Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Nizatidine
Penggunaan nizatidine pada kehamilan diperbolehkan karen studi pada binatang tidak menunjukkan adanya efek buruk. Meski demikian, penggunaan pada kehamilan tetap harus menimbang potensi risiko dan besarnya manfaat. Nizatidine diekskresikan ke dalam ASI.[6,7]
Penggunaan pada Kehamilan
Berdasarkan klasifikasi oleh FDA, nizatidine termasuk kategori B pada kehamilan. Studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.[4]
Menurut TGA, nizatidine termasuk kategori B3 dalam kehamilan. Penggunaan nizatidine pada ibu hamil dan wanita usia subur hanya terbatas pada sejumlah kecil populasi, namun hasil observasi pada populasi tersebut tidak menunjukkan adanya peningkatan frekuensi malformasi atau efek samping berbahaya pada janin. [5]
Studi pada tikus percobaan yang diberikan dosis 40 kali lebih tinggi daripada dosis manusia dan pada kelinci percobaan yang diberikan dosis 15 kali lebih tinggi daripada dosis manusia, menunjukkan tidak ada gangguan fertilitas ataupun malformasi fetus. Meski demikian, belum ada studi adekuat pada wanita hamil.[7]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Nizatidine diekskresikan ke ASI. Meski demikian, kadar nizatidine dalam ASI dianggap kecil sehingga kemungkinan menyebabkan efek buruk pada bayi yang menyusu pun diduga minimal. Sebelum memberikan nizatidine pada ibu menyusui, dokter perlu mempertimbangkan besarnya manfaat bagi ibu, potensi risiko, dan ketersediaan pilihan tata laksana lainnya.[6]