Dosis untuk hirsutisme adalah 50–200 mg per hari dosis tunggal atau dalam terbagi tiap 12 jam. Sementara, dosis untuk acne vulgaris adalah 50–200 mg per hari terbagi dalam satu atau dua dosis.[23,24]
Dosis untuk FPHL dapat dimulai dengan 100–200 mg per hari, kemudian dapat diturunkan menjadi 50–75 mg untuk stabilisasi.[12]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri