Farmakologi Betamethasone Topikal
Farmakologi betametason topikal sebagai antiinflamasi dan imunosupresan meliputi jalur genomik dan nongenomik. Jalur nongenomik bekerja lebih cepat melalui inhibisi proses apoptosis dan demarginasi neutrofil, menginhibisi nuclear factor (NF)-Kappa B dan faktor transkripsi inflamasi lainnya.
Selain itu, terjadi juga inhibisi fosfolipase A2, sehingga pembentukan asam arakidonat berkurang. Jalur genomik betametason topikal bekerja dengan membantu meningkatkan produksi gen antiinflamasi seperti interleukin-10.[12]
Aspek farmakologi betametason topikal adalah sebagai antiinflamasi atau sebagai imunosupresan. Farmakodinamik meliputi proses pengiriman sinyal sel, efek terhadap fungsi imunitas, dan regulasi protein. Farmakokinetik diterangkan dalam tahap absorbsi, metabolisme, distribusi, dan ekskresi.[1,12]
Farmakodinamik
Farmakodinamik betametason topikal berhubungan dengan efek antiinflamasi dengan menstabilisasi membran liposomal leukosit. Hal ini kemudian mencegah pelepasan asam hidrolase dari leukosit, menghambat akumulasi makrofag pada area radang serta mengurangi adhesi leukosit pada endotel kapiler.
Betametason topikal juga mengurangi permeabilitas dinding kapiler, sehingga meminimalisir edema dan menyebabkan penurunan jumlah komponen komplemen.[1,3,13]
Betametason memiliki sifat antagonis terhadap aktivitas histamin, mencegah pelepasan kinin dari substrat, serta mengurangi proliferasi fibroblas, deposisi kolagen, dan mencegah pembentukan jaringan parut.[1,3,13]
Efek antimitosis pada keratinosit dalam farmakodinamik betametason topikal digunakan pada terapi psoriasis. Mekanisme kerja antimitosis yang dimaksud adalah penurunan mitosis epidermis, sebagai akibat dari peningkatan lipocortin oleh betametason.[12,13]
Efek antimitosis betametason topikal juga terjadi di dermis dengan menghambat proliferasi sel dan sintesis kolagen. Ketika kortikosteroid berikatan dengan reseptor glukokortikoid, sinyal proinflamasi terhambat, sedangkan sinyal antiinflamasi akan meningkat.[12,13]
Farmakokinetik
Farmakokinetik betametason topikal dimulai dari absorbsi di epidermis. Derajat absorbsi sangat dipengaruhi oleh kondisi integritas barrier epidermis, pemakaian dressing oklusif dan bentuk sediaan topikal. Segera setelah diabsorbsi, betametason didistribusikan ke seluruh tubuh dan berikatan dengan protein plasma.[1,12]
Betametason metabolisme utamanya terjadi di hati. Betametason topikal akan diekskresikan melalui ginjal dan keluar bersama urin, tetapi sebagian kecil dari metabolit betametason juga diekskresikan melalui empedu dan keluar bersama tinja.[1,12]
Absorbsi
Absorbsi betametason topikal sangat bergantung pada tiga hal, yaitu bentuk sediaan topikal yang diberikan, integritas barrier epidermis dan pemakaian dressing oklusif. Betametason topikal dapat diabsorbsi walaupun barrier kulit dalam keadaan intak.
Akan tetapi, pada kulit yang sedang mengalami proses inflamasi, absorbsi perkutan obat akan meningkat. Selain itu, pemberian dressing oklusif juga akan membantu meningkatkan absorbsi betametason topikal.[1]
Contoh perantara betametason topikal mempengaruhi derajat absorbsi perkutan adalah pemakaian jenis perantara untuk sediaan betametason topikal. Pada betametason topikal, sediaan betametason dipropionat 0,05% ointment termasuk steroid potensi tinggi. Sedangkan betametason dipropionat 0,05% krim, salep atau lotion tergolong dalam potensi sedang.[12]
Selain itu, modifikasi struktur juga dapat meningkatkan potensi betametason topikal, contohnya pada betametason yang mengandung halogen pada rantai karbon spesifik atau yang mengandung ester tentunya bersifat lebih poten, karena lipofilisitas obat meningkat.[12]
Contoh sehari–hari yang dapat dilihat adalah pada sediaan betametason dipropionate dan betametason valerate. Betametason dipropionate mengandung 2 ester, sehingga potensitasnya lebih tinggi dari pada betametason valerate yang hanya memiliki satu ester.[12]
Distribusi
Distribusi betametason dimulai segera setelah diabsorbsi di kulit. Jalur farmakokinetiknya adalah sama dengan kortikosteroid sistemik. Betametason akan berikatan dengan protein plasma, yaitu serum albumin dan globulin.
Pada studi yang dilakukan pada wanita India di usia produktif, didapatkan volume distribusi dosis tunggal intramuskular betametason phosphate adalah 94,6±23,5 mL.[1,12]
Metabolisme
Betametason terutama dimetabolisme di hati. Hasil metabolisme betametason dapat dibagi menjadi 6 jenis metabolit. Proses metabolisme yang terjadi di hati antara lain proses hidroksilasi 6β, oksidasi 11β-hydroxyl, dan reduksi kelompok karbonil C–20 disertai pelepasan rantai samping.[1,12]
Ekskresi
Ekskresi betametason terutama melalui ginjal dan dikeluarkan bersama urin. Sebagian kecil metabolit betametason juga diekskresikan bersama empedu dan akan keluar bersama feses. Berdasarkan studi dengan metode injeksi intramuskular, waktu paruh betametason adalah 10,2±2,5 jam. Sedangkan waktu klirensnya adalah 6.466±805 mL/jam.[1,12]
Fenomena Rebound
Penggunaan kortikosteroid topikal dalam jangka panjang akan meningkatkan risiko fenomena rebound. Fenomena rebound adalah relapsnya ujud kelainan kulit (UKK) yang lebih berat dari sebelum pemberian kortikosteroid topikal, sehingga membutuhkan pemberian kortiskoteroid topikal yang lebih poten dari sebelumnya. Fenomena ini sering ditemukan pada kasus psoriasis.[14–16]
Penulisan pertama oleh: dr. Intan Ekarulita