Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Timolol
Penggunaan timolol pada kehamilan termasuk dalam kategori C oleh FDA. Sediaan timolol topikal maupun oral sama-sama dapat diekskresikan ke dalam ASI. Oleh karena itu, penggunaan pada ibu menyusui harus mempertimbangkan manfaat dan risikonya dengan berhati-hati.[10,20]
Penggunaan pada Kehamilan
Kategori C (FDA): studi pada binatang percobaan memperlihatkan ada efek samping terhadap janin. Namun, belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.
TGA juga memasukkan timolol ke dalam kategori C. Artinya, timolol termasuk golongan obat yang efek farmakologisnya telah menyebabkan atau diduga menyebabkan efek berbahaya pada janin manusia atau neonatus tanpa menyebabkan malformasi.
Studi teratogenisitas timolol pada tikus dan kelinci menyatakan bahwa dosis oral hingga 50 mg/kg/hari (40 kali dosis oral maksimal yang dianjurkan pada manusia dan 7.000 kali paparan sistemik dari dosis oftalmik yang dianjurkan) tidak menunjukkan efek malformasi pada janin.[3,9,20]
Namun, penelitian lain mengenai penggunaan timolol, acetazolamide, dan pilocarpine untuk penatalaksanaan glaukoma pada kehamilan dilaporkan berhubungan dengan terjadinya asidosis metabolik, hipokalsemia, dan hipomagnesemia pada bayi.[21]
Pada pasien yang menggunakan kombinasi timolol-dorzolamide, terjadi intrauterine growth restriction dan beberapa komplikasi seperti bradikardi dan aritmia. Namun, ada pula janin yang tidak mengalami efek samping.[22]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Timolol telah terdeteksi dalam ASI setelah penggunaan oral maupun oftalmik. Karena variabilitas ekskresi timolol dan penelitian terkait hal ini masih minimal, pertimbangan mengenai penghentian atau penerusan pemberian ASI harus dilakukan berdasarkan kondisi klinis masing-masing pasien.[10,20]
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur